9 - Spend time II🔞

542 233 215
                                    

thank you for coming.

R E Y G A
••••••

"Reygaaa," panggil Kanaya waktu menatap sekeliling di selama derum motor beroperasi membelah jalanan ibu kota, dagunya bertumpu lekat di bahu Reyga.

Sehabis dari minimarket, dua sahabat berbeda gender ini sigap melanjutkan mengitari Jakarta lagi, entah kemana Reyga ingin membawa gadisnya, Kanaya hanya menurut saja.

"Hmm kenapa tuan putri?" Reyga balas tersenyum kecil menatap Kanaya dari ekor mata.

"Lapeerrr," rengeknya mengundang gelak tawa keras Reyga hampir pecah detik itu juga, damn.

"Bentaran ya Aurosea, ini gue lagi mau cari cafe, masih kuat kan?"

"Rey!! isshh lo kira gue udah mau segitu sekaratnya apa?!"

Yang di sebut namanya akhirnya spontan tertawa, tak tertahan.

"NAH TUH DIA YANG GUE MAKSUD," refleks Kanaya sebelum nyengir waktu Reyga menarik sebelah tangannya lalu digigit.

"Iya iya ampun Rey ngga lagi-lagi deh teriak."

"Ngga gitu Nay, mau lo teriak atau mau lo pukul gue sekalian juga gue ngga papa, ini salahnya tadi lo rame gitu sampe ngelepas pelukan, jangan diulangin.. bisa jatoh tadi kalo gue ga gercep narik lengan lo."

"Lo ngegigit tapi..."

"Ketimbang lo jatoh mending juga gue gigit Nay."

"Iyaa maaf Rey." Kanaya terkekeh kemudian melotot kecil menyadari sesuatu yang sempat merebut atensi. "Puterr balik Rey!!"

"Ha? kenapa?" Reyga mengeryit.

"Ituuu baksonya kelewatan, serius!!" heboh Kanaya membuat Reyga menggeleng sambil mengangkat sudut bibir.

"Gue udah bilang mau cari cafe--"

"Gue maunya yang itu Rey pleaseee."

"Nanggung Nay, udah kelewat jauh jugaaa, kan?"

"Reyga, gue maunya yang itu, bosen cafe muluuu, jangan-jangan lo gamau ya makan di pinggir jalan?!!"

"Ha?! astaga, nggak gitu, yaudah yaudah gue puter balik demi lo." Reyga mengalah sampai berhasil mengundang senyum lebar Kanaya mendominasi sempurna. "Peluknya makin kencengin tapi.. jangan di lepass."

"Sureee!!" Kanaya tertawa, Reyga ikut tertawa, tangannya melingkari perut Reyga seerat mungkin persis sebelum-sebelumnya, atmosfer merapat hangat, mengudara di perasaan dua remaja SMA ini.

.

Dua belas detik, tiga belas detik.

Reyga menuntun Kanaya telaten duduk di bangku yang tersedia di pinggir gerobak bakso di sana, setelah memesan dua porsi tentu saja.

Sambil meletakkan plastik berisi macam-macam snack, Reyga menyelipkan rambut Kanaya yang nyaris mentupi matanya itu dengan tangan kanan.

"Rey, tadi di minimarket lo kayak ga dengerin gue deh?"

"Yang mana hm?" Reyga mengangkat alis. "Gue selalu dengerin lo malah."

"Waktu gue gotong lengan lo buat cabut, gue ada bilang pulangnya jangan malem, gue kasih inget lagi nih supaya lo ga lupa, oke?"

"Oh..," gumam Reyga menarik sudut bibir. "Lo rampas sebagian konsentrasi gue tadi.. bakal lupa beneran emang kalo ga lo ingetin, karena kalo udah sama lo gue bakalan lupa waktu."

REYGA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang