11 - SAKIT; karena berantakan

683 220 669
                                    

Part of the previous continuation. (10)
•••

"Karena ada lo, karena lo yang paling penting, gue ambil semua resikonya abis ini, tapi tolong lo percaya, yang barusan lo liat.. itu sama sekali ngga kayak yang lo pikir."

"Gue ngga mikir apa-apa Reyga." Kanaya segera menyentak tangan sahabatnya sampai terlepas di udara, Reyga terkejut, menatap lurus sebelum terkekeh kosong.

"Gue udah bilang mata lo gabisa boong, gue juga udah bilang, liat gue, lo bisa rasain semua feeling gue dari sana. Gue yakin lo punya perasaan yang sama kayak gue, Nay."

"Itu alasannya, itu alasannya kenapa gue berani cium lo, dan kayaknya gue udah gabisa nahan semua ini." Reyga maju dengan mata sayunya, Kanaya otomatis mundur satu langkah.

"Reyga, stop, gausah ngelantur!!"

"Gue sayang sama lo," paraunya menggenggam tangan Kanaya, mengecup singkat.

"Kasih gue kesempatan.. gue mau jaga lo lebih dari apapun." Reyga menyusuri wajah Kanaya dengan telunjuk, matanya nyaris berair waktu ekspresi Kanaya sulit di tebak. "Hubungan kita ngga sesederhana itu Nay, dan gue rasa lo juga bisa ngeliat hal ini."

Napas Kanaya melambat, matanya seolah buram, kepalanya pusing, tapi Reyga setia menyentuh tubuhnya lembut.

"... Nay, lo mau kan jadi―"

Drrrrttttt!!!

.

Keduanya terkesiap, dering ponsel meraih atensi, mata Kanaya spontan makin melebar setelah membaca nama yang tertera di layar benda tipis itu.

Ayah?

Sepertinya.. ayah baru saja pulang.

Kanaya panik kentara, tidak berani menekan tombol hijau sampai kemudian―

Ting!!

Ayah: berani-beraninya kamu keluyuran tidak jelas malam-malam, siapa yang memberi kamu izin untuk kurang ajar seperti ini ha?!!

Ayah: pulang atau saya samperin lokasi kamu sekarang, Kanaya!!

Deg.

Jantung Kanaya mencelos sempurna, dunia seakan gelap tanpa cahaya satupun, matanya tak berkedip membaca pesan bengis ayah, harapan seketika sirna.

Pernyataan dari Reyga jadi tidak di terima baik oleh otak, sebab ayah menyita semua kewarasan.

"Sampai mati sekalipun, saya tidak akan pernah memaafkan anak itu, tidak akan pernah!!"

"KAMU LEBIH PILIH REYGA?! ANAK YANG TIDAK TAHU DIRI ITU?!"

Kanaya menggeleng lemah sambil beringsut mundur setelah mengangkat wajah, cowok di depan ikut melangkah hati-hati bercampur sakit. Reyga, blur di mata.

"Gue gabisa, gue gabisa ngebiarin lo tau kalo ayah belom maafin lo, kita ga boleh berantakan, gue masih mau sama lo Rey," lirihnya membatin.

REYGA [REVISI]Where stories live. Discover now