BAB 2:: Aturan Keluarga Super Ketat

4.9K 546 12
                                    

"Pelan-pelan buka pagarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Pelan-pelan buka pagarnya. Jangan sampai bikin Mama sama Papa bangun," bisik Rachel kepada sang adik laki-laki.

Ia berdiri di sebelah motor Alkan. Masih menggunakan helm yang tampak sangat besar di kepalanya. Tubuhnya yang mungil, dibalut jaket hoodie milik Alkan yang lebih tinggi darinya, membuat Rachel tampak seperti anak kecil.

"Kakak juga, bantuin dorong pager. Kan Kakak tau sendiri pagernya berat," jawab Alkan ikut berbisik.

"Hiiih, kamu sih pake acara nyusulin Kakak nonton konser. Andai tadi cuma Kakak yang naik taxi, semuanya nggak akan seribet ini. Pake bawa motor besar segala, kan jadi susah masukinnya." Kesal Rachel membuat Alkan meringis.

"Lagian Kakak nonton konser nggak ajak-ajak. Aku kan juga pengen. Mana boleh aku nonton Konser sampe tengah malem sama Mama Papa."

"Ssttt, berisik. Sekarang ayo kita pikirin caranya masukin motor kamu tanpa menimbulkan bunyi!"

"Aman, aku bakal dorong motornya. Kakak masih inget letak sensor, kan? Jangan sampai ke injek."

Rachel menganggukan kepala. Ia ikut mendorong motor si adik dengan pelan. Tubuhnya yang kecil, tentu saja tidak menghasilkan tenaga yang seberapa untuk ukuran motor sebesar ini.

"Dek, besok minta sama Papa motor baru yang lebih kecil.." bisiknya pelan, kembali untuk menutup pagar.

Alkan terkekeh kecil, ia menyusul Rachel untuk membantu menutup pagar rumah yang berat.

"Aman, semoga nggak ketahuan.." bisik Rachel lagi, yang di hadiahi jempol tangan si adik.

"Kan perginya sama Kakak. Selama Kakak di luar negri, Mama Papa masih super ketat ke aku. Tapi, enggak ke Kak Kimberly. Tapi, kali ini kayaknya beda, soalnya aku pergi sama Kakak."

"Yeee, emang kenapa kalo sama aku?" Tanya Rachel, mereka berdua berjalan mengendap-endap untuk menuju pintu utama.

"Kan Kakak anak kesayangan Mama Papa."

Gadis itupun tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya. Membuat Alkan mengerutkan bibir.

"Kalo mau jadi anak kesayangan, makanya Sekolah yang pinter, jangan pacaran terus." Dengan bangga gadis itu menjitak kepala Alkan, membuat cowok enam belas tahun itu mengaduh kesakitan.

"Aduh!!"

Rachel memukul bahu sang adik dengan cepat. Suara Alkan yang keras bisa saja membangunkan Mama dan Papa di dalam sana.

"Stttt, pelan-pelan!"

Saat tiba di depan pintu, Alkan berusaha membukanya dengan perlahan cowok itu menekankan beberapa digit angka yang ia ingat. Namun, pintu tidak juga terbuka. Rachel membulatkan matanya, menyuruh Alkan minggir, dan menekan nomor pin pintu masuk rumah mereka.

"Salah?"

"Tiittt...tiiitt."

Senyum di wajah Alkan dan Rachel pun mengembang. Akhirnya sandi yang mereka masukan benar. Namun, kesenangan di wajah mereka hanya sementara. Lantaran pintu terbuka dengan dua orang pahlawan yang muncul di baliknya. Membuat Alkan yang kaget mundur beberapa langkah ke belakang.

Unexpected MarriedWhere stories live. Discover now