4#FALLOW

266 207 257
                                    

Malam dengan angin yang bertiup begitu dingin, juga dedaunan serta kelopak bunga yang mulai mengering di atas tanah menemani perjalanan Dean kali ini. Dia baru saja pulang setelah membatalkan reservasi restoran yang sengaja ia pesan untuknya dan Arisha. Restoran yang hanya untuk berdua. Padahal semua sudah disiapkan dengan baik dan direncanakan dengan matang oleh Dean. Tapi, sudahlah. Sebenarnya bisa saja Dean membatalkannya lewat sambungan telepon. Tapi malam ini, Dean ingin sekali keluar dan menikmati angin malam. Membiarkan semua kegundahannya pergi bersama sejuknya angin yang berhembus. Tapi siapa yang tau, malam itu Dean justru bertemu seseorang yang istimewa. Seseorang yang mungkin akan menambah kusut benang hubungan Dean dan Arisha atau... bahkan justru sebaliknya?

"Loh, Dean?", sapa seorang gadis manis yang entah datang dari mana.

"Eliza?", ucap Dean ragu.

"Iya ini aku. Ngga nyangka kita bisa ketemu disini. Kamu ngapain disini malem-malem? Mana mukanya ditekuk lagi, ngga banget deh De, Haha", ejek gadis itu.

"Haha, keliatan banget ya? By the way kok udah ada di Depok lagi? Tugas yang kemarin udah selesai ya?", tanya Dean sembari melangkah mendekat.

"Iya, baru aja pulang kemarin. Besok aku mulai aktif kuliah", jelas Eliza. Sementara Dean hanya membalasnya dengan anggukan. Setelahnya hanya ada hening yang cukup lama.

"Emm, kamu apa kabar El?", tanya Dean canggung.

"Alhamdulillah baik. Tapiiii, aku tebak kamu pasti lagi ngga baik kan De?......"

".....Kenapa? Ada masalah sama Arisha?", sambung Eliza lagi.

"Engga, gapapa kok. Aku cuma lag..", belum sempat Dean menyelesaikan pembicaraannya, Eliza tiba-tiba mendekap dan memeluknya erat. Sontak Dean terkejut akan hal itu.

"De, ngga usah bohong. Emang sih aku ngga tau pasti masalah kamu sama Arisha itu apa. Tapi, satu yang aku tau secara pasti. Ngga apa-apa De buat nangis sesekali. Cowo juga boleh nangis kali. Boleh banget. Karena laki-laki itu juga manusia. Kalian juga sesekali perlu tempat bersandar. Bukan hanya jadi tempat bersandar."

Eliza benar. Dean merasa sudah terlalu lelah menghardik dirinya sendiri untuk sesuatu yang Dean tau itu sedikit semu. Dean juga terlalu lelah hanya untuk menepis semua tangisan hati yang tak bisa ia ceritakan pada siapapun itu. Dean terlalu lelah dengan semua suara kebisingan dikepalanya yang sama sekali tidak pernah mendukung perasaannnya.

Mendengar pernyataan dari Eliza, Dean justru menangis. Ia ikut mengeratkan pelukannya. Ia tidak peduli lagi pada siapapun yang mungkin menatap mereka dengan pandangan risih. Sekali lagi, Eliza benar. Saat ini Dean hanya butuh bahu untuk bersandar. Dean tahu betul, bahwa dia harusnya hanya menceritakan semuanya pada Tuhan. Tapi, malam ini dia tak bisa menahan semua tangis yang ia sembunyikan selama ini. Dean sudah terlalu lelah. Dan sekarang tanpa ia duga, Tuhan mengirimkan seseorang padanya. Seseorang yang tau tentang apa yang ia rasakan sekarang, seseorang yang cukup bisa dia percaya untuk bersandar sejenak dari Arisha.

Biar kuberi tahu sedikit tentang Zoya Eliza Alifiana. Eliza lahir ditahun yang sama dengan Arisha dan Dean. Selain itu, Eliza juga satu kampus dengan mereka, hanya saja Eliza masuk fakultas Kedokteran. Persahabatan mereka dimulai ketika maba, tanpa sengaja handphone Eliza terbawa oleh Dean karena phone case mereka yang sama. Hal itulah yang menjadi awal bagaimana perasaan Eliza kemudian terbawa juga oleh Dean. Pada awalnya semua baik-baik saja, persahabatan mereka sangat tulus sampai Eliza merasa ada sesuatu yang berbeda jika dia bersama Dean. Perasaan semacam...kenyamanan.

Tapi, beberapa bulan kemudian ia mendengar kabar bahwa Dean berkencan dengan Arisha. Hal itu membuatnya mengubur dalam-dalam semua perasaannya pada Dean. Dia tidak ingin menghancurkan apapun. Tapi, melihat Dean terisak dan mendekapnya erat seperti ini dimalam ini, membuat perasaan yang selama ini dibuang jauh-jauh kembali menyapa begitu saja. 'Arisha ngga bahagiain kamu ya?', batin gadis cantik yang sering disapa Liza itu. Jantungnya berdegup lebih cepat. Persis seperti dulu. Didalam pelukan itu, akhirnya Eliza juga ikut menangis. Dean menangisi Arisha dan Eliza menangisi perasaannya yang tak pernah terbalaskan disana.

COIN || Dean Abimana PutraWhere stories live. Discover now