10#MUSTARD

127 95 169
                                    

"De, kalau seandainya nih kita kejebak disebuah ngarai gitu, terus cuma ada satu tali buat nyelametin diri. Kamu bakal ngasih tali itu ke aku ngga?", tanya Arisha dengan ekspresi serius yang ditampilkan. Terkadang gadis itu memang cukup random. Tapi tak apa, Dean selalu menyukai semua sisi gadisnya.

Daerah Depok malam ini cukup berbintang. Setelah Rafa yang kumat dan tidak jadi mengajak Arisha pergi, akhirnya Dean yang berhasil membawanya. Tenang saja, Rafa baik-baik saja sekarang. Dean mengajak Arisha makan malam sederhana di sebuah restoran di jalan Dewi Sartika. Dean sengaja memilih makan di rooftop restoran yang memang disediakan untuk mereka yang ingin makan dengan pemandangan langit malam Depok. Langit malam ini terlalu indah untuk dilewatkan. Dan daripada langit penuh bintang diatas sana, gadis didepannya lebih menarik perhatian Dean. Hanya dengan mengenakan sweater rajut hangat yang dibelikan Dean untuknya, serta celana jeans hitam panjang dan topi yang bertengger diatas surai hitamnya yang dibiarkan tergerai membuatnya nampak sempurna. Cantik. Hanya itu yang bisa Dean deskripsikan.

"Emm, aku ngga akan ngasih tali itu ke kamu", jawab Dean yang malam ini tak kalah tampan dengan jaket denim yang ia kenakan. Bahkan pengunjung restoran yang lain beberapa kali melihat keduanya dengan tatapan iri.

'Bagaimana bisa gadis cantik dan pria tampan itu bersama? Sungguh pasangan yang serasi'

'Aku iri pada gadis itu, dia punya wajah cantik dan kekasih yang sangat tampan', serta banyak lagi bisikan-bisikan yang sesekali Dean dan Arisha dengar.

"Hah? Berarti kamu mau biarin aku di ngarai gelap itu sendirian dan kamu lebih milih nyelametin diri sendiri gitu?", tanya Arisha dengan mata melotot.

Mendengar itu, Dean yang sedang mengunyah pasta didalam mulutnya hampir saja menyemburkannya ke wajah cantik Arisha jika dia tidak segera menelannya.

"Astaghfirullah, ya engga lah Zy. Maksud aku, aku bakal manjat tali itu dulu sampe atas. Nah, kalo udah, baru nanti aku turunin lagi talinya buat narik kamu", jawabnya setelah menelan pasta dengan susah payah.

"Kenapa gitu?", tanya yang perempuan.

"Karena aku ngga mau kamu kesulitan. Biar aku aja yang tau sesulit apa rasanya. Kamu jangan", titah Dean. Ah, bagaimana bisa dia bicara dengan raut wajah santai bahkan sesekali melempar senyum disaat Arisha rasanya ingin berteriak dari atas gedung saking malunya.

'Lagipula, aku khawatir kalau kamu yang duluan sampai atas terus kamu lupa tentang aku yang ada dibawah sini Zy',  batin Dean. Pria itu tersenyum getir. Tapi dia tidak ingin menghancurkan momen bersama Qianzy nya. Jadi sebisa mungkin, Dean menahan egonya.

"Lagipula ngapain sih tiba-tiba nanya hal kayak gitu segala? Apa kita ada rencana masuk ngarai sama-sama? Atau.. itu to-do list kamu? Absurd banget sih Zy", Dean mencubit gemas pipi chubby gadisnya.

Arisha hanya tertawa renyah setelah itu. Ditemani dua porsi pasta ravioli dan beberapa hidangan penutup, serta bulan dan bintang juga orang-orang yang menatap kagum kearah mereka, Arisha merasa lega. Beban berat dipundaknya seakan luruh mengetahui Dean nya tidak akan meninggalkannya sendiri dan tidak akan membiarkannya menghadapi semua kesulitan yang ia miliki sendiri. Begitupun Dean. Walaupun sampai sekarang hatinya masih sedikit khawatir sang gadis akan meninggalkannya, tetapi setiap melihat senyum indah yang selalu membuat mata bulat gadisnya itu terlihat layaknya bulan sabit terukir di pahatan wajah cantik itu, Dean selalu bisa dibuat jatuh cinta lagi dan lagi.

Dean akan mengingat kenangan malam ini selamanya. Dia akan memasukkan momen ini dalam hal paling membahagiakan di hidupnya. Sepulang dari tempat ini, Dean akan menulis tentang semua cerita yang terjadi antara dia dan Arisha. Walaupun Dean cukup baik dalam mengingat semua hal tentang Arisha, sebenarnya ingatannya sangat buruk. Dan untuk mengingat semuanya, Dean biasanya menulis semacam buku harian. Tak jarang, Arumi merecokinya dengan mengatakan bahwa Dean sudah seperti anak gadis yang punya buku diary. Tapi Dean tidak peduli pada ejekan Arumi, pria itu hanya ingin mengingat semua hal yang terjadi dalam hidupnya.

COIN || Dean Abimana PutraTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon