9#MAGENTA

150 112 198
                                    

Pada awalnya Rafa pernah mengira Arisha juga termasuk orang-orang yang akan merundungnya. Jujur saja, perilakunya yang seperti preman komplek cukup untuk membuat Rafa bergidik ngeri. Namun dengan wajahnya yang cantik sejak kecil, membuatnya banyak disukai oleh teman-temannya. Bahkan dihari pertama sekolahnya. Rafa benci itu, tidak bukan Arisha. Dia benci bahwa orang baru diterima begitu baik, namun dirinya? Sudahlah, lupakan saja.

Sebenarnya Rafa juga pernah membenci Arisha, sebab pernah suatu hari Rafa dirundung didepan kelas dengan cara dilempari telur busuk, Arisha hanya melihatnya tanpa berusaha membantu sama sekali. Rafa pikir Arisha juga jenis manusia seperti teman-temannya yang lain.

Tapi siapa yang tahu, garis takdir membawa mereka untuk bertemu lagi. Hingga akhirnya menjalin persahabatan yang membantu Rafa untuk bangkit dan lebih percaya diri. Persahabatan yang nantinya akan menjadi sebuah kesalahan dan berubah menjadi benang kusut dalam hubungan Dean dengan Arisha kedepannya. Menjadikan semuanya rumit dan tak berujung.

Baik, mari kembali melakukan perjalanan waktu. Seiring berjalannya waktu, Rafa menyukai Arisha begitu pula sebaliknya. Mereka berdua tumbuh bersama. Bahkan sekarang, keduanya sudah memasuki jenjang SMA. Sayangnya disana, Rafa berteman dengan orang-orang yang tidak baik sehingga membuat kepribadiannya berubah 180 derajat. Rafa tumbuh dengan luka, sehingga ia terbiasa berpura-pura didepan orang lain. Tak heran, walau dia masuk ke circle yang tidak baik, dia berhasil menyandang gelar ketua osis. Jangan salah, disekolah Rafa terlihat layaknya seorang siswa ambisius dan rajin, kesayangan guru-guru serta incaran gadis-gadis SMA nya. Bahkan tak jarang Arisha mendapatkan kebencian dari mereka yang membenci kenyataan bahwa Arisha lah kekasih Rafa.

"Ca, rooftop, gue mau ngomong sama lo", perintah Rafa dari tengah pintu kelas. Arisha hanya mengangguk kemudian berlari kecil mengejar Rafa yang sudah pergi lebih dulu.

"Raf, ada apa?", tanya Arisha sesaat setelah dia sampai ke rooftop.

"Gue mau kita udahan", ucap Rafa to the point.

"Hah? Tapi kenapa? Maksud gue, se-mendadak ini?", tanya Arisha tak percaya dengan apa yang didengar.

"Perasaan itu ngga ada yang tau Ca. Dan, gue ngerasa, udah ngga cocok aja sama lo", jawab Rafa dengan wajah tak bersalahnya.

"Tapi, gue rasa bukan karena itu. Lo pasti ada cewe lagi kan?", tanya Arisha menyelidik. Dia sudah tau kebiasaan kekasihnya sejak setahun lalu itu.

"Itu tau. Kenapa nanya? Asal lo tau, gue udah jadian sama Mila", titah Rafa sembari memasukkan tangannya kedalam saku celana. Biasanya Arisha akan meleleh melihatnya melakukan itu. Tapi, sekarang dia bahkan muak melihat wajah tampan itu.

"Cih, jadi lo mutusin gue gara-gara Mila si anak IPS 3 itu?", intonasi Arisha meninggi.

"Iya, kenapa? Ngga terima?", masih dengan Rafa dan wajah sombongnya.

"Fine, kalo itu yang lo mau. Kita liat aja seberapa lama lo bertahan sama Mila, atau... seberapa lama Mila mau bertahan sama lo. Karena kalau semuanya tau yang sebenernya tentang lo, ngga bakalan lo jadi most wanted disini. Tunggu aja", ucap Arisha dengan melangkah mendekat.

"Lo ngancem gue? Udah gue duga hubungan kita tu ngga lebih dari sekedar lo yang jadi parasit dengan kedok penyakit gue", kesal Rafa ikut melangkah mendekat. Nafasnya memburu seakan oksigen di rooftop sana mulai terkikis dan tak cukup untuk nafas keduanya.

"Lo ngga bisa nutupin langit dengan tangan lo Raf, gue cuma mau ingetin lo doang", ujar Arisha dengan seringainya.

Arisha lalu mendecih pelan kemudian meninggalkan Rafa yang berteriak dengan berbagai umpatan dan ancaman yang ditujukan untuk Arisha dari atas rooftop. Tapi bukan Arisha jika takut pada ucapan-ucapan seperti itu. Gadis itu terus berjalan tanpa mengindahkan peringatan-peringatan yang Rafa lontarkan. Disisi lain, Rafa mengacak rambutnya frustasi sembari menghembuskan nafas kasar. Gadis itu bisa saja membuat apa yang sudah Rafa bangun selama ini hancur begitu saja. Lama memutar otak, akhirnya Rafa menemukan sebuah ide. Kaki jenjangnya kemudian berjalan menuruni satu persatu anak tangga.

COIN || Dean Abimana PutraWhere stories live. Discover now