chapter 3

141K 6K 352
                                    

P E M B U K A


***

Belum ada lima menit sejak Manggala melepas bocah yang dikurung berjam-jam di ruangannya, suara gaduh dari luar menyapa gendang telinga. Niat awal membiarkan Askara pergi agar dirinya bisa menikmati kopi dengan tenang untuk menjaga kewarasan, tapi malah berakhir menjadi lebih gila lagi. Jeritan beberapa karyawati dan gelak tawa renyah anaknya membuat pria itu berlari sebelum semakin banyak korban kenakalan si bocil kematian itu.

Mata Manggala membola melihat tangan jahil Askara mengeluarkan katak-katak seukuran kepalan tangan bocah itu dari ransel minion dan melempar ke kerumunan karyawati  di sudut ruangan.

"AAAAA!!!"
Karyawati dengan jeritan paling keras itu meloncat-loncat panik karena ada katak mendarat di puncak kepala dan beberapa katak nongkrong di sekitarnya. Perempuan itu heboh sendiri ketika teman-temannya tidak ada yang mau membantu dengan dalih takut sekaligus jijik. Menyaksikan hura-hura itu, Askara tertawa puas lalu mengeluarkan tembakan air dan mengarahkan senjata pada mereka.

"Piuu piuu piuu," bunyinya ketika menembaki mereka dengan gaya seolah dirinya adalah penembak jitu.

"Askara!"

Merasa terpanggil oleh suara yang sudah sangat ia kenali, Askara cepat-cepat menyerahkan tembakan air pada Jiro yang cengo. Begitu juga dengan ransel minion. Papi muncul terlalu cepat. Padahal Askara masih punya mainan karet dengan bentuk ular dan kecoa. Batal sudah misi besarnya untuk memberi pelajaran pada tante-tante yang mencubiti pipi gembilnya ketika ia digendong papi tadi pagi.

"Papi!"
Selain terverifikasi nakal, Askara juga pandai memainkan berbagai macam peran. Di depan Manggala saja sisi manis nan menggemaskan lebih ditonjolkan, tapi ketika di belakang pria itu ... sudah memakan banyak korban.

Manggala mendengar panggilan itu, tapi sengaja mengabaikan dan memilih untuk membereskan kekacauan yang bocah itu lakukan. Para karyawati yang dijahili Askara pun diizinkan pulang lebih awal sebagai kompensasi. Setelahnya, Manggala berusaha menangkap katak-katak yang meloncat berpencar.

Manggala menegakkan punggung lantas membuang napas berat.
Menangkap katak tidak semudah yang dikira. Manggala jengkel bukan main karena merasa dipermainkan oleh katak-katak kurang ajar itu. Seandainya tidak ada Askara di dekatnya, ia pasti sudah berteriak keras. "BAJINGAAAN!"
Terus berteriak sampai dadanya plong. Sayangnya ada Askara. Manggala tidak boleh melontarkan umpatan kasar karena berpotensi ditiru oleh anaknya. Ia tidak mau hal-hal semacam itu terjadi.

"Anggur!" umpatnya menggunakan nama buah. Untuk kesekian kali, ia gagal menangkap katak yang meloncat menjauh seolah meledeknya. "Nanas!" Manggala mengumpat sekali lagi. Kepalanya tidak sengaja membentur tepi meja ketika hendak bangkit.
Sabar, sabar, sabar.
Tidak boleh marah.

Susah-susah berdamai dengan emosi, suara cekikikan Askara terdengar. Fatalnya, Jiro ikut-ikutan yang membuat level marah Manggala meroket ke puncak.

"JIRO!"
Tidak bisa melampiaskan marah pada Askara, maka Jiro adalah sasaran paling empuk.

Naughty NannyWhere stories live. Discover now