Chapter 56

39.3K 3.6K 1.4K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih emot dulu buat chapter ini

***

Viola ketiduran.
Padahal niat awalnya, hanya ingin menidurkan dua anak laki-lakinya yang tampak kelelahan. Mata kantuknya mengerjap beberapa kali, sesuaikan dengan cahaya sekitar. Saat itulah, panggilan Kala yang membuatnya terjaga paksa, kembali menyapa gendang telinga. Terdengar lebih keras dari sebelumnya, menandakan kalau remaja itu berada dalam jarak semakin dekat dengannya. Sampai-sampai pemilik dada bidang yang menempel pada punggung sempitnya, tampak terusik. Pria di belakangnya pun bergerak tak nyaman, dan berakhir mengeratkan pelukan pada pinggangnya. Juga sembunyikan wajah di tengkuknya diikuti gumaman tak jelas. Lantaran tak mau prianya terjaga, Viola coba tenangkan dengan beri elusan lembut pada lengan berotot yang melilit pinggang. Sementara satu tangannya dijulurkan ke belakang. Sentuh kepala Manggala penuh sayang.

Tak berselang lama, ia sadar kalau Askara tidak ada di sekitarnya. Padahal seharusnya meringkuk di depan dadanya. Tadi saja sempat berbagi bantal dan memeluknya erat-erat tak mau berbagi dengan sang papi. Saat hendak bangkit guna mencarinya, Viola mendesah lega. Anak kecil yang ia kira kabur, ternyata pindah ke ujung ranjang. Memang seharusnya mereka tidur di formasi awal, dimana Askara di tengah dibentengi tubuhnya dan Manggala.

Namun karena formasi itu menimbulkan pertengkaran tak berkesudahan antara bapak dan anak—terus melakukan tendangan bebas—maka Viola mengubah formasi. Ia pun memposisikan diri di tengah. Meskipun tak membuat mereka benar-benar berhenti, setidaknya tak separah sebelumnya. Viola biarkan saja dan mereka pun berhenti dengan sendirinya. Tahu-tahu, sepasang bapak dan anak itu sudah tidur sembari memeluknya. Manggala dari belakang dan Askara dari depan.

"Mau kemana?" tanya Manggala dengan suara parau, lalu mengangkat kepala hanya untuk menenggelamkan wajah ke perpotongan leher calon istrinya. Masih rasakan pergerakan perempuan yang berusaha membebaskan diri darinya, ia pun eratkan dekapan. Disertai gerakan mengangkat tungkai panjangnya untuk mengunci Viola.

"Mas ...." Viola mengerang tanpa hentikan usahanya. Namun energinya jelas tak seberapa kalau dibanding milik Manggala, jadi apa yang dilakukan hanyalah tindakan sia-sia. "Lepasin," rengeknya kemudian.

"Eummhh."

"Lepasin, Mas. Aku mau bangun ihh."

"Tidur aja, Vio."

"Mas Gala!"

Kalau nada bicara Violanya sudah seperti itu, Manggala tak punya pilihan selain mengalah. Membuat calon istrinya marah adalah hal yang harus dihindari. Karena itulah ia bebaskan tubuh Viola dari dekapan eratnya. Biarkan perempuan itu bangkit dan melakukan apa yang dimau.

"Mau kemana?" tanya Manggala kemudian ikut bangkit. Duduk berhadapan dengan Viola yang sedang mengumpulkan rambut panjangnya untuk diikat. Lalu setelah rambutnya terikat rapi, perempuan itu rapikan pakaian. Dari situ, Manggala tarik kesimpulan kalau Violanya akan pergi. Itulah yang membuatnya merengek, "aku ikut."

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang