Chapter 36

49.1K 4.1K 1.9K
                                    


P E M B U K A


kasih emot dulu sebelum baca chapter ini :))

***




Sudah di tahap lelah melarang
Askara si kepala batu, pada akhirnya Viola membiarkan bocah itu ikut andil di dapur. Katanya, sih, mau membantu memasak menu makan siang untuk papi. Tapi kenyataannya, si bos kecil ini lebih banyak merusuh. Belum apa-apa, Askara sudah merajuk karena tidak dipakaikan apron dan topi seperti koki-koki dalam bayangannya. Alhasil, kegiatan masak ditunda dan baru dimulai saat sopir Viola datang membawa barang yang diminta bos kecil.

Sekalipun sudah dipenuhi keinginannya, si banyak mau belum puas juga. Pertama, warna dan motif apronnya tidak sesuai selera. Kuning dengan motif boneka kucing—sangat tidak menggambarkan seorang Askara Tarachandra Manggala si pecinta karakter superhero.
Kedua, topi koki yang dibeli, kebesaran di kepala kecilnya. Sering merosot sampai menutup mata dan itu membuat Askara kesal hingga mengadu pada sang pengasuh. Untungnya bocah itu masih mau mendengar ucapan Viola, kalau tidak pasti sudah mengamuk minta dibelikan topi koki baru.

Di menit-menit awal, Askara masih aman terkendali. Anteng bermain dengan sayuran dan alat dapur. Hanya saja terlalu berisik karena terus mengoceh, bertanya tentang apapun yang dilihatnya. Baiknya Viola selalu menjawab apapun yang Askara tanyakan. Kesabaran untuk bos kecilnya memang setebal isi dompet.

Sedang mencuci sayuran, Viola merasa ada yang janggal. Kok tidak ada suara Askara? Jangan-jangan—terlambat. Ia kecolongan dan hanya bisa tersenyum membalas cengiran Askara yang mengerjap tak nyaman karena kelilipan. Wajah bocah itu sepenuhnya putih tertutup tepung terigu. 

"Tante Pio, aku tidak bisa lihat. Fyuuh fyuuuh." Ditiupnya udara ke atas, berharap itu bisa membuat tepung-tepung menyingkir dari mata. "Tante Pio tidak sayang aku lagi, ya? Kok tidak bantu tiup-tiup? Sedihnya aku tidak disayang Tante Pio lagi. Pengin nangis keras-keras."
Bukan anak bontot Manggala kalau tidak dramatis.

"Sini Tante Pio bantu tiup-tiup dan bersihkan badan Askara, tapi setelah ini nggak boleh mainin tepung lagi. Setuju?"

"Iya."

Setelah itu memang tidak main tepung lagi, tapi ....
"Askara, kan, punya drum. Waktu itu dibeliin sama Papanya Tante Pio, kan? Mau Tante Pio ambilkan nggak biar Askara bisa mainan itu?" tawar Viola saat Askara duduk bersila bersama sendok yang mulai dipukulkan ke panci hingga menimbulkan suara berisik. Dalam diam, ia berusaha mengingat-ingat asupan makanan anak asuhnya. Kok bisa sampai kembali ke setelan pabrik—bocil kematian. Padahal Viola pernah membanggakan diri atas keberhasilannya mengubah bocil kematian menjadi bocil lucu nan menggemaskan. Ternyata masih kumat-kumatan.  "Askara kalau pukul-pukul drum tuh keren banget loh, gantengnya nambah banyak-banyak. Tante Pio aja terlove-love sama Askara. Tapi kalau pukul panci ... sorry, ya, itu nggak keren sama sekali. Mmmm malah jadi lebih keren papi."

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang