Chapter 14

71.9K 5.1K 886
                                    

P E M B U K A


Absen emot dulu sebelum baca biar rajin update-nya

***

Kedua kaki kecilnya yang dibalut kaus kaki kuning ikut andil. Terbuka dengan gerakan pelan menyapu sekitar ranjang guna membantu tangan menemukan sosok yang tengah dicari. Masih tak menemukannya, anak itu merengut tidak suka dengan bibir mengerucut beberapa sentimeter. Dalam benak ia bertanya-tanya ke mana papi. Harusnya masih ada di ranjang bersamanya, tapi tidak ada. 
"Papi," panggilnya tanpa membuka kelopak mata.

Manggala baru saja keluar dari kamar mandi ketika mendengar panggilan itu. Paham kalau Askara tidak suka diabaikan dan jengkel kalau bangun tidur tak menemukan siapapun di sisinya, pria itu menunda berpakaian. Hanya dibalut handuk putih yang melilit pinggang, ia melangkah mendekat dengan tergesa menghampiri anaknya.
"Iya. Papi di sini," jawab Manggala lembut.

"Di mana? Tidak ada," protes Askara setelah meraba-raba sisi ranjang, namun tetap tidak menemukan tubuh besar papinya. 

Manggala memang tidak ada di sana. Rambut yang masih basah menjadi alasan mengapa tidak menyusul Askara ke ranjang. Ia hanya berdiri di sebelah ranjang sembari mengeringkan rambut dengan handuk kecil. "Matanya dibuka dulu ya, nanti bisa liat Papi di sini."

Askara pun melakukannya.
Di detik pertama membuka kelopak mata, bibir kecilnya langsung menyunggingkan senyum menemukan papi. Dengan wajah lesu yang berkolaborasi dengan rambut berantakan, bocah itu mencoba bangun. Ia berdiri di ranjang menghadap Manggala. Setelah menaikkan celana tidurnya yang sedikit merosot, tanpa aba-aba Askara meloncat ke arah papi. Ia seberani itu karena percaya sepenuhnya pada papi yang tidak akan membiarkannya terjatuh.

"Askara ...." Kalimat tegurannya terjeda. Panik karena hampir gagal menangkap Askara, masih belum sepenuhnya hilang. Manggala butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri. Baru setelah keadaan membaik, ia menyambung kalimat sebelumnya. "Kan Papi udah sering kasih tau. Nggak boleh lompat-lompat kayak tadi lagi. Bahaya loh, nanti bisa jatuh," terangnya seraya menyisir rambut si bungsu dengan bantuan jari. 

"Ada Papi, tidak akan jatuh. Papi tangkap. Hap! Terus peluk-peluk," sanggah Askara, tidak merasa ada yang salah dengan tindakannya.

"Iya, Papi emang bakalan tangkap biar Askara nggak jatuh. Tapi lebih baik jangan main lompat kayak tadi. Boleh lompat asal kasih tau Papi dulu. Biar Papi siap-siap tangkapnya. Paham, ya?"

"Hmmmm." Askara bergumam. Sepasang tangannya ia bawa ke tengkuk Manggala dan saling ditautkan sebelum menaruh kepala di pundak kokoh sang papi yang tak terbalut apapun. "Mau nyot-nyot air putih, tapi mau pipis dulu."

Mendengar penuturan itu, Manggala bergerak cepat membawa anaknya ke kamar mandi.
"Mau sekalian pup nggak?" Ia bertanya setelah menurunkan celana Askara.

Naughty NannyWhere stories live. Discover now