Chapter 40

47.2K 3.8K 1K
                                    

P E M B U K A


Kasih emot dulu buat chapter ini
***

Manggala bukan tidak mau berterus terang soal Nagita. Ia mau dan sudah akan menjelaskan semuanya tanpa menunggu dituntut. Hanya saja Viola tiba-tiba melarang, sebelum ia melakukannya. Perempuan itu memintanya agar tidak mengatakan apapun. Setidaknya untuk saat ini cukup memberinya waktu tenang saja. Begitu katanya. Dan Manggala tidak ada pilihan selain mengabulkan setelah mengerti alasan Viola.

Anak-anak.
Memang apa lagi?

Dengan kesabaran minim, juga kontrol emosi yang begitu payah ketika dihadapkan dengan masalah, Viola tidak yakin kalau bisa membicarakan semuanya dengan kepala dingin. Bisa jadi amarahnya meledak ketika mendengar alasan konyol sang kekasih. Tidak menutup kemungkinan tangannya juga ikut mengambil peran. Menghantam kepala Manggala ketika mengetahui kalau duda anak dua itu telah melakukan banyak tindakan bodoh. Bodoh yang sialnya menurut pria itu adalah langkah benar.

Meski belum lama mengenalnya, ia sedikit paham tentang bagaimana lambatnya pergerakan Manggala ketika menghadapi masalah.
Karena itulah ia menolak membahas ini ketika ada Kala dan Askara di sekitar pria itu. Ia butuh ruang khusus dimana hanya ada dirinya dan Manggala saja. Ia juga butuh menyiapkan diri untuk menghadapi sebesar apapun masalahnya nanti. Melihat bagaimana tertutup seorang Nawasena Manggala, Viola yakin ini bukan hanya tentang Nagita.

"Vio—"

"Hari ini dan beberapa hari ke depan, gue mau cuti. Gue nggak bakal ke sini dan gue harap lo nggak ganggu gue selama cuti. Lo nggak keberatan, kan, kalau urus Askara sendiri?" sela Viola tak membiarkan Manggala bicara. Padahal pria itu hendak membicarakan soal keanehan yang terjadi pada Askara, serta mengajak mencari solusi bersama. Berhubung Viola benar-benar butuh waktu tenang, maka pria itu urung niat. Mungkin kali ini akan ia selesaikan sendiri.

"Iya, saya nggak bakal ganggu kamu."

Bukan hanya Viola, Manggala pun ikut menoleh ketika mendengar deru mesin kendaraan disusul suara klakson. Sebuah mobil Audi R8 berwarna putih berhenti tidak jauh dari pintu gerbang. Mobil itu asing untuk Manggala, tapi tidak bagi Viola. Perempuan itu jelas mengenali mobil, juga si pengendara. Lagipula, ia yang memintanya datang menjemput.

Beberapa saat kemudian sang pengendara keluar. Seorang pria jangkung berkaus hitam dengan balutan leather jacket, dipadu ripped jeans, berdiri tegap. Merapikan penampilan sebentar sebelum melambaikan tangan ke arah Viola. Pria yang Manggala ketahui bernama Bima itu pun turut menyapa. Melemparinya dengan senyuman hangat sampai lesung di masing-masing pipi tampak jelas.

"Gue cabut dulu, udah dijemput."

"Nggak mau pamit dulu sama Askara?" tanya Manggala menahan kepergian Viola. Berharap perempuan itu mau melakukannya dan saat itulah Askara tantrum— tidak memberi izin. Dengan begitu, Viola batal pergi dengan pria yang membuatnya merasa terancam.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang