Anya Levionna

27.3K 912 17
                                    

"Kelemahan bisa menjadi kekuatan terbesar seseorang."

- Anya Levionna -



[Bagian 2]

****

Bau obat obatan menyengat indera penciumannya. Perlahan Gadis dengan rambut sebahu itu mengerjabkan mata, melihat ruangan putih yang tampak asing.

"Kenapa gue bisa ada disini?" Gadis itu memijat kepalanya yang sedikit pening.

Perasaan tadi dia sedang di rampok preman, dan ada cowok bermotor yang menyelamatkannya. Setelah itu perampok menodong lehernya dengan pisau, dan...

Darah

Mata gadis itu membulat sempurna. Dia meraba lehernya, namun tidak ada luka sedikitpun. Bahkan badannya tidak ada yang sakit. Tapi kenapa sekarang dia berada di sebuah bankar, sepertinya ini adalah rumah sakit.

Apakah dia tidak jadi mati?

"Pasien bernama Anya Levionna?"

Gadis itu menoleh, lalu mengangguk ketika namanya disebut. Didekat pintu berwarna putih disana, ada seorang wanita berpakaian serba putih menuju ke arahnya.

"Silahkan berbaring kembali. Saya akan memeriksa sebentar," suster itu berbicara dengan sangat ramah.

Gadis bernama Anya Levionna itu menurut, "Apakah ada yang terasa sakit?"

Anya menggeleng.

"Anda mengalami syok, sampai menyebabkan pingsan. Apakah adek memiliki ketakutan khusus terhadap sesuatu?" tanya wanita berprofesi suster itu, memanggilnya dengan sebutan adek.

Apa dia terlihat seperti adek adek?

"Saya... Punya Hemophobia, sus." Anya berujar dengan raut bingung. "Yang bawa saya kesini siapa ya, suster?"

Suster tersebut tersenyum lembut, "Tadi seorang pemuda berseragam SMA bawa adek kesini."

Berarti bener cowok yang tadi tolongin gue ya, batin Anya.

"Makasih sus." ujar Anya memberi jeda. " Tapi saya merasa ydah baikan sus, apa saya boleh pulang?" Anya pikir ini terlalu berlebihan rasanya, sampai dibawa ke UGD gini. Padahal dia merasa sudah segar, Asalkan tidak melihat darah.

Suster itu mengangguk. "Tapi tunggu dulu sebentar ya, adek baru saja siuman."

Anya kembali mengangguk. Sebenarnya, dia tak ingin belama lama disini karena rumah sakit selalu pekat dengan darah, dan mungkin uang yang dia bawa tidak akan cukup membayar rawat inap. Mana keluarganya sibuk semua, gadis itu tidak ingin merepotkan. "Tempat administrasinya dimana ya, sus?" tanyanya.

"Biaya administrasi atas nama adek sudah dilunasi sama orang yang nolong adek kesini."

*****

Apa kalian tau rasanya seperti menjadi barang lama?

Diacuhkan ketika sudah tidak terpakai, tidak ada yang menginginkan. Seperti yang sedang Anya rasakan. Dia merasa seperti mainan bagi orang sekitarnya. Kedua orang tuanya yang selalu sibuk bekerja, tidak perduli bagaimana keadaan putri bungsunya yang memiliki hemophobia sejak kecil. Yang penting dia harus selalu giat belajar dan menjadi anak baik.

REAGAN • POSSESSIVE BADBOYWhere stories live. Discover now