Mengobati Luka

25.2K 1K 43
                                    

"Hargai penulis dengan vote dan comment

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Hargai penulis dengan vote dan comment."

- Author -



[Bagian 6]

****

Anya meneliti penampilannya di cermin besar seukuran tubuhnya. Jika kemarin dia memakai seragam putih abu, hari kamis ini SMA 2 Garuda mengharuskannya menggunakan seragam putih yang dibalut jas dan rok berwarna coklat tua dibawah lutut.

Setelah menyelipkan jepitan hitam di pinggir rambutnya, gadis manis itu bergegas kebawah. Melihat Kherio yang ternyata sudah tampak rapih dengan style khas mahasiswanya—kemeja kotak kotak.

"Tumben udah siap." Anya menyantap sarapannya.

Biasanya abangnya itu akan sulit dibangunkan pagi-pagi, dan Anya akan berteriak kesal karena tidak ingin terlambat. Namun syukurlah pagi ini dia tidak perlu mengeluarkan emosi.

"Gue ada kuliah pagi, lo pulang jam berapa dek?" tanya Kherio yang memainkan ponselnya.

"Sore, jam tiga." ujarnya singkat.

Kherio menoleh, "Oalah... Nanti kalo udah pulang kabarin gue aja ya," ujarnya sambil mengacak gemas rambut adiknya, membuat Anya kesal.

"Rambut gue, jadi berantakan lagi!"

Kherio tertawa melihat raut kesal itu, lebih baik seperti ini dari pada mendapat ekspresi cuek sang adik.

Setelah selesai dengan sarapan, kakak beradik itu memasuki mobil putih yang terparkir digarasi. Kherio melajukan kendaraanya dengan santai, ini masih sangat pagi.

Lagu As It Was milik Harry Style, menggema di dalam mobil. Kherio bersenandung menyanyikan bait lagunya.

Anya menatap Jalanan ibu kota mulai penuh dengan kendaraan, cuaca hari ini juga agak mendung. Namun belum telihat rintik air yang menuruni bumi.

Anya harap, hari ini menyenangkan.

Setelah 15 menit, mobil yang mereka tumpangi sampai didepan gerbang besi dengan lambang dua burung garuda, Anya segera menuruni mobil. Tidak lupa berpamitan pada sang abang dengan menyalimi tangannya.

"Yang bener dong salimnya." protesnya merasa tangannya mendarat di pipi gadis itu.

"Udah bener," Anya mulai lelah, dia tidak ingin bertengkar pagi ini.

"Itu nggak bener. Salim tuh, gini."

Kherio meraih tangan adiknya lalu mengarahkan punggung tangannya sendiri ke bibir Anya.

"Nah gitu baru bener."

Anya memutar bola matanya malas, "Iya iya, jangan lupa jemput gue pulangnya."  peringatnya sambil menutup pintu mobil sebelum abangnya menjawab.

REAGAN • POSSESSIVE BADBOYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora