Prolog

61.6K 1.4K 17
                                    


Sore itu, di salah satu ruangan luas berisikan rak rak buku yang bersekat. Terasa sangat suram dan dingin bagi seorang gadis yang sedang terjebak dengan cowok yang memiliki title berandalan sekolah. Tubuh cewek itu gementaran, berharap ada siswa yang belum pulang untuk dimintai pertolongan.

Namun nihil, semua siswa SMA 2 Garuda tidak mungkin ada yang menghabiskan waktu di perpustakaan, ketika jam pulang sudah berbunyi 20 menit yang lalu.

Atmosfer ruangan ini rasanya begitu sesak, seolah pasokan oksigen yang semakin lama semakin menipis. Anya melangkah mundur ketika seorang cowok mendekatinya dengan tatapan tajam. Dia sangat mengenal cowok itu, cowok yang beberapa waktu lalu memiliki rumor karena tindakan kriminalnya pada seorang siswa, sampai masuk rumah sakit.

Brak

Sebuah buku terjatuh tepat ketika dirinya terpojok di sebuah rak. Jantungnya berdegup kencang, apakah cowok itu akan bertindak kasar padanya juga?

"Mau kemana, hmm?" suara bariton itu sedikit menggeram, membuat seluruh tubuhnya meremang.

Anya memejamkan matanya dengan tubuh yang semakin gemetaran, "J-jangan mendekat!" pekiknya memberanikan diri.

Namun mana ada cowok nakal yang akan menurut dengan perintah? Dia malah semakin mendekat, sampai Anya bisa merasakan hembusan napas cowok itu di puncuk kepalanya.

Kedua tangan Anya terkepal erat, dengan mata yang masih terpejam, dia mencoba memukul brutal dada bidang cowok didepannya.

Namun dengan tangannya langsung dicekal oleh telapak tangan besar cowok itu, Anya mencoba melepaskan tangannya namun tidak bisa. Rasanya kulit cowok itu terasa panas saat menyentuh kulitnya.

"Sssttt, jangan berontak."

Gadis itu membeku merasakan bagian bahunya memberat, pinggangnya di rengkuh oleh satu tangan cowok itu.

"Jangan jauhin gue kaya gini." Suara bariton itu berubah lirih.

Cekalan tangannya terlepas, lalu Anya merasa usapan pelan di punggungnya. "Ssshhh jangan takut sama gue, Levionna."

Bulu kuduknya sampai berdiri mendengar nama belakangnya disebut dengan lirih dan lembut. Matanya yang agak sipit perlahan terbuka.

Pertama kali yang dilihatnya adalah punggung kokoh yang sedang membungkuk. Kepala sang pemilik punggung itu kini sedang bersarang di bahu ringkih Anya, sampai terasa menyelusup ke cengkuk lehernya.

Ini terlalu dekat.

Kombinasi aroma mint dan cherry blossom menguar dari surai hitam pekat itu.

"Jangan takut, sama gue"

Suara itu kembali mengalun lirih. Anya merasa ada sedikit denyutan di dadanya setiap mendengar suara bariton itu. Tanpa sadar jari lentik Anya terangkat, mengusap rambut tebal cowok itu. Seakan meminta sang empu berhenti untuk berbicara dengan nada yang seperti itu lagi.

Anya membuka suaranya yang sedikit tercekat. "Gue .... takut banget liat orang berantem," cicitnya pelan, tangannya terus mengelus surai hitam itu.

"Lo juga tau itu kan, Reagan?"

Wajah yang sendari tadi bersembunyi dibahunya, kini menatapnya dalam. Menampilkan wajah tampan yang selalu menjadi dambaan banyak kaum hawa diluar sana.

Mata tajam itu kini melembut, menatap gadis yang sudah membuatnya gila dari pertama kali mereka bertemu.

"Gue gak bisa liat lo di sentuh orang lain."

"Lo cuma milik gue, Levionna."

****

Selamat datang di lapak ini gaesss.

This my first story, and aku ga nerima plagiator disini.

Jadi kalau ada yang mau berniat buruk ngecopy atau lainnya mending kalian puter balik aja dari lapak ini.

Cukup nikmati cerita ini jika kalian menyukai, jangan lupa vote + komennya.

Cerita ini murni dari pemikiran dan imajinasi saya sendiri, sebagian diambil dari kisah nyata.

So... Maaf karena cerita ini mungkin masih banyak kurangnya, saya harak kalian ga lupa klik bintang dibawah. Siapa tau bikin aku jadi sering ipdate nya wkwkwk.

Salam dingin 💙

REAGAN • POSSESSIVE BADBOYWhere stories live. Discover now