04 | 𝚍𝚞𝚍𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚞𝚊

235 42 13
                                    

✒ 04 | 𝚍𝚞𝚍𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚞𝚊

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✒ 04 | 𝚍𝚞𝚍𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚞𝚊

┈┈┈┈୨˚୧┈┈┈┈

"there are many tiny things
around—often overlooked—that
can bring me closer to Life.

༘ 𖤓⋆

MAMA adalah penyumbang terbanyak cabang-cabang pikiran yang melintang dan saling terhubung di otak Kala. Namun, sejak wanita itu pergi dua tahun lalu, Kala memangkas salah satunya.

"Dunia ini, Kala, penuh hal-hal menakjubkan kalau kita berkenan melihat lebih teliti. Dari hal yang paling kompleks, sampai yang paling sederhana."

Kala menutup pintu. Berhenti peduli pada sekitarnya, terutama hal-hal yang terjadi di luar perkiraannya. Ia memandang segalanya biasa saja. Tidak begitu takjub, pun terkesan.

Dunia ini juga penuh tipu daya, Ma. Dan Kala kecolongan sewaktu Mama tahu-tahu pergi begitu saja. Yang kemarinnya tertawa berseri, esoknya meninggalkan lengang—hanya mengizinkan duka satu-satunya yang menemani.

Maka Kala bersumpah tidak akan terkecoh dengan tipu muslihat semesta. Sebab ketika Kala mulai mengizinkan dirinya terpana, ada harapan yang punya kemungkinan patah saat ia terlena.

"Kala! Hai!"

Sebagaimana dunia bisa mempertemukannya dengan Pra yang terakhir ia lihat sekitar tiga semester lalu, dan ...

"Ternyata bener ya, lo joging agak pagi buta juga."

... seperti halnya sekarang. Saat perawakan seorang gadis yang tengah melambai kepadanya jatuh di retina.

Khiyara Senjana. Si senja. Si sun-mate. Tiba-tiba hadir dalam setelan hoodie tebal serta ikat cepol yang Kala kenal. Tak ketinggalan rekah luas di bibirnya.

Pandangan Kala melewati bahu gadis itu, terlihat Pak Fatah masih menyiapkan bahan jualannya.

"Lo masih inget gue, kan?"

Kala mengangguk. "Senja."

"Hah?"

Kala mengerjap. Hah?

"Eh—" Baru Kala menyadari sesuatu. Salah, bego. "Kia ... maksud gue. Sori..."

Tawa Kia pecah. "Aneh banget nggak sih gue malah kaget, padahal itu nama gue juga? Tapi nggak nyangka lo ingetnya malah Senja. Eh, sarapan bareng yuk, Kal, mau nggak?"

"Walah, Mas Kala udah dateng toh?" Suara Pak Fatah menaut perhatian keduanya.

"Iya nih, Pak! Emang harus abis Subuh ya saya ke sininya," Kia menyahut, berkelakar.

Pak Fatah terkekeh ringan. "Kasian lho, Mas Kala, Mbak Kia ini dari kemaren nanyain Mas."

Dahi Kala mengernyit samar, tatapannya bergilir dari Pak Fatah ke Kia. Maksudnya?

always, the sun staysWhere stories live. Discover now