16 | 𝚖𝚎𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚙𝚒

107 19 19
                                    

✒ 16 | 𝚖𝚎𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚙𝚒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16 | 𝚖𝚎𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚙𝚒

༘ 𖤓⋆

PAPA
Nanti ada Tante Ray dan Om Oza yang ikut jenguk Mama
Papa will be ok. Kamu fokus kuliah dulu aja

Seperti hujan deras yang mengaburkan penglihatan dan sekitar, kesedihan yang duka bawa juga punya efek yang sama ketika sedang lebat-lebatnya. Kala akan dibawa tenggelam jauh ke dalam emosi itu, jauh pula meninggalkan daratan. Hingga ia tidak sempat peduli dengan siapa yang juga berduka, siapa yang sedihnya sama.

Perkataan Aska juga mengingatkan Kala akan satu hal. Dibanding delapan belas tahun milik Kala, ada orang-orang yang hidup lebih lama bersama Mama. Papa, Tante Ray, keluarga dan teman-teman Mama.

Apakah lamanya waktu juga akan berpengaruh pada seberapa besar luka yang ditinggalkan? Sebab bukankah itu juga berarti akan semakin banyak kenangan dan memori bersama yang akan mengepung dari segala penjuru, melemahkanmu?

Dan dua tahun ini ... Kala semudah itu melupakan Papa. Papa yang sedihnya bisa jadi lebih deras, tapi tidak pernah menyerah menerjangnya untuk menemani Kala. Papa yang tenang tegarnya bisa jadi dibuat-buat, padahal di dalam hatinya juga sepi seperti dirinya. Papa yang berusaha mengerti dan memaklumi dengan selalu hati-hati membawa nama Mama kembali ke permukaan di hadapan Kala.

"Pa?"

"Ya, Kala?"

"Di rumah ... pasti sepi, ya?"

"Tiba-tiba tanya begitu? Hmm ... ya, lumayan. Kebantu sama Senja."

Papa berdua. Kala bertujuh.

"Kalo Papa kangen Mama ... apa yang Papa lakuin?"

"Hmm ... kenapa? Kamu lagi kangen Mama, ya?"

"Mm-hm. Rasanya kangennya nggak abis-abis ... justru makin numpuk. Papa gitu juga, nggak? Diapain ya, Pa?"

"Hmm... Papa juga belum khatam soal ini. Masih trial-error. Kalo diuji, pasti Papa dapet C. Tahun lalu mungkin D. Tahun depan ... belum tentu dapet B, sih, tapi masih bisa Papa usahain."

Senyum menyisip di bibir Kala. Kalau Kala sembunyi di balik geming, barangkali Papa sembunyi di peringai santainya.

"Menurut Papa, berduka ini rasanya kayak matkul yang sulit, udah gitu dosennya killer, bikin nggak tenang jalaninnya. Paham dong pasti? Rasanya berat dan pengen cepet-cepet selesai. Apesnya, dosennya malah kasih nilai jelek, bikin IP turun. Serasa satu derita ditumpuk derita lain. Tapi ... setelah Papa jalani, semengerikan apapun matkul ini, Papa akan terus ambil di semester selanjutnya. Tau karena apa? Karena Papa merasa ini matkul wajib buat Papa ... sebagai seseorang yang mencintai Mama."

Papa selalu punya cara unik untuk menyampaikan sesuatu. Kala tidak pernah merasa digurui. Justru di saat-saat seperti ini, pembawaan Papa membuat level mereka tidak begitu senjang. Hati Kala pun jadi ringan, telinganya terbuka lebar. Mendengarkan. Meski di lain sisi, sekarang hatinya juga memerih.

always, the sun staysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang