18 | 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚍𝚎𝚔𝚊𝚝

108 26 21
                                    

✒ 18 | 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚍𝚎𝚔𝚊𝚝

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

18 | 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚍𝚎𝚔𝚊𝚝

༘ 𖤓⋆

AROMA sedap membumbung memenuhi dapur. Pedasnya bawang dan cabai yang bersatu dengan minyak panas menggelitik tajam indera penciuman. Selangkah lebih dekat, aroma gurih kuah kaldu mengapung tipis; daun bawang, cacahan seledri, dan jahe berkombinasi menilik memori bagaimana sesuatu yang hangat bisa terasa segar di kerongkongan. Harum daun pisang yang dipanggang, segarnya sayur-sayuran bercampur parutan kelapa. Semuanya bekerja sama membuat siapapun tidak sabar untuk merapat dan memanjakan lidah.

Untuk Kala, aroma itu seakan mendekapnya hangat. Sehangat suara Mama yang memanggilnya dari dapur dan ulasan senyum yang menyambut kedatangannya.

Kendati peluh mengalir di punggung dan tepi wajah, Kala tidak lekang memperhatikan setiap detail yang Gema ucapkan dan lakukan. Mereka sibuk sejak pukul 4; mengiris, mengaduk, menyendok. Kala masih kaku, tapi ia memberikan upaya terbaiknya. Seiring waktu bergulir, datang tangan-tangan baru yang membantu, mempercepat pekerjaan mereka. Hingga akhirnya piring dan mangkuk satu per satu mengisi meja makan yang tadinya hampa.

"Wuidih, ini mah udah kayak menu course di restoran-restoran berbintang."

"Awas lo pada bar-bar, ya. Gue tau masakan gue nggak pernah fail, tapi mohon dijaga keanggunannya."

Kursi-kursi berderit ditarik susul menyusul. "Kal, duduk sini buruan! Nggak sabar nih cacing-cacing di perut gue. Lo bikin apa lagi sih?"

"Sabaar."

"Menu highlight hari ini tuh. Pelan-pelan ya, Kal, bawanya!" Gema mewanti-wanti.

"Ini pertama kali nggak sih kita makan besar di Kace? Kudu gue abadikan sebelum semuanya ludes!"

Gale mendecak tidak sabar. "Buruan, Yan!" 

"Hidup persatuan anak tunggal Kace. Sekian, mari kita serbu!" Aska mengaba-aba.

Serentak, tangan-tangan mereka sibuk. Membujur, melintang di atas meja. Satu demi satu berhasil menyendok suapan ke mulut. Kala yang terakhir. Sendoknya berhenti di depan bibir, sedangkan matanya sibuk berkeliling memeriksa setiap reaksi dari lima orang lainnya. Tanpa satu pun terlewat.

"AAAAH! Seger banget, weh!"

"Mucho lezato perfecto!"

Kala tersenyum lebar. Dadanya seperti hendak meledak. Lega, ia pun melahap satu suapan pertamanya. Seiring lidahnya melumat setiap lapisan rasa, sesuatu dalam dadanya bergelegak lagi. Senang, haru, bangga ... dan rindu. Sergapan emosi itu terasa mencekat, yang Kala berusaha redakan dengan mengatur napas dan melihat sekeliling; tawa canda yang diselingi reaksi kenikmatan dari teman-temannya itu mampu membuatnya tenang sedikit demi sedikit. Sudut matanya terasa agak basah.

always, the sun staysWo Geschichten leben. Entdecke jetzt