Bagian Dua

92 9 3
                                    


__________________________________________

Havi berdiri di dekat tangga. Memperhatikan Aruna yang berhadapan dengan laptopnya tetapi Aruna banyak menatap laptop itu dibandingkan mengerjakan sesuatu disana. Sejak Havi menjemput Aruna pulang bekerja, Aruna agak diam dari biasanya. Tidak berbicara jika Havi tidak bertanya.

Havi memilih mendekati Aruna. Ia memeluknya dari belakang dan mencium pundak Aruna sekilas.

"Masih banyak?" Havi bertanya.

Aruna menoleh ke belakang. "Lumayan. Kamu kenapa belum tidur? Udah malem, Banyu."

Havi berpindah ke sebelah Aruna agar Aruna tak kesulitan menoleh ke belakang untuk melihatnya.
"Susah buat tidur kalo gak meluk kamu. Kamu sendiri juga belum tidur."

"Udah malem, Arun." Havi meniru nada ucapan Aruna sebelumnya.

Aruna tertawa kecil. Perasaannya perlahan membaik setelah Havi menghampirinya. Entah kenapa Aruna merasa sepertinya Havi selalu mengerti jika perasaan Aruna memburuk. Ketika sedang seperti ini Havi selalu bisa memperbaikinya walaupun tanpa bertanya apa yang membuat perasaannya buruk.

"Aku mau selesaiin ini dulu."

Havi menilik ke layar laptop. "Mau aku bantu? Biar cepet selesai, nanti cepet tidur."

"Gak perlu. Kamu tidur duluan aja kalo emang udah ngantuk."

"Aku belum ngantuk. Aku tungguin kamu disini."

Tangan Havi menangkup wajah Aruna. Jari jempolnya ia gunakan untuk memijat kening Aruna. "Biar gak pusing."

Aruna tidak menjawab. Ia menikmati pijatan Havi di keningnya. Aruna selalu menyukai tangan Havi ketika menyentuh wajahnya. Karena tangan itu selalu hangat.

"Aku mau ambil brownies yang tadi sore kita beli."

Havi melepaskan tangannya dari wajah Aruna.
"Kamu malem-malem makan manis lagi."

Aruna terlihat berpikir. "Itu dua hari lalu. Dua hari itu udah lama, lho. Boleh, ya?"

Havi diam sebelum akhirnya menyetujui permintaan Aruna. Ia tidak bisa berlama-lama dengan tatapan memohon Aruna.

"Jangan langsung dihabisin malem ini," pesan Havi.

Aruna mengangguk kemudian berjalan menjauhi Havi. Tak sampai lima menit, Aruna sudah kembali dengan satu dessert box dan dua sendok di kedua tangannya.

"Kamu temenin aku makan ini."

Aruna meraih tangan Havi lalu meletakkan sendok disana. Havi hanya menerima saja walau sebenarnya Havi tidak terlalu menyukai makanan manis. Daripada memakan brownies di hadapannya, Havi lebih suka menatap wajah sumringah Aruna ketika menikmati makanan kesukaannya.

"How's your day?" tanya Havi seraya mengusap ujung bibir Aruna yang terdapat noda coklat disana.

"Good. Aku lewati hari dengan baik hari ini." Aruna tersenyum di akhir ucapannya.

"Kamu?" Aruna balik bertanya.

"Nothing special. Aku sibuk seperti biasa... Oh iya, sekretaris yang baru udah mulai kerja hari ini. Kerjanya bagus. Teliti sama apa yang aku minta."

"Kamu harus naikin gaji dia bulan selanjutnya."

Keduanya tertawa bersama. Aruna kembali menyuap brownies-nya. Havi merapatkan diri lebih dekat dengan Aruna agar bisa menguncir rambutnya yang menghalangi pergerakan Aruna untuk menyuap brownies. Setelahnya Havi hanya menatap Aruna lama tanpa disadari Aruna tentunya.

Tahun LimaWhere stories live. Discover now