Bagian Sebelas

79 8 0
                                    


________________________________________


Rui memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang pagar rumah Aruna dan Havi. Rui belum menarik napas setelah mobil berhenti dengan sempurna namun ia langsung mendengus kasar melihat keberadaan seseorang yang duduk di bangku teras rumah Aruna.

"Itu nenek lampir kenapa lagi ke rumah lo, Run?" tanya Rui terdengar sinis.

Aruna mengikuti arah pandang Rui dan ia sedikit terkejut melihat 'Nenek Lampir' yang Rui maksud.

"Rui, itu tante kamu," tegur Aruna pelan.

Rui memutar bola matanya malas. "Asli deh, tuh orang gak gangguin orang bakal gak tenang kali ya hidupnya dia."

Aruna melepas seatbelt yang masih terpasang dengan sedikit tergesa. Tidak ingin orang yang mereka bicarakan ini menunggu terlalu lama disana.

"Lo gapapa, Run?" Rui menyadari gelagat Aruna yang  terlihat seperti orang yang gugup. Sadar jika Rui paham dengan situasinya, Aruna tersenyum sebaik mungkin untuk meyakinkan Rui bahwa ia baik-baik saja.

"Itu cuma Tante Laras."

"Cuma lo bilang? Tante Laras tuh udah kaya nenek lampir another level tau gak. Gue aja males ngakuin kalo dia tuh tante gue."

"Rui..."

Rui menghela napas panjang. "Intinya ini lo beneran gapapa ngadepin tuh nenek sendirian? Gue bisa aja ngusir dia dari rumah lo, Run. Dia dateng kesini tuh pilihannya cuma dua. Buat dia ngerasa terusir atau dengerin dia nge-julid berjam-jam. Mana kayanya sengaja datengnya pas gak ada Havi." 

Poin terakhir yang Rui ucapkan ada benarnya. Tetapi untuk opsi pertama yang Rui tawarkan agak membuat Aruna merasa bukan pilihan yang bagus. Hanya tersisa opsi terakhir untuk dihadapinya.

"Aku gapapa. Kayanya ada yang mau Tante Laras omongin ke aku sampai beliau dateng sendiri kesini."

Rui memperagakan orang yang seperti akan muntah. "Gak cocok banget dia tuh dipanggil pake beliau gitu."

Setelah Aruna mengatakan ia akan 'baik-baik saja' pada Rui berulang kali, mau tak mau Rui terpaksa meninggalkan Aruna bersama Tante Laras. Sebenarnya Rui juga ragu membiarkan hal itu terjadi tetapi melihat Aruna yang kekeuh, Rui juga bisa apa.

"Gue tungguin sini aja deh," ujar Rui sebelum benar-benar pergi meninggalkan Aruna. 

"Gak usah, Rui. Katanya kamu ada urusan sama pacar kamu habis ini."

"Pacar gue bisa ditinggal dulu kali."

"Aku beneran gapapa," ucap Aruna kesekian kalinya.

Rui hanya mengangguk pasrah dan akhirnya membiarkan Aruna menghadapi Tante Laras sendirian. Tak lupa Rui mengingatkan Aruna untuk langsung menghubunginya jika terjadi sesuatu padanya.

Usai kepergian Rui, Aruna bergegas menghampiri Tante Laras yang masih duduk di bangku teras. Aruna tersenyum simpul.

"Kemana aja kamu jam segini baru pulang? Habis belanja?" cecar Tante Laras begitu Aruna sampai di depannya.

"Tadi lumayan macet, Tan. Tante udah nunggu lama disini?" tanya Aruna berusaha ramah sembari ia membuka pintu utama rumah.

"Saya sudah nunggu hampir setengah jam disini."

Pintu terbuka. Aruna mempersilahkan Tante Laras untuk masuk terlebih dahulu lalu disusul dengan Aruna di belakangnya. Tante laras mengernyitkan dahinya saat duduk di salah satu sofa yang tersedia di ruang keluarga.

"Kamu tidak bersihkan meja ini?"

Aruna terdiam sebentar. "Maaf, Tante. Tadi pagi Runa kesiangan jadi gak sempet buat bersihin mejanya."

Tahun LimaDär berättelser lever. Upptäck nu