Prolog

16.7K 2K 146
                                    

Ketololan apa yang kamu lakukan ketika alkohol menguasaimu? Irish punya satu jawaban yang paling meresahkan: menelepon mantan.

Sebelum itu, mari kita bahas soal rasa bersalah dulu. Yang satu ini, Irish sering merasakannya, terutama jika berkaitan dengan alkohol. Irish tahu bahwa sering mengonsumsi alkohol bukan hal yang patut dibanggakan. Dia tahu, suatu saat di masa depan nanti, organ-organ tubuhnya akan ngambek dan dari sanalah penyesalan bermunculan. Dia tahu dalam jangka panjang alkohol bisa membahayakan livernya. Dan dia juga tahu, dalam jangka pendek, alkohol bisa membahayakan hidupnya.

Ya, Irish nggak berlebihan ketika menyebut alkohol membahayakan hidupnya dalam jangka pendek. Risiko itu nyata dan dipahaminya dengan baik. Sayangnya, manusia adalah makhluk yang keras kepala dan menjengkelkan. Makhluk bodoh yang terjebak di lubang yang sama berkali-kali dan nggak kapok juga--tapi tetap marah bila disebut keledai. Makhluk sombong yang terus-terusan berjanji pada diri sendiri tapi juga terus-terusan mengingkari--tapi tetap kesal jika disebut pembohong.

Irish memikirkan hal ini semalam. Dia memikirkan hal buruk yang mungkin saja akan dia lakulan jika membiarkan alkohol menguasainya. Namun, hal itu nggak menghentikannya dari minum gelas demi gelas bir hingga kesadarannya mulai memudar. Seluruh dunianya melayang dan menyenangkan, membuatnya mabuk kepayang. Segala kerut-kerut dalam hidupnya nggak lagi terlihat. Kisah cintanya yang kering kerontang, kariernya yang menyedihkan, dan usianya yang terus beranjak tanpa pencapaian-pencapaian membanggakan, semua itu seolah hanya fiksi dan tipu daya otaknya sendiri.

Awalnya Irish merasa semua ini sepadan, kemudian dia merasa ini justru nggak sepadan. Terutama ketika dia terbangun di pagi menjelang siang dengan tubuh lungkrah, kepala pening, dan perut yang seolah diaduk dengan ugal-ugalan.

Pemirsa drama romantis mungkin mengira Irish terbangun di kamar apartemen yang mewah dan penuh barang-barang mahal. Apartemen orang lain tentu, karena Irish tinggal di rumah kontrakan sederhana bersama ayah dan kedua abangnya. Jika detail cerita diperlukan, tambahkan definisi apartemen milik pria tampan dan seksi yang menjadi partnernya memadu kasih semalaman. Perlukah ditambahkan detail pekerjaan sebagai CEO dengan latar belakang hidup yang kelam? Lalu, bab selanjutnya menceritakan tentang bagaimana one night stand yang menggelisahkan itu menjadi awal kisah cinta yang penuh tragedi, tapi punya happy ending yang membuat pembaca menjerit-jerit senang.

Tipikal cerita yang akan dibaca oleh miliaran orang di platform cerita online.

Oke, singkirkan semua itu, karena bukan itu yang Irish alami pagi ini. Dia terbangun di kamar tidurnya yang sempit dan berantakan--ya, kamar tidurnya sendiri di rumah sempit yang dia huni bersama keluarga. Singkirkan aroma harum air diffuser ataupun gurihnya aroma masakan partner one night stand-nya yang seksi, karena yang muncul di hidung Irish cuma aroma asam tubuhnya sendiri dan juga sekilas aroma pesing yang menguar.

"Betmen sialan!" teriak Irish, memaki kucing jantan usia dewasa yang dipeliharanya.

Pasti Betmen spraying sembarangan lagi. Kucing itu semakin lama semakin susah dikendalikan, terutama sejak birahinya merajalela.

Irish menegakkan tubuhnya, memejamkan mata untuk membuat fokusnya lebih baik. Ketika semua inderanya sudah mulai normal dan bekerja dengan baik, Irish mulai memahami keadaan. Suasana rumahnya sepi. Kedua abangnya antara masih tidur atau sudah pergi bekerja. Sementara ayahnya mungkin sedang menghadiri undangan kerja bakti di komplek yang Irish terima kapan hari.

Dengan kepala berdenyut, Irish mencari-cari ponselnya yang entah ada di mana. Omong-omong, bagaimana dia bisa pulang dengan selamat semalam? Irish benar-benar nggak ingat. Mungkin Yumi menelepon Bang Aras--kakak sulung Irish--atau mungkin Yumi masih cukup sober untuk order taksi online.

Ponsel itu Irish temukan di saku blazer yang dikenakannya semalam. Batreinya tinggal tujuh persen, tapi masih menyala. Jantung Irish berdebar kencang, memikirkan fakta yang akan ditemukannya saat membuka ponselnya. Ya, Irish sudah punya dugaan, karena bisa dibilang, hal ini sudah pernah terjadi.

"Apa sebaiknya gue cek chat dulu?" gumamnya. "Kalau semalam gue ngoceh aneh-aneh, pasti Agas bakal nanya, kan?" Irish menarik-narik rambutnya yang kusut. "Ya udahlah, Rish, mau gimana lagi? Apa jeleknya mabuk terus telepon gebetan dan ngomong yang enggak-enggak? Semua orang pasti pernah begitu." Irish terkekeh, mentertawakan nasibnya sendiri. "Lagian ini juga bukan pertama kalinya."

Memang benar. Kebiasaan drunk dialing itu lumayan membuat Irish frustrasi. Saat alkohol menguasainya, Irish sering mengirim chat atau menelepon orang, yang nggak akan pernah dia lakukan saat sober. Entah berapa kali Irish tersadar dari mabuk dan mengetahui bahwa semalam dia menelepon mantan-mantan pacarnya dan membicarakan hal yang seharusnya nggak dia katakan. Irish sudah tahu kebiasaan buruknya ini, tapi tetap nggak bisa menahan diri dari alkohol. Itulah mengapa Irish bilang manusia itu makhluk keras kepala, tolol, dan sombong--terutama manusia seperti dirinya.

Irish memutuskan untuk mengisi ulang batrei ponselnya terlebih dahulu, sembari mengisi ulang nyalinya sekalian. Sembari menunggu, dia mulai memikirkan kemungkinan terburuk dari mabuknya semalam adalah menelepon Agas--orang yang diam-diam dia sukai--dan mengumbar isi hatinya.

Oke, cuma itu, kok, pikir Irish.

"Gue tinggal nyari alasan yang masuk akal aja, dan ngeyakinin dia kalau gue nggak ada perasaan apa-apa."

Irish mengangguk, seolah memberi approval atas rencananya sendiri. Lalu tangannya mulai bergerak memeriksa aplikasi obrolan di ponselnya. Perlahan-lahan kekhawatirannya berkurang karena nggak ada hal aneh yang muncul di sana. Nggak ada drunk text yang meresahkan ataupun pertanyaan-pertanyaan janggal dari siapa pun yang potensial.

Lebih tenang, Irish pun membuka riwayat panggilan di ponselnya. Di bagian paling atas hanya ada nama Caraka (RedBuzz). Nggak ada nama Agas, Wira, ataupun Bregas di sana. Agas adalah nama gebetannya, sedang dua yang lain adalah mantan pacar Irish.

Syukurlah aman, pikir Irish luar biasa lega. Namun, kelegaan itu nggak bertahan lama karena Irish segera menyadari ada yang aneh dengan riwayat panggilan teleponnya.

"Caraka?" gumam Irish.

Dia nggak ingat ada percakapan via telepon dengan Caraka hari Jumat kemarin. Malahan, Irish nggak bertemu dengan Caraka seharian karena atasannya itu nggak di kantor. Penasaran, Irish mengetuk list call itu untuk melihat detail panggilan. History-nya menyatakan ada dua riwayat panggilan. Keduanya terjadi dini hari sekitar pukul dua. Panggilan pertama berlangsung selama tiga menit, sedangkan panggilan kedua berlangsung selama 46 menit.

Otak Irish bekerja dengan sangat lambat, seperti mesin motor tua yang sudah lama nggak dipanasi. Ketika sadar, matanya sontak melotot panik.

"Sialan! Gue drunk dialing ke Pak Caraka?!"

***

Holaaaaaaaa~~~

Aku cuma pengin ... posting prolog ini wkwkwk

Jadi, ini adalah cerita baru yang sedang kukerjakan di sela-sela revisi (Revisi apa? Kalian bakal terkejoet kalau tahu 😝😝). Aku posting ini sebagai pemanasan dulu yaaa, jangan ditagih dulu bab lanjutannya. Hahahah

Nanti seperti biasa ya, aku akan post di KK dulu, lalu di Wattpad. Tapi jangan ditanya kapan pastinya (kemungkinan sih setelah aku ngelarin cerita 11.00 PM yang di KK) Mohon bersabar aja, ini ujian 😊😊

Luv!

DRUNK DIALINGWhere stories live. Discover now