2. Satu Alasan Lagi untuk Membenci Hari Senin

9.4K 1.6K 149
                                    

Kenapa orang mudah sekali terjatuh di kesalahan yang sama, tapi marah-marah bila dikatakan lebih dungu dari keledai? Irish nggak tahu jawabannya, tapi dia memang akan marah kalau dibilang lebih dungu dari keledai.

Meski faktanya dia memang luar biasa dungu seperti keledai.

Sudah lima belas menit Irish mondar-mandir di parkiran belakang yang dikhususkan sebagai parkiran motor. Selama dua tahun bekerja di RedBuzz, Irish nggak pernah terlambat. Semalam apa pun dia pulang, Irish selalu datang tepat waktu. Hari ini pun nggak. Dia berangkat dari rumah pukul 06.45, dan tiba di gedung Malaka Pacific pukul 07.40. Jam kerjanya dimulai pukul tepat 08.00, dan sekarang sudah pukul 07.53, tetapi gedung yang sudah disambanginya selama dua tahun itu berubah jadi rumah hantu baginya. Irish masih berusaha mengumpulkan nyali untuk memasukinya.

"Neng, ngapain dari tadi mondar-mandir? Ada yang ketinggalan?"

Tukang bubur yang mangkal di samping pintu gerbang belakang bertanya. Mungkin mamang itu sudah bosan melihat Irish mondar-mandir gelisah di sana. Mamang bubur itu nggak tahu nama Irish, dan Irish pun nggak tahu siapa namanya, tapi mereka sering ngobrol waktu Irish merokok di belakang saat jam istirahat.

"Nungguin orang, Mang," sahut Irish asal.

Lagi-lagi durasi panggilan di ponselnya muncul di ingatan. Sontak Irish kembali merinding. Kenapa dia menelepon Caraka saat sedang mabuk? Kenapa harus Caraka? Selama ini, Irish dalam pengaruh alkohol hanya menelepon orang-orang yang berhubungan dengan dirinya. Bisa-bisanya Irish malah menelepon bosnya?! Lalu ... apa saja yang dia ocehkan selama hampir 46 menit lebih itu? Gila! Bagaimana bisa drunk dialing itu berlangsung selama itu? Apa saja yang dia katakan kepada Caraka?

"Apa karena kejadian hari Kamis?" gumam Irish kepada diri sendiri.

Mungkinkah karena kekesalan yang memuncak dan patah hati yang mendalam yang memicu tragedi drunk dialing yang salah alamat itu? Apakah karena Irish begitu marah dan sebal kepada Caraka, lantas dia pun menumpahkannya secara nggak sadar saat melakukan drunk dial? Kalau begitu ....

Deg.

Langkah Iris sontak berhenti. Jika itu pemicunya, berarti kemungkinan besar telepon Irish itu penuh sumpah serapah, kan?

"Oh no ...." gumam Irish lemas. Menelepon bosnya saat mabuk saja sudah sangat buruk, apalagi memaki-makinya?

"Bego, Iriissh .... Begooo!"

Irish mulai menjambaki rambutnya sendiri, super duper frustrasi. Apa ini berarti Irish sudah berada di ujung kariernya bersama RedBuzz? Ya, Tuhan! Dia bahkan masih seorang legal assosiate! Posisinya masih di level dasar dari seorang corporate lawyer yang dia inginkan. Tapi ... setelah apa yang dia lakukan kepada Caraka, masihkah ada harapan bagi Irish untuk melanjutkan kariernya?

RedBuzz kantor tempat Irish bekerja merupakan sebuah perusahaan bussiness consultant yang menawarkan berbagai layanan bisnis mulai dari konsultasi pajak, perizinan, pembuatan kontrak, pendirian perusahaan, jalur masuk investor, hingga proses rekruitment. Kliennya adalah perusahaan-perusahaan dalam berbagai bentuk, baik yang sudah bonafide, startup yang baru meraba-raba struktur perusahaan, hingga perusahaan asing yang ingin membuka cabang atau investor yang ingin berinvestasi di perusahaan-perusahaan lokal.

Salah satu jasa yang diberikan adalah pendampingan hukum dan legal untuk korporasi, yakni departemen khusus hukum tempat Irish bernaung. Divisi itu khusus mengurusi seluk beluk yang berkaitan dengan hukum dan perizinan. Mereka melayani jasa proses pembuatan perusahaan, perizinan lahan, pembuatan kontrak atau perjanjian, litigasi, dan banyak lainnya. Posisi Iris adalah legal assosiate yang berada di paling bawah. Di atasnya ada junior lawyer, lalu senior lawyer, dan partner. Dia bahkan belum berhak menyandang gelar pengacara, karena belum memenuhi kualifikasi. Padahal, ini pekerjaan pertamanya yang linier dengan bidang studi kuliahnya dulu.

DRUNK DIALINGWhere stories live. Discover now