4. Fakta Memalukan yang Disimpan dalam Diam

6.9K 1.2K 137
                                    

Kapan waktu yang tepat untuk membenci dan mencelakai sahabat baikmu sendiri? Menurut Irish, adalah saat dia mentertawakan kesialan yang menimpamu—sekaligus ketololanmu.

"Ya Tuhan, Irish! Mendingan lo hapus semua kontak lo dulu deh kalau mau mabuk!" seru Yumi, sebelum tertawa ngakak. "Drunk dialing-nya nggak kaleng-kaleng! Nggak pandang bulu!"

Irish mendengus sebal. Sahabat karibnya sejak bangku SMA ini terlihat puas sekali mentertawakannya. Kenapa Yumi nggak berempati dengan musibah yang Irish alami? Meskipun lucu bagi orang lain, buat Irish kan itu musibah besar!

"Lagian kapan, sih, lo teleponnya? Kok bisa lewat dari pantauan gue?"

"Itu dia, anjiiirr!" seru Irish kesal. "Bisa-bisanya lo biarin gue pegang HP dan telepon orang pas lagi teler!"

Yumi lagi-lagi tertawa. "Ya, gue kan enggak lihat, Say. Selama sama gue kayaknya aman. Lagian kebiasaan lo sendiri, kenapa nyalahin orang lain, sih?!"

Irish berdecak sebal. Kebiasaan buruknya ini memang sering menimbulkan masalah. Irish juga nggak tahu kenapa jari-jarinya begitu lepas kontrol jika sudah dalam pengaruh alkohol. Bukan sekali atau dua kali Iris menelepon mantan pacarnya saat sedang mabuk parah. Dia sudah melakukan banyak cara untuk mengatasi hal ini. Mulai dari membiarkan pulsa habis dan mematikan paket sebelum berniat minum-minum, menitipkan ponselnya kepada Yumi, hingga menghapus dan memblokir nomor mantan-mantannya—bukan karena benci setengah mati atau nggak mau berurusan sama sekali dengan mereka, melainkan supaya Irish nggak iseng menelepon mereka saat sedang mabuk. Namun, entah mengapa Irish-dalam-kondisi-mabuk selalu punya cara untuk melakukan drunk dial memalukan itu yang akan disesalinya begitu bangun. Alhasil, Irish menempuh opsi terakhir, meminta mantan pacarnya untuk memblokir nomor Irish atau mengabaikan saja jika Irish tiba-tiba menelepon di jam-jam yang nggak masuk akal.

Yah ... apa gunanya itu sekarang? Tragedi telepon mantan memang nggak terjadi, tapi justru lebih parah. Drunk dial ke bosnya sendiri, dan entah apa saja yang dia ocehkan.

"Hmm, pantes lo cuma pesan jus jeruk malam ini. Trauma rupanya," ledek Yumi.

Irish cemberut, tapi nggak bisa membela diri. Diaduk-aduknya gelas belimbing berisi jus jeruk itu. Yumi benar, Irish memang trauma mendalam.

"Terus Caraka kelihatannya gimana?" tanya Yumi kepo.

Irish menggeleng. "Dia nggak ngomong apa-apa, gue juga pura-pura nggak ngeh aja. Tapi ya lo tahulah ... tiap lihat dia, gue jadi tekanan mental."

Lagi-lagi Yumi tergelak. Irish jadi makin sebal, dan mengancam cewek berambut ala iklan sampo itu supaya diam atau dia akan membocorkan perasaan Irish kepada Bang Eros.

"Ada hikmahnya juga Caraka nggak ingat lo siapa ya, Rish. Apa lo nggak pengin ngajuin resign itu nanti?"

Irish menghela napas panjang, lalu mengangguk pasrah. Hidup sebagai orang Indonesia memang harus pandai-pandai mencari hal baik dari hal buruk yang terjadi. Kalau nggak, nanti bisa gila. Perkara yang disebut-sebut Yumi itu ... Irish sendiri nggak tahu harus memasukkannya ke kategori negatif atau positif.

Caraka Samahita bukan orang asing, setidaknya bagi Iris—dan juga Yumi. Mereka lulus menjadi sarjana hukum dari almamater yang sama, hanya berbeda tahun. Caraka dua tingkat di atas Irish. Artinya, mereka sempat bertemu ketika masih jadi mahasiswa. Bahkan, Caraka adalah ketua panitia ospek jurusan ketika Irish masih maba.

Perasaan Irish soal ini ambigu sejak awal bergabung di Redbuzz—dia tidak tahu Caraka yang akan menjadi bosnya. Ketika tahu, Irish sempat menjadi ragu, karena sekantor dengan seseorang yang berasal dari kampusnya bukanlah sesuatu yang Irish inginkan. Apalagi jika orang itu menjadi atasannya. Bukan karena Irish punya masa lalu atau diam-diam naksir Caraka saat kuliah, melainkan karena Irish merasa kecil hati atas kariernya yang seret, bagaikan makan nasi dengan kentang mustofa, dan lupa nggak bawa minum pula. Di saat teman-teman seangkatannya sudah berada di level manager, Irish masih berada di level dasar yang mentok lantai. Rekan-rekan yang satu posisi dengannya bahkan kebanyakan fresh graduated. Padahal fakultas hukum di kampusnya punya level dan akreditasi tinggi. Lulusannya sukses di banyak bidang, mulai dari law firm bergengsi, perusahaan besar, hingga instansi-instansi hukum pemerintahan.

DRUNK DIALINGWhere stories live. Discover now