4 - New World

137 19 0
                                    

4 – New World

Apa pakaian Reed terlalu berlebihan? Reed merapikan dasinya. Ia hanya meminta disiapkan pakaian yang pantas untuk melamar seseorang. Namun, entah kenapa, ia merasa pakaiannya ini terlalu berlebihan. Ia hanya akan pergi makan siang sambil melamar Elaine untuk formalitas, tapi ... ia berpenampilan seolah akan ke pesta.

Apa yang akan dipikirkan Elaine nanti? Gadis itu mungkin akan malu menerima lamaran Reed nanti karena penampilan Reed saat ini membuatnya tampak lebih tua. Bahkan tanpa itu pun, usia mereka sudah terpaut sepuluh tahun.

Namun, untuk mengganti penampilannya sekarang, dia bisa terlambat untuk janji makan siang mereka. Terlebih, karena Reed akan menjemput Elaine di rumahnya, keenam kakaknya mungkin akan mengawasinya. Jika dia terlambat sedikit saja, dia tak tahu apa yang akan dilakukan keenam kakak Elaine.

Seumur hidupnya, Reed tidak pernah berpikir dia harus melakukan hal hingga sejauh ini hanya demi seorang wanita. Melamar, menjemput makan siang, menyiapkan cincin dan semacamnya, itu adalah hal terakhir yang diinginkan Reed. Namun, untuk mendapatkan Elaine, ini bukan apa-apa.

Karena Reed akan mendapatkan lebih dari ini. Sama seperti Elaine menggunakan Reed, entah untuk apa pun rencana pernikahannya itu, Reed juga akan menggunakan Elaine untuk rencananya. Meski sebelum itu, dia harus menyiapkan diri untuk ujian dari Remia Darwin selama sebulan ini.

Tidak ada jalan mundur kali ini. Reed pun tak berniat untuk mundur. Ia hanya khawatir pad Elaine. Jika gadis itu memutuskan untuk menyerah ... maka Reed akan hancur saat itu juga. Tidak hanya keluarga Barraga, tapi keluarga Darwin akan menjadi musuhnya.

Dengan pikiran itu, Reed menyetiri mobilnya sendiri untuk menjemput Elaine. Ia tak ingin membuat Elaine merasa canggung dan tak nyaman jika ada orang lain selain mereka di mobil nanti. Mengingat gadis itu sepertinya hanya bisa bertemu dengan orang-orang terbatas saja. Ugh ... banyak yang harus mereka bicarakan. Reed juga tak bisa mengabaikan situasi gadis itu selama ini karena dia membutuhkan gadis itu di masa depan.

Namun, Reed penasaran, apa yang membuat gadis itu melawan keenam kakaknya dengan nekat menikahi Reed yang tak pernah ditemuinya sebelum ini? Tak seperti keluarga Reed, keluarga gadis itu sepertinya sangat peduli pada gadis itu. Reed tak ragu jika mereka akan melakukan apa pun untuk gadis itu. Lalu, kenapa ...?

Well, mereka juga harus bicara tentang itu nanti. Terlepas dari rasa penasaran Reed, ia harus tahu sebanyak mungkin hal tentang Elaine jika mereka akan melangkah bersama ke depan. Sebagai rekan kriminal berkedok pernikahan.

***

Untuk makan siang mereka, Reed membawa Elaine ke rooftop restaurant di salah satu hotel milik Barraga. Pria itu berkata jika mereka bisa bebas bicara di sana karena dia sudah mengosongkan restoran untuk mereka berdua. Seperti yang dikatakan pria itu, ketika mereka tiba di restoran, tidak ada siapa pun selain staf restoran. Namun, perhatian Elaine kemudian teralihkan dengan pemandangan dari restoran di lantai teratas hotel itu.

Restoran berdinding kaca itu menyajikan pemandangan luar biasa dari atap hotel. Dan ini pertama kalinya Elaine pergi ke tempat seperti ini. Ini benar-benar ... menakjubkan.

"Kalau malam, pasti pemandangannya lebih menakjubkan lagi," gumam Elaine begitu mereka duduk di salah satu kursi di samping dinding kaca.

"Sayangnya, aku tak bisa membawamu kemari di malam hari sampai kita resmi menikah," sebut Reed.

Elaine menatap ke depan dan tersenyum. "Aku tak sabar menunggu hari itu."

Reed tampak menatap Elaine lekat.

"Ah, apa reaksiku terlalu memalukan?" Elaine meringis. "Maaf, tapi ini pertama kalinya aku pergi ke tempat seperti ini."

Reed mengerjap, tampak tak percaya.

"Apa itu terlalu mengejutkan?" Elaine kembali meringis.

Reed berdehem. "Maaf, aku hanya ... kupikir, karena kamu anggota keluarga Darwin ..."

"Apa kamu tidak pernah mendengar rumor tentangku?" tanya Elaine. "Darwin's youngest daughter yang lemah dan tak berguna ..."

Reed mengernyit. "Rumor hanyalah rumor," tepis pria itu. "Hanya orang bodoh yang percaya rumor."

Elaine tersenyum. "Dan jika itu bukan rumor?"

"Maka, aku sendiri yang akan memastikan apakah itu benar atau tidak," balas Reed. "Tapi, kita baru bertemu kemarin dan aku tidak tahu banyak tentangmu. Aku tidak akan menilaimu hanya dari rumor."

Elaine terkekeh. "Kamu benar-benar berbeda dari rumor yang kudengar," akunya.

Reed mendengus pelan. "Rumor apa yang menurutmu paling parah tentangku?" tanya Reed sebelum meneguk segelas air yang disediakan di meja.

"Kamu impoten," sebut Elaine.

Seketika, Reed tersedak dan terbatuk-batuk parah. Pria itu menunduk dan menyambar serbet makan untuk mengusap mulutnya.

"Maaf ... uhuk ..." ucap pria itu dengan suara serak.

Elaine seketika merasa bersalah. "Aku yang seharusnya meminta maaf. Tapi, melihat reaksimu, itu memang rumor yang terburuk, kan?"

Reed mendengus pelan, lalu menggeleng. "Itu hanya lelucon omong kosong untuk menjatuhkanku."

"Jadi, kamu tidak impoten?" Elaine penasaran.

Reed kembali terbatuk. "Aku tidak tahu apa itu penting untukmu, tapi aku tidak ..." Reed tiba-tiba berhenti, lalu menatap Elaine tajam. "Apa kau mengharapkan keturunan dariku?"

Elaine mengerjap. "Tidak," jawabnya jujur. "Dan aku sepertinya belum memberitahukan padamu. Tapi, kondisi tubuhku yang lemah membuatku sulit hamil. Pun jika aku hamil, itu akan membahayakan tubuhku."

Reed ternganga. "Kamu ... bagaimana kamu bisa mengatakannya semudah itu padaku?" Pria itu menatap Elaine tak percaya.

"Ah, mungkin untuk orang lain, itu menjadi kelemahan. Tapi, tidak untukku. Kakakku juga tidak menginginkan itu. Mereka berkata, jika aku menginginkan anak, mereka akan mengadopsi seorang anak yang sudah mereka seleksi untukku," jawab Elaine.

Namun, jawaban Elaine tampaknya semakin membuat Reed terkejut.

"Apa kamu ... menginginkan keturunan?" tanya Elaine hati-hati. "Well, aku sudah memikirkan solusi untuk itu. Jika kamu punya wanita yang kamu cintai atau kamu inginkan, dia bisa melahirkan keturunan untukmu. Aku bahkan akan membesarkan sebagai anakku."

Reed menggeleng keras. "Tidak, bukan itu. Aku juga tak menginginkan itu. Anak-anak, keluarga ... aku tak menginginkan itu. Aku tidak membutuhkan itu," ucapnya tegas.

Ah ...

"Kalau begitu, kita sudah sepakat tentang satu hal, kan?" Elaine tersenyum.

Reed mendengus pelan, mengangguk.

Elaine sama sekali tak menduga pria itu akan mudah diajak bicara seperti ini. Mungkin karena ini seperti kesepakatan bisnis baginya. Namun toh, pernikahan mereka nanti memang tak lebih dari sekadar kesepakatan bisnis.

***

Our Contract MarriageWhere stories live. Discover now