19 - Her Smile

161 19 0
                                    

19 – Her Smile

Elaine sudah terbiasa dengan perlakuan ekstra kakak-kakaknya yang terlalu khawatir akan kondisinya. Namun, ia tak menduga jika Reed juga bisa seperti itu.

Begitu mereka kembali ke villa setelah melihat matahari terbenam, pria itu meminta Nancy menyiapkan air hangat untuk Elaine. Dia bahkan mengantar Elaine ke kamar mandi dan memastikan Elaine menghangatkan diri dengan air hangat. Setelah Elaine mandi pun, pria itu sudah menunggu di depan pintu kamar mandi dan langsung menyelimuti tubuh Elaine yang hanya mengenakan jubah mandi.

"Kamu bisa berganti pakaian dulu, aku akan menyiapkan sarapan," ucap pria itu.

Elaine belum sempat menjawab ketika pria itu keluar dari kamar tidur utama. Elaine menoleh pada Nancy.

"Reed menyiapkan sarapan sendiri?" tanyanya heran.

"Setahu saya, Nona Remia sudah mengirim chef dan staf untuk mengurus kebutuhan Nona Elaine di villa ini," jawab Nancy.

Begitukah? Lalu, kenapa Reed mau menyiapkan sarapan?

"Oh, kamu melewatkan satu hal, Nancy," sebut Elaine.

Nancy yang sedang menyiapkan baju ganti Elaine mengerutkan kening.

"Nyonya," ucap Elaine. "Kamu seharusnya memanggilku Nyonya sekarang." Elaine tersenyum.

Nancy tersenyum geli. "Baik, Nyonya."

"Tapi, tidakkah menurutmu reaksi Reed berlebihan hanya karena aku bersin?" keluh Elaine.

"Saya bisa mengerti reaksi Tuan Reed, Nyonya. Karena saat ini, Tuan Reed yang bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang terjadi pada Nyonya," terang Nancy.

Elaine mengerjap. Nancy benar. Apa yang Elaine pikirkan?

Hanya karena ia mendapat kebebasan dari kakak-kakaknya, bukan berarti ia bisa bebas melakukan apa pun yang dia inginkan tanpa memikirkan kondisi tubuhnya. Jika sesuatu yang salah terjadi padanya, maka kakak-kakaknya akan menggunakan itu untuk menyalahkan Reed.

"Aku benar-benar ... terlalu lemah," gumam Elaine.

"Nyonya tidak perlu merasa seperti itu," Nancy menghiburnya. "Bukankah saat ini, Nyonya sudah berhasil mencapai satu tujuan Nyonya?"

Elaine tersenyum kecil. "Ya, kamu benar. Hanya saja ... aku merasa terlalu sombong sekarang setelah aku berada di sini. Tanpa kusadari, satu langkah salah saja aku bisa menyeret Reed ke jurang karenaku."

***

Reed kembali ke kamar tidur membawakan nampan sarapan untuk Elaine. Namun, ia langsung memperhatikan ekspresi muram Elaine. Apa yang terjadi?

"Elaine, ada apa?" tanya Reed sembari meletakkan nampan makanan di meja samping tempat tidur.

Elaine menoleh pada Reed. "Kenapa kamu menyiapkan sarapan sendiri? Kudengar, kakakku mengirim chef dan staf kemari."

"Ah, ini masakan yang disiapkan chef yang dikirim kakakmu. Aku hanya membuat susu hangat dan roti panggang," Reed menjelaskan. "Kenapa? Apa kamu tidak suka? Aku akan menyiapkan makanan lainnya jika kamu ..."

"Bukan itu," Elaine menyela. "Reed, maaf ..."

Reed mengernyit. Kenapa gadis itu tiba-tiba meminta maaf? Jangan bilang ... dia menyesal?

"Apa kamu menyesal?" Reed memberanikan diri melempar pertanyaan itu.

"Ya."

Jawaban Elaine itu seolah menikam Reed. Ia mendengus tak percaya. Setelah semua ini ...

Reed mengepalkan tangan.

"Aku seharusnya tidak seegois ini ketika aku tahu, aku bisa menempatkanmu dalam bahaya karenaku," ucap Elaine.

Reed mengerjap. Apa maksud Elaine itu?

"Aku yang tahu kondisi tubuhku, seharusnya aku tahu lebih baik untuk tidak memaksakan diri hanya karena keinginanku," Elaine melanjutkan. Ekspresinya semakin muram. "Jika sampai aku sakit, kakak-kakakku pasti akan menyalahkanmu ..."

Ah, itukah yang gadis itu khawatirkan?

"Kurasa, kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu," Reed berkata sembari duduk di tepi tempat tidur. "Aku sudah berkata jika kamu bisa memanfaatkanku. Urusan dengan kakakmu, itu adalah urusanku. Karena itu, kamu tidak perlu khawatir dengan hal-hal seperti itu. Selama itu tidak membahayakan nyawamu, aku bisa bertanggung jawab atas apa pun itu."

"Bahkan setelah apa yang harus kamu lewati selama sebulan kemarin karena kakak-kakakku?" Elaine tampak ragu.

Reed tersenyum menenangkan gadis itu. "Itu bukan masalah besar," ia meyakinkan Elaine. "Aku sudah berjanji padamu dan aku akan menepatinya sampai akhir. Dan kamu tahu, jika aku tak bisa menepati janji itu, tidak mungkin aku menerima kesepakatan darimu. Karena itu, jangan khawatir tentang apa yang akan dilakukan kakak-kakakmu padaku. Karena itu adalah bagianku untuk mengurusnya. Sesuai kesepakatan kita."

Elaine akhirnya tersenyum.

"Karena itu, jangan pernah lagi berkata kamu menyesal. Aku tidak ingin menjadi pilihan yang kamu sesali," Reed menegaskan.

Senyum Elaine semakin lebar. "Itu tidak akan terjadi lagi," balasnya. "Bahkan hingga saat ini pun, kamu tidak tahu betapa bersyukurnya aku karena memilihmu."

Ya, dan Reed akan memastikan itu. Ia tak peduli bagaimana kakak-kakak Elaine akan menyerangnya. Toh, ia tahu lebih baik dari siapa pun, betapa pun berbahayanya mereka, mereka jugalah yang akan menjadi kekuatan Reed untuk melawan keluarga Barraga.

Untuk itu, Elaine harus memanfaatkan Reed semaksimal mungkin. Karena Reed juga akan melakukan itu. Dan setidaknya, dengan Elaine memanfaatkan Reed, dia bisa melakukan lebih banyak hal yang dia inginkan. Dengan memanfaatkan Reed, gadis itu bisa lebih sering tersenyum di samping Reed.

Apa ruginya bagi Reed?

***

Nancy tak pernah melihat perubahan suasana hati Elaine secepat ini. Jika Elaine kecewa akan sesuatu, dia akan larut dalam kekecewaannya selama beberapa waktu. Bahkan hingga ia tidak bisa tidur.

Pun setiap kali kakak-kakaknya membuatnya kecewa karena menolak permintaannya, Elaine akan larut dalam kesedihan selama beberapa waktu. Dan selama waktu itu, setiap senyum yang ia tunjukkan hanyalah senyum palsu untuk tidak membuat kakak-kakaknya merasa cemas atau khawatir.

Dan itu semua, karena Elaine tahu, kakak-kakaknya melakukan itu karena mencintainya. Karena Elaine tahu, mereka hanya khawatir padanya. Terlebih, karena ia tahu itu semua demi kebaikannya.

Namun, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang hanya memikirkan apa yang Elaine inginkan dan bersedia menanggung semua resiko untuk Elaine. Pria itu, Reed, adalah satu-satunya orang yang memberi sayap sekaligus mengamankan tempat mendarat kapan pun, di mana pun, untuk Elaine.

Setelah kematian ibu Elaine, Nancy tak pernah berpikir untuk melayani siapa pun selain Elaine. Namun, sekarang ia punya satu orang lagi yang harus ia lindungi.

***

Our Contract MarriageWhere stories live. Discover now