21 - Rainy Days (Extra part)

138 16 0
                                    

21 – Rainy Days

"Reed, bangun, Reed!" Seruan Elaine itu diikuti guncangan di lengan Reed.

Reed membuka mata dan melihat Elaine yang sepertinya juga baru bangun tidur, duduk di tengah tempat tidur dengan mata berbinar. Gaun tidur gadis itu melorot di bahunya.

Sungguh ... gadis ini masih tak menganggap Reed seorang pria. Ini bahkan sudah pagi ketiga Reed bangun di samping gadis itu, meski yang pertama, hanya Elaine yang tidur dan Reed pura-pura baru bangun karena ia tidak tidur sama sekali. Akan tetapi, setiap kalinya, ia selalu mendapati Elaine yang tampak begitu santai berada di tempat tidur yang sama dengannya. Seolah Reed adalah boneka.

Jika melihat kakak-kakak Elaine, Reed yakin gadis itu tidak pernah tidur dengan pria. Satu ruangan hanya berdua dengan seorang pria saja pasti sudah membuat siapa pun pria malang itu terbunuh. Namun, bagaimana gadis ini bisa sesantai ini menghadapi Reed?

"Ada apa, Elaine?" tanya Reed sembari beranjak duduk. "Apa ada hal lain yang ingin kamu lakukan selain yang sudah kita jadwalkan kemarin?" Reed menarik gaun tidur Elaine ke atas untuk menutupi bahu gadis itu.

"Hujan!" seru Elaine.

Reed menoleh ke arah tirai jendela ruangan itu. Cuacanya sedikit mendung dan tampak gerimis kecil turun di luar sana. Nancy yang berdiri di samping tirai sepertinya adalah orang yang menunjukkan itu pada Elaine.

"Hm ... sepertinya kita tidak akan bisa bermain di luar hari ini," Reed berkata. Namun, kenapa Elaine justru tampak antusias?

"No, kita masih bisa bermain di luar!" seru Elaine bersemangat.

"Jika kamu terkena hujan dan demam, kamu mungkin harus menghabiskan sisa waktu bulan madu kita di rumah sakit," Reed mengingatkan Elaine.

Seketika, binar di mata amber gadis itu meredup. Rasanya seolah ada yang meninju perut Reed.

Reed berdehem. "Well, kita tetap bisa keluar setelah hujan reda dan cuacanya aman," Reed membujuk gadis itu.

"Tapi ... aku ingin melihat dan menyentuh hujannya ..."

Reed tertegun. "Apa?" Reed pasti salah dengar, kan?

Elaine menunduk, tampak sedih dan kecewa. "Kakakku tak pernah mengizinkanku keluar rumah, bahkan untuk sekadar membuka jendela, ketika hujan," ucap gadis itu.

Reed seketika mengepalkan tangan. Namun, ia segera menenangkan diri dan berkata,

"Kita bisa keluar setelah sarapan dan bersiap."

"Baiklah!" seru Elaine, kembali mendapat energinya. "Nancy, aku akan mandi sekarang!"

Nancy yang berdiri di samping tirai tersenyum dan menjawab, "Baik, Nyonya."

"Aku akan menyiapkan sarapan sementara kamu mandi," Reed berbicara sembari turun dari tempat tidur.

"Terima kasih, Reed," ucap Elaine sembari tersenyum lebar.

Ini bahkan tidak banyak. Reed bahkan tak perlu memindahkan gunung atau menguras lautan. Jadi, kenapa ... kakak-kakak Elaine bahkan tak bisa memberikannya pada Elaine ketika itu adalah alasan Elaine tersenyum seperti ini?

***

Setelah sarapan, Reed meminta Elaine memakai mantel sebelum membawanya keluar. Begitu mereka keluar ke teras villa, Elaine bisa mencium aroma yang begitu segar dari hujan. Angin yang berembus membuat percikan hujan mengenai wajah Elaine.

Elaine terkikik ketika merasakan wajahnya basah. Dingin, tapi ini menyenangkan. Ia memejamkan mata dan merasakan bagaimana percikan air hujan mendarat di wajahnya. Matanya terbuka ketika ia merasakan seseorang mengusap wajahnya dengan kain.

Our Contract MarriageWhere stories live. Discover now