7 - Contract Marriage

203 20 1
                                    

7 – Contract Marriage

Reed akhirnya mengalihkan topik tentang rumor buruk tentangnya dengan makan siang. Reed yang perlu menenangkan diri, memutuskan untuk memanggil staf restorannya untuk menyiapkan makanan yang sudah ia pesan. Elaine sendiri tak ingin menambahkan apa pun dan berkata jika ia percaya pada rekomendasi Reed.

Sembari menunggu makanan mereka disajikan, mereka membicarakan tentang makanan. Makanan kesukaan gadis itu, misalnya. Dia suka makanan manis dan dia tidak bisa makan pedas. Chocolate éclair adalah makanan di posisi kedua setelah es krim. Meski tubuhnya lemah, tapi untungnya dia tidak punya alergi. Hanya saja, dia tidak boleh makan sembarangan.

"Setelah kita menikah nanti, aku ingin mencoba banyak makanan yang selama ini tidak bisa kucoba," tandas Elaine penuh harap.

"Ya. Aku akan mendukungmu dan menyiapkan dokter pribadi untuk mendampingi perjalanan kulinermu itu," dukung Reed.

Elaine terkekeh puas. "Aku tak sabar untuk segera menikah denganmu," cetusnya, tampak begitu sungguh-sungguh.

Jika Reed tidak tahu identitas gadis ini, dia mungkin akan berpikir dia adalah anak yang selama ini disekap di dalam rumah tanpa bisa melakukan atau mencoba apa pun.

Ketika makanan yang dipesan Reed tiba di meja mereka, mata Elaine berbinar. Reed tahu, tidak mungkin keluarga Darwin tidak memberikan makanan yang layak untuk gadis itu meski gadis itu tak bisa keluar rumah. Jadi, kenapa gadis itu ...?

"Ini pertama kalinya aku makan masakan orang lain selain chef rumahku," Elaine menjelaskan, seolah bisa membaca keheranan Reed akan reaksinya. "Karena itu, tolong maklumi reaksiku." Gadis itu menatap Reed dan tersenyum.

Reed berdehem. "Aku tidak mempermasalahkan reaksimu," ungkapnya. "Aku sudah menjanjikan kebebasan padamu. Dan kamu bebas untuk melakukan apa pun."

"Terima kasih," ucap gadis itu sungguh-sungguh. "Dan terima kasih karena kamu tidak memilih penawaran kakakku."

"Aku hanya memilih apa yang paling menguntungkan bagiku," aku Reed. "Jika aku memilih tawaran kakakmu, maka aku hanya akan mendapat keuntungan untuk waktu terbatas. Tapi, jika aku memilihmu, aku mendapatkan keuntungan untuk waktu yang lebih lama."

"Dengan kata lain, selama kita menikah, aku akan memanfaatkanmu semaksimal mungkin," ungkap Reed jujur. "Karena itu, kamu juga ... pastikan kamu memanfaatkanku sepuasmu. Untuk setiap hal yang kamu inginkan, apa pun itu."

Elaine mengerjap. "Apa pun ..." gumamnya.

"Ya, apa pun," tandas Reed.

Elaine lantas tersenyum lebar. "Baiklah. Kamu bisa memanfaatkanku semaksimal mungkin, dan aku juga akan memanfaatkanmu hingga aku mendapatkan semua yang aku inginkan."

Reed mengangguk setuju. "Karena itu, aku tidak berniat membatasi waktu pernikahan kita," ucapnya. "Kamu tidak keberatan, kan?"

"Tentu saja," jawab Elaine riang. "Rasanya seperti punya kupon keinginan tanpa batas."

Kupon keinginan, huh? Sebatas itu nilai Reed di mata Elaine.

"Tapi, apa kamu benar-benar percaya padaku?" tanya Elaine. "Kamu tidak pernah bertemu denganku sebelumnya. Apa kamu benar-benar bisa percaya padaku?"

Reed menggeleng. "Aku tidak percaya padamu, tapi pada kesepakatan ini," terangnya. "Jadi, kamu juga hanya perlu percaya pada kesepakatan kita. Karena aku tidak akan pernah melanggar kesepakatan di antara kita."

Elaine manggut-manggut. "Baiklah. Kamu juga tak perlu khawatir aku akan melanggar kesepakatan kita," balasnya.

"Tapi, aku penasaran dengan satu hal," singgung Reed.

Elaine mengangkat alis penuh tanya.

"Bagaimana kamu bisa begitu yakin kamu tidak akan jatuh cinta padaku?" tanya Reed. "Well, aku bukannya terlalu percaya diri dengan diriku sendiri, tapi ..."

Elaine terkikik kecil. "Kamu berhak untuk merasa terlalu percaya diri," ucap gadis itu. "Kamu tampan, punya banyak uang, dan karaktermu tidak seburuk yang dirumorkan."

"Tapi, kamu tidak akan pernah jatuh cinta padaku?" Reed mengangkat alis mempertanyakan.

Elaine tersenyum. "Bukankah kamu sendiri sudah melihat bagaimana kakakku?" sebutnya. "Mereka sangat menyayangiku. Sejujurnya, it's just too much. They love me too much." Elaine meringis. "Karena itu, aku tidak membutuhkan cinta dari orang lain lagi. Karena aku sudah mendapatkan terlalu banyak cinta dari keluargaku."

Ah ... jadi seperti itu. Well, melihat bagaimana keenam kakak Elaine, itu masuk akal. Mereka adalah tipikal yang jika Elaine meminta boneka, mereka akan membelikan pabriknya.

"Karena itu, kamu tidak perlu khawatir aku akan meminta cinta darimu. Aku tidak menginginkan itu dan tidak membutuhkan itu karena aku sudah mendapatkan luar biasa banyak cinta dari keluargaku," tandas Elaine. "Dan sebaliknya, aku sangat mencintai keluargaku hingga aku tak punya cukup cinta untuk diberikan pada orang lain."

"Karena itu, kamu ingin meninggalkan keluargamu?" sebut Reed.

"Ya," jawab Elaine.

Reed mengerutkan kening tak mengerti. Bagaimana bisa ...?

"Karena aku tidak ingin membenci keluarga yang aku cintai, aku ingin bebas sebelum aku mulai membenci mereka yang menghalangi kebebasanku," Elaine berkata lagi. "Karena aku terlalu mencintai mereka untuk membenci mereka. Dan jika sampai aku membenci mereka ... aku tak bisa membayangkan betapa menyakitkannya itu untukku."

Reed mengerjap. Ia benar-benar tak tahu ... bagaimana cara gadis ini mencintai orang lain. Tidak, Reed tak bisa mengerti. Mungkin karena ia tak pernah merasakan cinta. Atau karena ia tak pernah tertarik ataupun menginginkan cinta.

Namun entah kenapa ... jawaban gadis itu membuat Reed penasaran. Bagaimana persepsi gadis itu tentang cinta?

"Dan apa yang akan kamu lakukan jika nanti kamu jatuh cinta padaku?" Reed mengetes gadis itu.

"Itu tidak akan pernah terjadi," Elaine berkata tanpa ragu.

"Apa yang membuatmu seyakin itu?" pancing Reed.

"Karena aku tidak ingin mengkhianatimu," jawab gadis itu. "Dan aku tidak akan pernah mengkhianatimu."

Reed tertegun sesaat, sebelum mendengus pelan dan tersenyum kecil. Ini juga pertama kali seumur hidupnya ... Reed mendengar seseorang mengucapkan kalimat itu padanya.

Gadis ini benar-benar ... tidak normal. Ya. Sangat tidak normal.

***

Our Contract MarriageWhere stories live. Discover now