Part 5

13 1 0
                                    


"Tatyana, masa Ariyo bilang dia pernah liat aku naked," aduku pada Tatyana segera setelah bertemu dengannya. Tatyana hanya tertawa menanggapi perkataan gue.

"Ih, Ta. Lo kok jahat juga sih? Lagian lo mau-maunya pacaran sama Ariyo padahal dia pernah liat gue naked,"kataku sewot sendiri.

"Udah ah. Jangan sok berani. Muka udah pias gitu juga," kata Ariyo di tengah kesibukannya menyetir. Aku mencebik. Kesal sendiri dengan fakta bahwa topik yang kita bahas adalah hal sensitif bagiku. Ah, kenapa topik ini sensitif? Nanti kuceritakan.

"Ariyo fix elo pervert," kata gue belum mau kalah.

"Gue nggak pervert. Emang kenyataannya gitu, Vi," Ariyo mendengus geli menanggapiku. Sial bagiku, Ariyo selalu bisa membuatku malu dan keki secara bersamaan.

"Violi, kamu lupa kalian temenan dari jaman mandi bareng di halaman?" Tatyana berujar. Seketika otakku nyambung. Gue sama Ariyo memang temenan dari jaman mandi bareng di halaman. Jadi, naked yang dia maksud itu pas umur kita 5 tahun?

"ARIYOOOOO!" aku berteriak tepat di telinganya. Akibatnya, laju mobil menjadi sempoyongan mendekati jaipongan.

"Heh!" Ariyo memarahiku. Ups, aku merasa bersalah. Tatyana ikut-ikutan menutup mulut. Kaget dengan bentakan Ariyo barusan.

"Maaf," aku mengkeret, Ariyo menakutkan kalau sedang marah. Lihat? Dia langsung diam saja tanpa menggubris maafku. Ah, rese. Dia yang mulai ngejailin, dia yang marah. Emang sih aku yang salah. Tapikan, cowok selalu salah.

***

"Akhirnya sampai jugaaa," Tatyana girang sekali saat tiba di resto Prancis ini. Awkward juga dateng bertiga gini. Kesannya Ariyo punya pacar dua. Mana Ariyo masih ngambek gak jelas gitu.

"Nanti gue makannya misah yah," pinta gue ke Ariyo.

"Kenapa nggak bareng aja?" Tatyana yang menjawab. Ariyo masih marah kayaknya gara-gara insiden teriak di kupingnya.

"Gue pesen makannya banyak, mejanya kecil. Gak cukup kalo duduk bertiga," aku memberi alasan. Sebenernya berasa jones banget makan di resto romantis gini sendirian. Tapi aku gak enak jadi nyamuk couple berbahagia ini. Lagian, sekali lagi aku ingetin, Ariyo masih marah sama aku. Kalo jadi diem-dieman gini, aku gak enak sama Tatyana. Walau kayaknya Tatyananya woles aja.

"Jangan makan banyak-banyak," Ariyo membuka suara. Akhirnya dia ngomong juga. Biasanya kalau Ariyo marah terus udah ngomong, berarti marahnya udahan.

"I am not on diet," ujarku kesal. Fyi kita masih di parkiran, berantem gaje soal makan bareng apa nggak. Untung sepi parkirannya, malu kan berantem gini di parkiran.

"Gue gak bilang lo harus ikut program diet. Maag lo kambuh entar, elah," Ariyo mencibir. Bener sih dia. Alesan mau mesen makan banyak gagal.

"Yang iya gue gak mau jadi nyamuk, Yo," aku membalasnya dengan sengit. To the point.

"Kita nggak ngerasa keganggu kok, Vi," Tatyana ikut membujuk dengan tampang imutnya. Sulit buat gue menolaknya. Tapi gue harus teguh pendirian, jangan jadi nyamuk, Vi.

"Tapi... gue—"

"Terserah lo deh, Vi. Jangan makan banyak-banyak. Itu aja pesen dari gue," Ariyo menyudahi berantem alay kita dengan meninggalkan gue dan Tatyana yang masih bengong di parkiran. Gue heran bisa temenan sama cowok kurang pengertian gitu.

Bayangkan, gue pake rok dan Tatyana pake gaun cantiiik gila. Ditinggal gitu aja. Untung gue inget kita mau makan enak, kalo nggak, beneran deh si Ariyo gue jadiin wine aja.

***


PROTECTOROpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz