Part 6

10 0 0
                                    



Akhirnya aku duduk sendiri. Di pojok yang sepi karena memang view-nya biasa aja. Gapapalah, daripada duduk di tempat yang pemandangannya bagus tapi forever alone. Ariyo sama Tatyana udah duduk di tempat strategis itu, bincang-bincang romantis. Kapan aku bisa dateng ke resto kayak gini berdua cowok? Yaampun, aku deketan sama cowok aja belum bisa, belum berani. Masih pengen candle light dinner gitu.

"Bon Appetite, Madamoiselle!" seru pelayan mengucapkan selamat makan saat dia mengantarkan makanan. Yummy, mari makan. Lupakan sejenak Ariyo dan Tatyana. Come to Mama, calon energi!

Tring

Ah, bete. Aku gak sengaja jatuhin sendok ke piring. Akibatnya, long sleeve putih yang kupakai bernoda di tangannya. Dasar clumsy! Aku mengutuk diriku sendiri. Buru-buru aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkannya. Semoga tidak meninggalkan noda, aku suka baju ini sebab.

**

Kericik air di depanku membantu membersihkan noda-noda cipratan saus krim tadi. Masih menyisakan noda samar jingga tapi sudah mendingan.

"Direndem pake pemutih ilang nggak ya?" tanyaku pada diri sendiri. Mood makanku sudah hilang. Berlama-lama di kamar mandi membuatku bahkan malas untuk kembali ke mejaku. Salahku memang sampai tangan bajuku kotor. Tapi moodku hancur begitu saja dan aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa selain diriku.

"Ilang kok, tapi jangan lama-lama ngerendemnya, nanti bajunya rusak," seorang tante gemuk tapi super duper quatro cantik menjawab pertanyaanku yang sebenarnya bukan pertanyaan untuknya.

"Eh, iya ya, Tan? Syukur kalau gitu, pulang dari sini saya rendem. Makasih, Tante," jawabku sopan. Aku selalu menghargai seorang wanita karena kekuatannya untuk menjadi insan strong. Apasih aku ini? Lebay.

"Yaudah, saya duluan yaa," ucap tante-tante itu ramah. Duh, pengen punya mama kayak gitu. Sayang ya, Mama mungkin sedang berada di rumah "Papa".

Cting cting

Eh, henpon siapa tuh? Bukan henpon aku. Itu henpon si tante tadi ya? Wah, harus dikembaliin nih. Si tante tadi masih ada di resto nggak yah?

Buru-buru aku keluar kamar mandi, memandang berkeliling aula restoran untuk melihat wajah yang kukenal. Hasilnya nihil. Akhirnya aku keluar, ke lobby tempat menunggu vallet datang.

Itu si tante cantik tadi! Buru-buru aku jogging-jogging kecil nyamperin si tante.

But...

Mobil yang barusan lewat kok kayaknya aku kenal ya? B 3827 LLA? Itu kan mobil Ariyo!

"Hei!" teriakku nyaring, pasti mengundang banyak tanya dari pengguna lobby itu. Tapi Ariyo ninggalin aku di resto romantis. Masa iya stay calm, cooling down?

Nihil.

Mobil Ariyo ngebut dan dalam sekejap mata ilang. Ngebutnya gak ketulungan. Pantes pas keluar kamar mandi tadi aku gak liat orang yang dikenal. Mereka udah pergi juga ternyata.

"Dek? Itu... handphone saya kan yah?" tanya seseorang di sebelahku. Oh my... gue lupa dari tadi megang henpon si tante cantik. Si tante gak ngira gue nyopet henponnya kan?

"Eh... Uhm... Iya... Tadi ketinggalan di kamar mandi," ucapku sambil sesekali mengecek parkiran, siapa tau kan, siapa tauuuu, Ariyo inget gue masih di resto dan balik lagi. Apa mungkin aku beneran udah jadi nyamuk? Adududuh... Ariyo. Aku berasa jadi jomblo ngenes deh.

"Kamu gak papa? Kok linglung gitu?" tanya si tante cantik yang ternyata masih di depan gue.

"Gak apa-apa kok... Cuma ditinggal temen aja..." kataku gak bisa menghilangkan nada ke-ngenes-an di dalamnya.

"Yaudah... kamu pulang sama anak tante aja," ucap si tante sambil tersenyum senang.

"Anak?" tanyaku bingung.

***


PROTECTORWhere stories live. Discover now