Part 22 [Are He's Got Jealous?]

25.2K 1.4K 2
                                    

Airen Side

"Airen, kau tidak memakan sarapanmu?" tanya ibu, aku hanya menatapnya dengan sedikit tersentak.

"A-aku hanya-"

"Apa kau tidak menyukai kepergianmu?" tanya ayah, bodohnya dengan refleks aku mengangguk.

Uh kau ini Airen..

Ayah tersenyum kearahku, dan menatapku dengan tatapan sayang. Uh, aku semakin sayang pada ayahku.

"Yakinlah dirimu, Airen. Ayah seperti ini bukan karena ayah ingin kau jauh dari ayah atau teman temanmu. Ini untuk kedapannya, Airen. Semua untukmu juga, bukan untuk siapapun" ucap ayah, aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Ayah bahkan jauh lebih tampan dari guru aneh itu. Huh..

Aku mulai memakan makananku lahap, dan ayah tertawa melihatku seperti itu. Uh, semua terlihat indah walau hanya melihat ayah tertawa.

"Sudah selesai?" tanya ayah, aku mengangguk. Ayah berdiri, disusul olehku dan berjalan menuju mobil. Lalu, kami berangkat bersama, dan ibu melambaikan tangan kearah kami.

Ini menyenangkan.

"Airen.." panggil ayah, aku hanya menatapnya. Kenapa?

"Airen, ayah ingin bertanya" ucap ayah yang membuatku gemas. Katakan saja apa pertanyaannya.

"Katakan saja ayah, tak perlu ragu" ucapku, ayah hanya tersenyum dan terfokus pada arah jalan.

"Apa kau menyukai seseorang?"

Deg!

Apakah ayah tidak memiliki pertanyaan lain? Aku sedikit tersinggung mengingat aku diselingkuhi guru aneh itu.

"Iya ayah, jika ayah ingin tahu, aku sudah menjalin hubungan dengannya" ucapku, ayah hanya menatapku terkejut, kemudian kembali terfokus kearah jalan.

"Oh ya? Siapa dia? Kenapa kau tidak menceritakan kepada ayah?" tanya ayah membabi buta yang membuatku sedikit sweet drop. Bisakah secara satu persatu?

"Tentu. Ia adalah guruku sendiri, dan karena ayah jarang berada di rumah"  ucapku, ayah hanya terdiam. Aku bisa melihat, dahi ayah mengkerut sempurna.

Apa yang salah?

Aku hanya menjawab 'tentu, ia adalah guruku sendiri, dan-' eh tunggu, itu tentu salah!!

"Kau berpacaran dengan gurumu?! Guru macam apa dia?!" ucap ayah mulai marah, aku hanya menggeleng.

Habislah riwayatku. Matilah aku!

"B-bukan itu ayah, dengarkan aku dulu! Aku memiliki seorang teman dan ia sering mengajariku. Jadi, aku sering memanggilnya 'guru' karena ia memang seperti guruku" jelasku, dan ayahnya menatap kearahku curiga. Aku hanya menelan salvia dan menatap kearah ayah horor.

"Benarkah?" tanya ayah memastikan, aku hanya mengangguk. Tak lama, ayah bernafas lega yang membuat hatiku nyaman.

Untung ia percaya, coba jika tidak..

"Ayah, aku di Netherland sampai kapan?" tanyaku, ayah kembali tersenyum. Uh, lupakan sajalah masalah tadi, jangan diingat lagi ayah!

"Satu tahun" ucap ayah yang membuatku mendesah lega. Berati hanya sampai aku lulus.

"Airen, sudah sampai" ucap ayah dan aku hanya tersenyum. Membuka mobil dan berjalan menuju kelas.

Saat aku berjalan di lorong kelas, aku melihat Nara sedang bergurau dengan Jemmy. Uh, aku hanya berjalan seolah tak ada apapun dan untungnya, mereka tidak menyadari keberadaanku.

Aku duduk dikursiku, dan mengeluarkan buku Character Building ku. Uh, pelajaran ini sangat menyenangkan untukku. Aku menyukainya.

Tak lama, bel berbunyi. Beberapa anak yang diluar kelas segera masuk dan duduk di kursi mereka masing masing.

Hari ini, matematika pelajaran terakhir.

Itu artinya, sebisa mungkin aku memberi tahu guru aneh itu.

Mungkin, saat pulang sekolah..

***

"Airen, kau ingin kemana?" tanya Nara saat jam bebas. Tentu, kemana lagi jika tidak mengerjai Frans? Itu menarik untukku!

Aku mengambil salah satu bekal Frans dan memasukannya kedalam tas Hanny. Kudengar, Frans dan Hanny sama sama menyukai satu dengan yang lain namun mereka tidak berani mengungkapkan perasaan mereka.

Aku langsung duduk di kursiku, dan menahan tawaku. Pasti suasana akan menyenangkan.

Tepat saat itu, Frans masuk. Ia masuk dengan..

Guru aneh itu.

Ini memang pelajaran terakhir, dan aku kembali bertemu dengan guru aneh itu. Ia bahkan seperti orang asing bagiku.

Kemana ia yang dulu?

Tak lama, beberapa anak masuk kekelas. Hanya lima orang dan mayoritas itu gadis bertingkah. Beberapa menatap kearah guru aneh itu centil, dan membuatku sedikit kesal. Dasar, guru genit!

Aku memilih duduk, dan menatap kearah Nara. Nara menatap kearahku dengan senyum jahilnya. Uh, dasar.

"Airen!" pekik Frans yang membuatku tertawa tertahan.

Ku mohon, tawaku jangan pecah.

"Aireenn! Dimana bekalku!" ucap Frans yang membuatku tertawa. Ah! Ketahuan!

"Dimana bekalku?" tanya Frans menarik lenganku, aku hanya menggeleng.

"Aku tidak tahu! Jangan bertanya padaku" ucapku tak terima, ia hanya mendecih.

"Tadi kau tertawa!" tuduh Frans.

"Tapi aku tidak menertawakanmu!" elakku, ia hanya terdiam, dan tak lama ia mengelitikku. Uh geli!

"Ahahahaha, hentikan Fhrans!" ucapku kesulitan, sedangkan ia tidak menghentikan aksinya.

Kumohon, ini menyiksaku!

"Frans, Airen!" pekik seseorang yang membuat kegiatan kami terhenti. Bahkan, anak yang berada di kelas ini menatap kearah dirinya, lalu kami.

Guru aneh itu baru saja memanggilku dengan cara memekik. Memang kenapa jika aku bercanda? Apakah ia cemburu? Uh, dasar egois!

"Kenapa? Kita hanya bercanda bukan?" ucap Frans, guru aneh itu menatap kearah kami tajam. Dasar aneh!

"Aku sedang berada di kelas ini, bisakah kalian menjaga sopan santun?!" ucap guru itu tajam, aku hanya menghembuskan nafas. Bilang saja cemburu.

"Mr. Steven banyak anak yang bercanda disini, mengapa hanya kami yang ditegur? Lagi pula, ini masih jam bebas bukan?" sergah Frans yang membuatku tersenyum puas. Katakanlah jika aku jahat, tapi Frans harus bisa mengelak perkataanya.

"Jadi kau bermaksud untuk menasehatiku, Frans?" ucap guru aneh itu dan Frans hanya menghela nafas.

"Jika begitu maafkan aku" ucap Frans dan pergi ketempat duduknya. Aku hanya memanyunkan bibirku. Uh, guru menyebalkan!

"Frans, ini kotak makanmu?" tanya Hany yang sudah ada di tempat duduknya. Frans yang menyadari itu hanya tersenyum kikuk dan mengambil tempat makannya. Tak lama, mereka berbicara satu dengan yang lain.

Uh, rencanaku berhasil!

My Posesive TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang