48 - The Truth Can't Hide Everything

154K 9K 1.2K
                                    

Elisa - Dancing

"Hujan dan sendu adalah dua hal yang paling tidak aku sukai. Apalagi kalau ditambah rindu sama kamu, akan semakin membuat semuanya kelabu. Karena kamu tahu, rindu itu sulit untuk dibelenggu." -Cool Bad Boy, Raffa.

-Cool Bad Boy

****

Raffa menatap lawan bicaranya tajam. Kedua tangannya ia masukan ke dalam saku jaket.

Laki-laki itu berujar untuk yang kedua kalinya, "jauhin cewek gue, lo denger?"

Geo membuang ludahnya sebentar. "Cih! Menurut lo, gue bakal nurutin perintah lo itu? Jangan mimpi!" Geo maju satu langkah. "Lo tau kan, hukum alam tentang, nyawa harus dibalas dengan nyawa? Itu yang mau gue lakuin sekarang."

Tatapan Raffa berubah dari tajam menjadi dingin.

"Denger Geo, satu hal yang perlu lo tau." Raffa memandangi Geo serius. "Adik lo meninggal bukan karena gue ataupun temen-temen gue. Dia tewas karena kecerobohannya sendiri,"

Raffa memberi jeda guna mengambil nafas. Dia melirik ke sekeliling gudang tempat dimana ia dan Geo berada sekarang. Sangat sepi dan juga gelap. Hanya cahaya remang-remang yang masuk melalui celah ventilasi.

Raffa melanjutkan, "waktu kejadian tawuran satu tahun lalu itu, adik lo ada di barisan paling depan sambil bawa samurai. Sedangkan gue sama temen-temen gue ada di barisan kedua karena gue umpanin kelas sepuluh dulu buat maju. Tapi si Wisnu adik lo tiba-tiba nyerang kita, otomatis anak Bakthi Utama juga angkat pedang, kan? Dan begonya lagi temen-temen adik lo itu gak ada yang bantuin waktu dia di hajar habis-habisan sama sekolah gue, adik lo berjuang sendirian sampe dia tewas."

Satu helaan nafas lega berhasil Raffa keluarkan.

Geo menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak percaya akan apa yang diucapkan oleh Raffa.

"GAK MUNGKIN! Lo pasti bohong!" Geo tergelak, "hah! Iyalah lo bohong! Mana ada pembunuh mau ngaku, iya kan?"

Raffa langsung menarik kerah baju Geo detik itu juga dan berdesis, "gue.bukan.pembunuh.adik.lo! Denger itu!"

Geo menghempaskan kasar lengan Raffa dari bajunya. Lalu tersenyum sinis. "Iya, lo pembunuh, temen-temen lo juga. Itu faktanya, Raffa Elnandhio Samudera."

"Lo gak berhasil buat gue emosi, Geo." Balas Raffa santai seraya melipat tangan di dada.

"Oh ya? Terus kalo gue bilang taruhannya adalah cewek lo, gimana? Masih belum emosi juga?" Geo maju lagi satu langkah. Jarak kedua pemuda itu lumayan dekat hingga mereka bisa mendengar deruan nafas masing-masing.

"Gue tau semua tentang elo, Raffa. Tentang kehidupan pribadi lo, dan tentang orang-orang yang lo sayangi. Gue tau semuanyaaa," katanya bangga dengan merentangkan kedua tangan sombong.

"Termasuk soal cewek itu. Namanya Kinara, kan? Lengkapnya Kinara Aurelia. Tetangga si Adrian sahabat lo sendiri. Penghuni rumah nomor 121, kamarnya ada di lantai dua paling depan bercat biru laut. Di rumah itu ada tiga orang, tapi bertambah jadi empat orang karena ada pembantu baru. Cewek itu suka---"

Bugh!

"Berhenti sebelum gue hajar lo abis-abisan, anjing."

BBS [1]: Cool Bad Boy [Available At Bookstore]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें