The Shadows of Marine Park

36 1 0
                                    


Daniel Wyatt, umur 35 tahun, The Cloves, No. 15, Lt. 2. Marine Park.


Aku menatap seorang laki-laki dengan rambut klimis yang disisir rapih, tidak ada ciri-ciri khusus di wajahnya, hanya kumis tipis yang menghiasi bibirnya.

Aku berjalan ke arah lemari dan mengambil tas punggung hitam yang biasanya. Kali ini aku memeriksa isi tas hitam itu sekali lagi untuk memastikan semuanya siap.

Sebuah pisau lipat, belati, satu botol ekstrak wolfsbane4, kawat lentur dan jarum suntik. Aku menghela nafas dalam-dalam, sepertinya sudah cukup.

Aku berniat membuka pintu kamar ketika kakiku terhenti dan menoleh ke bawah tempat tidurku.

"Haruskah aku membawanya?" gumamku pada diriku sendiri. Aku berjongkok di bawah tempat tidurku dan membuka lantai kayu, yang di alamnya terdapat sebuah kotak kelang mainan. Sudah cukup lama aku tidak memeriksanya, debu tebal menghiasi kotak itu ketika aku mengambilnya. Aku membukanya hati-hati dan mengeluarkan sebuah pistol Colt Commander yang sengaja aku siapkan untuk keadaan darurat.

"Tidak, aku tidak butuh benda ini." Aku menggelengkan kepalaku dan menyimpan senjata itu ke tempatnya semula. 

Satu hal yang selalu aku lakukan adalah menyelesaikan pekerjaanku serapih dan sebersih mungkin, sehingga tidak akan meninggalkan jejak yang nantinya akan menyulitkanku.

Aku melongok ke ruang tamu dan memperhatikan sekeliling, tidak ada tanda-tanda Reynold di rumah.

Aku menyalakan mesin mobil dan memakai sarung tangan kulit berwarna hitam. Motto utamaku adalah Tidak berjejak dan tidak terlacak.

Tempat di mana Daniel Wyatt tinggal hanya sekitar 20 menit dari rumahku. Ia tinggal di Marine Park, sejauh yang aku tahu tentang Marine Park banyak orang Irlandia yang tinggal di sana.

Aku memarkir mobilku beberapa ratus meter dari apartement Wyatt. Lingkungan di sekitar apartemen tempat ia tinggal terlihat sepi, aku melihat bangunan tiga lantai di depanku, tidak begitu bersih. 

Banyak Gravity yang terlihat di dinding-dindingnya. Aku tidak yakin jika tempat seperti ini memiliki CCTV, tapi aku harus tetap waspada. Aku berjalan ke gang sepi yang berada di belakang gedung, ada sebuah tempat sampah besar dengan sampah yang sudah menggunung dan berbau menyengat. Aku menurunkan tangga besi yang berada di atasku dengan hatihati, mencoba untuk tidak menimbulkan suara. Aku memanjat tangga besi itu sembari mengamati lingkungan sekitar dan melihat lampu sebuah kamar di lantai dua masih menyala.

"Okay, sudah separuh jalan." Batinku, sembari tetap memanjat hingga ke lantai tiga. Aku berhenti di depan sebuah kamar dengan lampu yang sudah padam, aku menggosokkan lengan bajuku ke arah kaca jendela mencoba melihat ke dalam rumah, tapi tidak ada pergerakkan dari dalam kamar. Aku menempelkan siku kananku ke kaca, dan dengan sedikit hentakkan kaca jendela itu pecah. Aku menunggu sebentar, tapi sepertinya malam ini adalah malam keberuntunganku. Setelah benar-benar yakin bahwa tidak ada orang di kamar ini, Aku membuka kunci jendela dan bergerak masuk. Untuk beberapa saat, aku mencoba mengamati sekitar Negative. Tidak ada orang di kamar ini.

Aku bisa melihat cahaya di luar kamar, sepertinya penghuninya ada di rumah, aku membuka pintu kamar dengan perlahan, dan mengintip keluar kamar. Tampak seorang pria yang tengah menonton televisi di sofa berwarna hijau, ia duduk membelakangiku.

"Bagus, jangan menoleh ke belakang, aku tidak mau membuat daftarku bertambah panjang." Aku berbisik dalam hati.

Aku berjalan berjingkat ke arah pintu depan. Perlahan-lahan aku membuka handle pintu dan menoleh ke kiri dan kanan, mencoba mengamati keadaan sekitar.

SPACESWhere stories live. Discover now