8. Ruang Sempit Masa Lalu

34 4 0
                                    

Kita sama-sama berjuang. Berjuang untuk apa? Berjuang untuk saling melupa, atas setiap kenangan yang ada -Bayu Estungkara


Happy reading.

***

"Bay, gue pinjem charger hp dong."

Tipikal Rama, tanpa mengetuk pintu, main masuk kamar orang sebelum sang empunya mengizinkan.

"Emang punya mu kemana Ram?" tanya Bayu tanpa menoleh sedikitpun pada Rama.

Matanya masih memfokuskan pada laptop yang menyala. Jari jemarinya lincah menekan keyboard laptop.

"Lupa nyimpen gue, urgent nih Bay," ucap Rama dengan tampang yang memelas. Tapi Bayu tidak peduli sedikitpun.

"Yaudah ambil aja tuh." Tangan Rama menjelajah seisi kamar Bayu, membuat Bayu geram karena ia jadi tidak bisa konsentrasi.

"Dilaci dekat kasur Bay, yang bawah," ucap Bayu.

"Ohhh ngomong dong lu dari tadi." Bayu memutar bola matanya keatas.

Bukannya langsung keluar dari kamar setelah mendapatkan barang yang dicari, Rama duduk diujung ranjang Bayu.

Berniat untuk merecoki Bayu.

"Gimana kondisi Ibu Bay?" Ibu yang dimaksud Rama adalah Ibu kandung Bayu, yang berada di Bali.

"Baik, udah agak mendingan sih tadi." Rama manggut-manggut. Setelah acara festival usai dua hari yang lalu. Adhisti-adik Bayu, menelepon Bayu. Kondisi sang Ibu kembali menurun.

Untungnya, tadi sore Bayu menelepon Adhisti, dan untungnya lagi kondisi sang Ibu sudah membaik.

"Ohiya, si Adhisti gimana Bay?" tanya Bayu sambil memainkan charger yang melingkar di bahunya.

"Gimana apanya?" Bayu mengernyitkan dahinya bingung.

"Udah ada yang ngelamar belom?" Rama terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri.

"Kalau ada yang mau lamar adekku, dia harus taklukin aku dulu Ram!"
"Hah? Taklukin? Apaan kali ditaklukin segala."

"Emang kenapa? Tumben nanya Adhisti."

"Ga biasanya Rama nanya Adhisti," batin Bayu.

"Penasaran gue, lagian terakhir ketemu pas taun kemarin kan. Udah kelas 12 kan yaa si Dhisti?"

"Iyaa Ram."

"By the way, kalau adek lu pacaran sama gue gimana Bay?" Nah, Bayu sudah tahu akal-akalan Rama. Mencoba untuk modusin Adhisti.

"Gaakan aku izinin Ram."

"Kok gitu Bay?"

"Kalo sama Reza baru aku izinin."

"Ahh pilih kasih lo Bay!"

Rama merajuk layaknya anak kecil, dan Bayu tidak mengindahkan sikap Rama.

Namun diam-diam, Bayu menahan tawanya. Lucu sekali rasanya bisa menjahili Rama. Merasa diabaikan, Rama mencoba menganggu Bayu.

"Lo ngapain sih Bay? Serius amat dari tadi."

"Biasa Ram, laporan. Kaya yang gapernah bikin laporan aja kamu Ram." Rama terkekeh mendengar penuturan Bayu.

"Kaya yang gatau gue aja lo Bay." Tawa Bayu yang renyah mengisi ruang kamar, yang tadinya sepi.

"Udah ahh sana Ram, kamu ganggu aku," usir Bayu.

Bibir Rama maju beberapa centi, diusir oleh sang pemilik kamar.

Secangkir Kopi Rinduحيث تعيش القصص. اكتشف الآن