17. Meleleh

27 1 0
                                    

Haloo.. Maaf bangeet baru bisa post lagi.... Semoga masih pada penasaran sama kisah ini, so happy reading!~

--

Matahari hari ini sepertinya sangat bersemangat untuk memancarkan energinya pada bumi. Suhu Yogyakarta sore hari ini mungkin menyentuh di angka 35 derajat celcius.

Ranti berjalan disekitar gedung fakultasnya. Jemari tangannya tak berhenti mengetik pesan di layar lima inch handphone hitam miliknya. Hingga dering telfon masuk, Ranti meletakkan handphonenya di telinga.

"Halo Div?"
"Ran, dimana kamu? Ini acaranya udah mau mulai."
"Aku masih dikampus Div, ini lagi jalan."
"cepetan loh Rannn. Kalau telat nanti dapet sanksi baru tau rasa kamu."
"Iyaa Div. Lagian kenapa acara nya jadi dipajuin sih, kita kan udah sepakat acaranya dua minggu lagi. Jadinya bentrok sama ujian praktikum."
"Yaa mau gimana lagi Ran, terima ajaalahh. Kita sebagai manusia hanya bisa menerimanya dengan ikhlas dan sabar."
"Tumben bener omongannya Div."
"Halahh kamu ini Ran. Udah cepetan datang. Kamu bagian pubdoknya."
"Iyaa Div."

Telfon dimatikan sepihak oleh Diva. Diva ini teman satu fakultas Ranti, kebetulan juga satu UKM dengan Ranti.

Ranti kembali menyusuri jalanan di sekitar kampus. Berkali kali dia menyeka keringat di dahinya. Tak usah diragukan lagi, penampilan Ranti sangat kacau sore ini. Mungkin hanya tinggal cairan lipstick yang tertinggal di riasan wajahnya.

Tangan Ranti kembali berselancar di layar handphone. Kali ini dia mencari nomor Aksa. Belum dia menekan tombol dial, pesan masuk ke handphonenya menginterupsi.

Mas Aksa: Mas di parkiran graha, kamu cepet kesini

Buru-buru Ranti berlari menuju parkiran graha. Untungnya, posisinya saat ini menuju graha sangat dekat. Dalam hitungan menit saja Ranti sudah sampai di area parkir gedung graha. Tugasnya sekarang adalah mencari mobil Aksa.

Matanya jelalatan, meneliti tiap mobil yang dia lewati. Ranti tidak tahu persis plat nomor mobil Aksa. Merk nya saja Ranti tidak tahu, dia hanya ingat warna nya.

Ranti menempelkan handphone di telinganya. "Halo Mas, dima sih?"

"Dalem mobil. Cepetan Ran."
"Iyaa ini aku lagi nyari mobilnya, tapi ga ketemu-ketemu."
"Jangan bilang kamu lupa mobil Mas?"
"Hehe"
"Mobil hitam, fortuner, bawah pohon mangga."
"Oke, otw."

Ranti segera mengenali posisi mobil Aksa, tinggal jalan sekitar lima meter. Dia sudah sampai tujuan. "Mas, buka dong. Pintunya kok gabisa dibuka sih?" seru Ranti sambil berusaha membuka pintu penumpang.

"Mas—" ucapan Ranti terpotong saat jendela mobil turun, Ranti membungkukkan badannya melihat kedalam mobil bersiap untuk memaki Aksa.

Namun, makiannya tertahan di pangkal tenggorokannya. "Kenapa Mbak?" pria paruh baya dengan tatapan bingung itulah si pemilik mobil.

"Eh, maaf Pak saya salah mobil. Permisi Pak," ucap Ranti dengan sopan.
"Mau masuk ke mobil saya juga gapapa Mbak, saya anterin kok."
"Gausah Pak, maaf saya permisi."

Ranti meninggalkan tempat tersebut. Mungkin ini efek kelelahan, sampai-sampai dia bisa salah mobil. Untungnya dia belum masuk, panjang urusannya jika dia sampai masuk ke mobil bapak tadi.

"Nah, itu pohon mangga!" seru nya semangat.

Kali ini, Ranti mengetuk jendela mobil terlebih dahulu, takut jika dia kembali melakukan kecerobohan. Jendela mobil terbuka, Ranti yakin seratus persen kali ini benar mobil Aksa. "Cepet masuk," titah Aksa.

"Lama banget kamu Ran." Baru saja Ranti duduk di jok mobil, posisinya pun belum nyaman tapi Aksa sudah mencecarnya.

"Panjang ceritanya. Sekarang jalan dulu deh, aku udah telat Mas."
Aksa tidak mengindahkan ucapan Ranti, dia mengambil botol air mineral kemasan yang masih utuh dan memberikannya pad Ranti, "Minum nih, bentar lagi kamu kaya mau pingsan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secangkir Kopi RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang