16. Irama Keresahan

18 2 0
                                    

Pintu kamar tidak dikunci. Lampu juga sudah dinyalakan. Saat sudah mendorong pintu, dilihatnya sosok laki-laki tengil duduk di salah satu kursi besi merah yang berada di balkon, sedang menghisap puntung rokok yang tinggal setengah dan tubuh yang ditutupi selimut, tak lupa headphone yang menempel di kepala.

Kamarnya berantakan, ada botol air mineral kosong, charger laptop yang tidak di lipat, buku yang terbuka dan gak ditaruh ditempat semula, adapun percikan air di bawah meja kipas. Setelah dicek, ternyata pengharum ruangan yang dicantol di tengah kipas duduk, habis di kasih air, tapi bukan benda bulat pengharumnya saja, melainkan si bungkus pengharum ruagan pun ikut penuh oleh air, seperti teh celup.

'Ampun deh! Dielap kek,' batin Bayu geram.

Bayu langsung menarik dua tisu yang biasa di taruh dekat nakas, lalu mengelapnya.

"Punya temen bawa neraka mulu. Segala bungkusnya di kasih air, pinternya sampe ke urat leher kali tuh orang" dumelnya dan membuang tisu kotor ke tong sampah yang ada di pojok, samping pintu balkon.

Lalu menghampiri orang yang asik menaruh tangan di kuping sambil goyang-goyang kepala mengikuti irama musik.

"Asik sendiri, sampe lupa sama temen. Nih pesenannya," katanya dan memberikan sebungkus plastik ke hadapan Rama.

Rama langsung cengengesan, dan melepas headsetnya.
"Ehh Mas Bayu udah pulang." Rama menarik kantong plastik untuk melihat isinya, "wih, cakep benerrr. Pesenan gue gak melenceng, kayak waktu itu" katanya setelah mengingat kejadian, dimana Bayu pernah dititipi mie instan rasa ayam pok-pok, tapi tak sesuai harapannya, karena Bayu membelikan mie rasa rendang.

Tanpa peduli ocehan Rama, Bayu langsung duduk di kursi satunya—sebelah kanan meja—
"Ya kan, waktu itu belum tau. Lagian, mie kari aja segala pake julukan mie ayam pok-pok. Dan, cuma lo doang yang kaya gitu"

Rama meniup asap rokoknya keluar mulut. "Kan biar beda dari yang lain, ya gak?" tengil, Rama menaik turunkan kedua alisnya.

Bayu menatap malas, Rama memang orang aneh.
"Serah deh. Sono dimasak mienya, bikinin gue satu, dan jangan lupa pake sayur" pinta Bayu, tapi Rama malah cepat menolak.

"Idih! Ogahlah, orang gua lagi demam. Aturan lo lah, yang bikin ini mie. Oiya, btw bayarnya kapan-kapan yaaa"  Rama merayu, dengan ekspresi puppy eyes. Bayu melirik sekilas, jijik.

"Dasar gak punya muka!" teriaknya tepat di kuping Rama.

"Berisik elah. Daripada lu gak setia kawan." Diam, Bayu tidak menyahut.

Bayu berdiri, memijakkan kaki di lantai yang berhawa dinginnya malam untuk masuk ke kamar, namun saat langkah ke tiga, kakinya menginjak sesuatu yang cukup panas. Pas dilihat..

"Eh. Bekas rokoknya di taro di asbak dong!"  Bayu mengambil puntung rokok yang tinggal seperempat dan dilempar ke dalam asbak coklat muda di atas meja balkon, "kebersihan tuh sebagian dari iman, udah bangkotan gini, masa gak ngerti." Bayu lanjut melangkah, dan memilih duduk di kursi—depan meja laptop— lalu membukanya.

Rama mencoba memahami situasi, karena tumben-tumbenan si Bayu sesangar ini. "Lo kenapa sih bay? Ngegas mulu. Bahasa Jakarta lo juga keluar,tumbenan." tanyanya dengan suara kencang.

"Gak", jawabnya yang terdengar ke luar.

Bayu menatap layar laptop, dia mengarahkan kursor untuk mencari lagu. Geser sampai ke bawah, tapi untuk kali ini tidak ada yang sesuai dengan apa yang dia mau, sampai dia benar-benar jengah, ada sesuatu yang mengganjal di hati. Atas peristiwa di supermarket tadi.

Secangkir Kopi RinduWo Geschichten leben. Entdecke jetzt