16

1.3K 180 41
                                    

"Emm maksud eomma apakah kau sudah hamil?"

Sinb sedikit terkejut dengan ucapan ny.Kim yang bertanya apakah dirinya sudah hamil. Sinb diam, bingung harus menjawab apa, bagaimana bisa ia hamil, Taehyung saja tidak pernah menyentuhnya dan jangan lupakan juga mereka yang tidur di kamar yang berbeda, ranjang yang berbeda, dan selama satu minggu ini juga Taehyung tidak pulang kerumah.

"Kenapa hanya diam saja? Kalian tidak melupakan malam pertama kan?" ucap ny.Kim menyipitkan matanya menatap Taehyung dan Sinb bergantian.

"Semuanya perlu proses, eomma." ucap Taehyung datar.

"Proses? Apa maksudnya?" batin Sinb bingung.

"Kami akan menunggu, menunggu kabar baik dari kalian." ucap ny.Kim disusul anggukan tn.Kim.

"Ya." balas Taehyung singkat tanpa ekspresi.

Setelah berkunjung dikediaman Taehyung dan Sinb, tn.Kim dan ny.Kim beranjak pulang meninggalkan rumah mewah itu, sebelum pulang keduanya memberikan hadiah yang mereka keluarkan dari bagasi mobil.

Sinb tercengang melihat salah satu dari hadiah itu adalah kereta bayi, Sinb tersenyum kecil seraya mengucapkan terima kasih.

BRAKKKK

Kereta bayi itu terpental jauh, Taehyung menendangnya saat kedua orangtuanya sudah pergi meninggalkan rumah mewah mereka.

"Taehyung!" pekik Sinb melihat kereta bayi yang sudah tidak utuh itu.

"Omong kosong apa mereka memberikan ini semua!" ucap Taehyung melirik tajam kereta bayi yang sudah tidak utuh akibat ulahnya itu.

"Tidak ada gunanya!" ucap Taehyung seraya membanting hadiah lainnya yang terdapat beberapa peralatan makan untuk bayi.

"Ini juga apa-apaan!" Taehyung mengeluarkan pemantik api dari sakunya, membakar habis pakaian bayi laki-laki dan perempuan itu.

"Taehyung hentikan! Kau bisa membuat rumah ini terbakar!" ucap Sinb menyirami api itu dengan air yang ada di vas bunga.

Taehyung menatap Sinb dengan amarah, sorot matanya penuh kebencian. Taehyung menarik Sinb dan mendorongnya dengan kasar ke dinding.

"Awww!" pekik Sinb saat punggungnya membentur dinding beton itu.

Sinb menunduk, menatap Taehyung takut-takut, tatapan tajam Taehyung seakan membunuhnya.

"Sial!" Taehyung mengacak-acak rambutnya frustasi, beranjak pergi meninggalkan Sinb menuju kamarnya.

Dapat Sinb dengar suara pintu yang terbanting sangat keras saat Taehyung memasuki kamarnya. Sinb menatap pintu kamar yang tertutup itu, air matanya lolos begitu saja lantaran ia tidak bisa lagi menahannya. Perlakuan Taehyung sungguh membuatnya semakin sakit.

Sinb mengusap wajahnya yang sudah dibanjiri air mata itu, tangannya meraih, mengambil pakaian bayi yang setengah terbakar itu.

"Kau harus kuat Sinb jangan menyerah secepat ini, kau bisa melewati ini semua." batin Sinb menyemangati dirinya sendiri.

****

Sinb POV

Hari demi hari ku lewati, tiada hari tanpa air mata. Taehyung selalu membuat air mataku lolos, mengalir dengan deras membasahi pipiku. Perlakuannya selalu kasar, ucapannya sangat-sangat menyakitkan, dia juga tidak segan bermain fisik saat aku menekankan sesuatu, dunianya sudah berbeda, dia harus bisa mengiklaskan dan merelakan kekasihnya itu pergi untuk selamanya.

Hari ini tepat sudah dua bulan pernikahanku dan Taehyung. Tidak terasa waktu cepat berlalu, detik demi detik
ku lewati dengan hati yang kuat, sabar dan iklas.

Air mataku kembali jatuh, aku merindukan orangtuaku yang telah tiada, tepat saat Taehyung mengajukan perceraian orangtuaku bergegas menuju rumah mewah ini dan terjadi musibah yang menimpa mereka.

Aku tidak kuat saat itu, aku sangat syok,tulangku melemas, tidak bisa menahan tubuhku saat mendengar kabar orangtuaku mengalami kecelakaan. Bus yang menabarak mobil mereka lepas kendali. Ayahku meninggal ditempat, ibuku masih bisa bertahan dan dilarikan kerumah sakit. Namun itu tidak bertahan lama, ibuku tidak bisa melewati masa kritisnya dan pergi hari itu juga. Pergi untuk selamanya, meninggalkanku sendiri, disini, didunia ini.

Hatiku sangat hancur, hari itu kesakitanku bertambah dua kali lipat. Taehyung memberikanku surat perceraian yang harus ku tanda tangani, namun tn.Kim merobek kertas itu menjadi serpihan kecil, tidak setuju perceraian diantara aku dan Taehyung.

Satu bulan ini duka masih menyelimutiku, aku masih tidak menyangka jika Tuhan menggambil kedua orangtuaku secepat ini dengan cara seperti itu.

BRUKKK

Aku terlonjak saat mendengar pintu kamarku yang dibanting dengan sangat keras.

"Taeㅡtaehyung?" ucapku kaget melihat Taehyung yang berada diambang pintu kamarku.

"Sedih bukan kehilangan orang yang sangat disayangi?" ucap Taehyung sinis.

Aku diam, karna itu benar. Sungguh sakit, sangat sakit jika kehilangan orang yang sangat amat disayangi, apalagi jika itu adalah orangtuamu sendiri.

"Kau pantas mendapatkannya!" lanjut Taehyung.

"Apa maksudmu?" tanyaku seraya menghapus air mata yang ada dipipiku.

"Cepat tanda tangan ini!" ucap Taehyung melemparkan sebuah map dan pulpen.

Aku terkejut membuka map itu, map itu berisi surat perceraian yang sudah ditanda tangani Taehyung.

"Tidak!" aku lantas merobeknya, "Aku tidak ingin bercerai denganmu!" ucapku lantang.

"Jangan membuatku marah! Aku sudah bersabar dua kali menunggu perceraian ini!"

"Tolong jangan membuatku seperti ini, aku masih dalam keadaan berduka, jangan membuatku semakin hancur..." air mataku mulai jatuh kembali.

"Memangnya aku perduli? Mau kau sedang berduka atau tidak, aku tidak perduli! Sama sekali tidak!"

"Dan satu lagi, tujuanku saja untuk membuatmu hancur, bagaimana bisa aku tidak membuatmu hancur." lanjut Taehyung.

"Apa salahku?" lirihku menatap Taehyung.

"Kau masih bertanya apa salahmu?" Taehyung menatapku tajam, "Salahmu karna kau hadir dihidupku bodoh!"

"Kehadiranmu membuat orang yang ku cintai pergi! Pergi untuk selamanya!" nafas Taehyung mengebu, tangannya terkepal kuat.

Aku diam, kenapa ia seakan-akan menyalahkanku akan kematian kekasihnya? Jika aku tahu itu akan terjadi maka aku tidak akan hadir dihidupnya. Dan satu lagi, aku bukan Tuhan, aku tidak bisa menentukan takdir.

Oh Tuhan aku harus bagaimana? Dia tidak mengingankan keberadaanku, dia ingin aku pergi, tapi aku tidak bisa, aku tidak ingin kenangan pahit itu terulang. Aku mencintainya, tapi dia tidak mencintaiku, tapi aku yakin dia akan mencintaiku nantinya entah kapan aku yakin akan ada rasa sedikit saja darinya untukku.

Ya Tuhan jangan buat aku merasakan kenangan pahit itu untuk yang kedua kalinya, aku akan mempertahankan rumah tangga ini bagimapun caranya, aku tidak mau mengecewakan kedua orangtuaku yang sudah tiada, aku harus bertahan. Aku yakin Tuhan punya rencana indah untukku apapun itu nantinya aku akan menerimanya, tapi untuk saat ini biarkan aku berjuang, mencoba bertahan sampai mana aku sanggup. Jika aku benar-benar sudah tidak sanggup, disitulah aku berhenti dan menerima takdir bahwa dia tidak untukku.

"Kau tahu kenapa aku bersikeras tidak ingin bercerai denganmu?" tanyaku pada Taehyung.

"Karna aku mencintaimu. Karna apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak dapat diceraikan oleh manusia."

TBC

Hope🙏 Give me Vote and Comment^^.

Thankyouu and See you.❤

I'm Sorry ; Kim Taehyung ✓Where stories live. Discover now