#07 Proposal

31K 4.4K 867
                                    

"Minds are like parachutes, they only function when they are open." — James Dewar

Mendengarkan dosen bermonolog sambil menggambar kurva di papan tulis selama dua jam ternyata bisa menimbulkan efek mual dan pusing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mendengarkan dosen bermonolog sambil menggambar kurva di papan tulis selama dua jam ternyata bisa menimbulkan efek mual dan pusing. Saking beratnya, aku sampai menyangga kepalaku dengan tangan. Tatapanku tertuju pada papan tulis dengan gambaran kurva yang terlihat seperti benang kusut.

Alih-alih mencoba mencerna penjelasan dosen di depan, aku justru memikirkan hal lain yang lebih menarik, seperti bagaimana sistem penilaian suatu video yang baru rilis sehingga video tersebut bisa menjadi trending di YouTube. Saat ini, aku sedang mengkhawatirkan video-video dengan konten aneh yang mencapai tahap trending di YouTube.

Negara ini benar-benar kacau. Masih banyak video-video mendidik yang lebih pantas untuk masuk daftar trending. Kenapa harus yang aneh-aneh?

"Jangan ngelamun, ntar kalo ketauan bakal disuruh maju buat ngelanjutin gambar kurva di depan. Mau lo disuruh maju gitu?"

Seseorang menoyor kepalaku dari belakang hingga kepalaku meleset dan membentur meja. "Aduh, sialan!"

Aku menoleh ke belakang dan mendapati Lucas yang terkekeh di tempatnya sambil menjulurkan lidahnya. "Brengsek lo, Kas! Ngga ada kerjaan lain apa selain gangguin orang?"

Dia mengangkat bahunya santai, lalu menghadap ke depan. "Bilang makasih kek udah gue ingetin. Ini malah ngomel-ngomel. Jadi orang judes amat dari dulu gak berubah-berubah."

"I'm consistent," kataku padanya.

"Konsisten sih konsisten, tapi ya ngga judesnya juga yang lo pertahanin," jelasnya.

"Lagian lo hobi banget sih noyor gue," omelku mencubit tangannya. "Kalo otak gue geser gimana? Lo mau tanggung jawab?"

"Emang otak lo di mana?" Lucas akhirnya mengalihkan pandangannya padaku.

Aku menunjuk pelipisku dengan telunjuk dan mengetuknya dua kali. "Otak gue ngga kaya otak lo yang ada di dengkul ya, Kas!"

Dia menyengir. "Gapapa otak gue di dengkul, yang penting ganteng."

Aku memutar bola mataku jengah. Laki-laki ini tidak pernah absen untuk membanggakan ketampanannya dari dulu.

"Percuma ganteng kalo bego, Kas."

"Enak aja lo ngatain gue bego. Emangnya lo pinter?" tanyanya menantangku dengan bibir yang dimanyunkan.

"Emang gue harus pinter buat ngatain lo bego?" balasku santai, lalu memutar badanku untuk kembali menghadap ke depan.

"Gue bego juga gara-gara ngebantuin lo terus tiap lo bolos sesi, Rin."

Aku menyanggah, "Bego mah bego aja, ngga usah nyalahin orang."

Aku kembali menatap papan tulis. Demi Tuhan, aku memalingkan fokusku dari papan tulis tidak lebih dari satu menit, tapi papan tulis di depan sudah penuh dengan kurva-kurva sialan itu. "Buset, itu gambar apaan," gerutuku, "gara-gara Lucas nih."

[1] Seminar ✔Where stories live. Discover now