#13 I Got a Hitchhiker

24.9K 3.9K 1K
                                    

"Love is when other person's happiness is more important than your own." Jackson Brown

Jam dinding di ruangan pak Asa menunjukkan tepat pukul dua ketika aku selesai melakukan bimbingan dan menutup laptopku yang telah kumatikan power-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam dinding di ruangan pak Asa menunjukkan tepat pukul dua ketika aku selesai melakukan bimbingan dan menutup laptopku yang telah kumatikan power-nya.

Di saat yang sama, kami membereskan barang-barang kami yang berserakan di atas meja kerja pak Asa. Laki-laki yang usianya terpaut tidak lebih dari lima tahun di atasku itu memasukkan laptopnya ke dalam tas kerja dan merapikan kembali susunan meja kerjanya.

Aku menatapnya sekilas, lalu kembali fokus pada barang-barangku.

"Jangan lupa ya, nanti kamu kirim link jurnal referensi kamu ke e-mail saya. Sekalian sama output data yang barusan kamu run, ya."

"Output datanya buat apa, Pak?"

"Saya mau cek dulu kewajaran hasilnya. Nanti kalau emang masuk akal buat masuk ke bagian analisis, saya konfirmasi ke kamu biar bisa langsung ngerjain analisisnya. Tapi kalau datanya banyak yang error, kita harus telusuri lagi kesalahannya ada di mana."

"Oh, saya pikir Bapak mau ngerjain bagian analisis kalau udah pegang output."

"Ya emang, nanti saya bantu nyusun analisisnya."

Aku terkejut. Dosbing mana yang mau mengerjakan analisis mahasiswanya, astaga.

"Jangan dong, Pak. Yang skripsi kan saya, masa Bapak yang ngerjain analisisnya."

"Haha, kan ngga semuanya. Saya cuma mau ngasih garis besarnya aja. Nanti kamu tinggal lanjutin ke belakang."

"Ih, Bapak kok baik banget sih?"

"Kenapa? Terpesona ya sama kebaikan saya?"

"Wow, jelas. Siapa sih yang ngga terpesona sama Bapak," ungkapku jujur. "Temen-temen saya aja pada minta tukeran dosbing sama saya loh, Pak."

"Emangnya kenapa? Karena saya dianggap kompeten?"

Aku menggeleng. "Bukan, Pak, tapi karena Bapak ganteng dan muda. Hehehe."

Wow, aku memang seterbuka itu dengan pak Asa. Entah kenapa, tapi yang jelas, pak Asa punya sisi tersendiri yang membuatku merasa nyaman bertukar cerita dengannya.

Dia juga sering menceritakan soal keluarganya, bahkan tidak jarang kami mengungkit sedikit cerita tentang cinta di tengah bimbingan. Tapi tenang, kami tetap terpantau aman dalam konteks dosen dan mahasiswa.

"Ah, saya paling gak suka kalau ada orang yang mandang orang lain dari segi fisik. Gak baik," katanya.

"Ih, iya, Pak, bener banget."

"Saya lebih suka sama orang yang mau berhubungan dengan orang lain atas dasar sikap dan sifat orang lain."

"Saya juga," usulku menanggapi pak Asa.

[1] Seminar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang