[Phase 2-1] Gemuruh Sang Penyelamat

197 56 23
                                    

“Tuan Governor yang Agung, kami menghadap. Sekumpulan makhluk ini berusaha membuat kekacauan di peron Kertopia. Kami harap, Anda bisa mengadili mereka,” ucap sang pemimpin di antara para pengawal yang lain.

Dia—governor—tersenyum sembari mengecat tanamannya dengan warna emas. Ia menoleh menghadap para bawahannya.

“Kenapa menanyakannya padaku? Bunuh saja mereka?”

• • •

“Lah?!” Dirga terkejut mendengar bahwa Governor memerintahkan bawahannya untuk membunuh mereka semua.

“U-udah gila kali ni orang …,” lanjut Dirga lirih. “Kita ini pahlawan dari dunia luar yang terpanggil ke Hysteria!”

Governor menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh ke arah Dirga dan gerombolannya sambil duduk di singgasana. “Pahlawan? Pahlawan apa?” tanya Governor.

“Pahlawan yang dipanggil dari dunia lain untuk membantu Hysteria,” jawab Tara.

Governor dan para bawahannya saling bertatapan sambil mengerutkan dahinya. Muncul guratan pada ujung bibir mereka semua diiringi dengan tawa tipis, hingga bertransisi menjadi tawa terbahak-bahak.

Melihat itu, para pahlawan dari dunia lain saling melempar tatapan heran. Mereka seolah bertanya apa yang terjadi, tetapi tak ada jawaban, yang mereka lakukan hanya saling mengangkat bahu, bahkan Luke menggelengkan kepala.

“Dari sekian banyak lelucon … ini yang paling lucu!” seru Governor.

Tara memicingkan matanya, menatap tajam ke arah pria gempal berwajah bijak yang sedang duduk di singgasananya. “Ha-ha-ha.” Wanita itu tertawa meledek dengan wajah datar sekarang.

“Kami diculik ke negeri antah berantah dan hampir mati diterkam harimau. Hampir diracuni di penginapan dan sekarang harus mendapatkan hukuman mati karena berbuat onar di sebuah gerbong kereta aneh?” lanjutnya.

“Jadi, sebenernya itu—kita pahlawan bukan sih?” sambung Aurora.

Governor beranjak dari duduknya, ia menatap Dirga, Luke, Aurora, Tara, dan Diomira secara bergantian.

“Ramalan kuno mengatakan, bahwa akan muncul empat orang pahlawan dari dunia luar yang akan menyelamatkan Hysteria,” tutur Governor.

“Nah, itulah kami,” celetuk Luke dengan wajah yang meninggi.

“Sayangnya—ramalan itu akan terjadi sepuluh tahun dari sekarang,” balas Governor. “Kalian para pembual, memang harus segera dieksekusi.”

“Pengawal! Bunuh mereka semua!” titah Governor.

“Hey, Wanita Burung! Jelaskan apa yang terjadi? Kenapa ramalannya berbeda?” seru Tara pada Diomira.

“Ramalan yang tertulis di prasasti Hysteria itu salah! Para penyihir kunolah yang masih mengetahui dan menyimpan ramalan asli. Mereka ini orang-orang tersesat yang sudah dipengaruhi oleh Fang!”

“Fang?” kata Dirga sambil mengerutkan dahinya.

Aurora menganga melihat kelakuan orang-orang di depannya. “Kita lagi di kepung dan lo semua malah pada ngobrolin si Fang?! Heh! Please deh ya! Lakuin sesuatu, kek,” timpal Aurora yang panik.

“Mereka ingin bermain-main, heh.”

Pasukan Governor sudah mengepung para pahlawan. Dirga sudah bersiap dengan topeng Tumenggung di tangan kanannya, Tara bersiap mengambil sesuatu dari dalam tas misteriusnya, Aurora juga telah menggenggam pistol miliknya, sementara Luke hanya diam sambil tersenyum tak jelas, dengan beberapa kartu yang ia selipkan di sela-sela jarinya.

Hysteria : Escape From Another WorldWhere stories live. Discover now