[Phase 2-8] Garda

155 44 0
                                    

Aurora pernah mendengar dari adalah satu kisah yang dibawakan tetua desa Zekisel, bahwa Hysteria adalah rumah dari segala bencana. Oleh karenanya dewa menciptakan empat pilar agung dengan empat penjaga untuk menyeimbangkan kekacauan di dalamnya.

Empat pilar tersebut dilindungi oleh alam dan energi magis, membentuk tiga benteng utama sebagai gerbang pertahanan bagi pilar-pilar suci.

Tempat yang tengah di tuju oleh sekawanannya kini, Pilar Langit, benteng pertahanan itu dimulai dari Tornado Aeolus, kemudian Padang Sunyi, dan terakhir, adalah apa yang baru saja Aurora saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Satu makhluk yang seolah tercipta dari seluruh kengerian di seluruh dunia. Makhluk yang seakan-akan merangkak keluar dari rasa takut dan mimpi terburuknya.

Inilah ia, sang naga kuno raksasa yang menjadi ujung tombak pertahanan Pilar langit terakhir.

"Garda."

Dan Aurora serta Luke baru saja membangkitkan amarahnya.

Luke bertindak cepat, menggendong Aurora dan membawanya melesat ketika sang monster hitam legam yang seakan terbuat dari arang itu menyemburkan api. Membakar hampir seluruh daun pohon Ker yang berada di dekatnya.

"Garda?" tanya Aurora. Kekacauan yang datang bertubi-tubi membuatnya sama sekali tak menyadari Luke yang dengan lancang menggendongnya.

"Garda?" Luke malah bertanya balik.

"Tadi lo bilang Garda."

"Aku tidak bilang Garda."

Alis Aurora terangkat satu. "Lah? Terus siapa?"

Pertanyaan Aurora dengan segera terjawab ketika ia melihat seekor naga biru datang menghadang sang naga hitam legam.

"Garda!" ucap Zephyr lagi. "Benteng terakhir Pilar Langit, sang Naga Kuno, Garda."

Melihat kedatangan heroik Zephyr, Aurora tak tahan untuk berseru, "Om Naga!"

Tubuh naga biru Zephyr jauh lebih kecil dari tubuh raksasa Garda sang naga kuno, tetapi pria naga itu tak ragu untuk menyerang si monster penjaga.

Garda mengerang murka manakala Zephyr menghantam kepalanya. Tubuhnya hampir limbung, tetapi hanya itu. Efek serangan Zephyr tidak begitu besar. Secepat amarah menguasai Garda, secepat itu pula si Monster hitam melakukan serangan balik. Ia menghantam tubuh naga Zephyr hingga terpental sejauh lima meter dan menabrak pepohonan Ker yang berada di sekitar sana.

"Ouch!" Itu Luke yang berseru dengan meringis ngeri. Seolah-olah ialah yang terlempar sekeras itu.

"Kita harus tolongin!" seru Aurora panik.

Zephyr langsung mencegah gadis itu. "Jangan khawatirkan aku! Bergabunglah bersama yang lain dan cepat ambil kristal di dalam Pilar!"

"Mana yang lain?!" seru Aurora.

"Di sini!" sahut Tara yang datang dari arah barat sembari memapah Dirga yang nampak kehilangan setengah kesadarannya.

Luke langsung melesat berpindah tempat ke tempat Tara. Masih membawa Aurora dalam gendongannya dan sepertinya tidak ada dari dua orang itu yang sadar akan posisi itu.

"Wah ... ada apa denganmu, Om Topeng Badut? Kau seperti baru saja menghindar dari kematian dan menjadi linglung."

"Kami menemukannya di tengah-tengah Padang Sunyi dalam keadaan hampir gila. Padang itu benar-benar mematikan. Beruntung aku tidak terdampar sendirian," jelas Tara. Masih mengingat jelas bagaimana ia menemukan Dirga.

Lelaki itu persis benar seperti orang gila ketika Tara menemukannya. Dirga meracau banyak hal tentang banyak orang yang tak ia kenal.

Tara ingat Dirga menyebut-nyebut nama Tama, Andis, dan banyak menyebutkan nama satu perempuan bernama Mila.

Hysteria : Escape From Another WorldWhere stories live. Discover now