[40] Selamat Hari Ibu!

1.1K 110 20
                                    

Sinar matahari pagi menusuk mata Alaska yang sejak tadi tertutup, ia memicing kesilauan. Perlahan matanya terbuka ketika mamanya datang dan membuka tirai jendela lebar-lebar.

"Mama?" panggil Alaska.

"Udah pagi, Alaska! Emang kamu gak mau sekolah?"

Sejenak Alaska merasa ling-lung, bukankah ia harusnya berada di rumah sakit? Ia lalu mengangguk dan beranjak dari kasur bersiap berangkat sekolah.

Karena ulahnya kemarin yang membawa mobil papanya diam-diam hingga berakhir menabrak pagar tetangga, kali ini motor Alaska disita dan ia harus berangkat menggunakan bus. Dalam perjalanan, ia melihat siluet gadis yang duduk berjarak dua bangku di depannya. Wajahnya tak terlihat jelas, namun rambutnya yang berkibar terkena angin mencuri perhatiannya. Ia tidak tahu siapa gadis itu.

Matanya memejam, tiba-tiba ia sudah berada dirumah Galaksi bersama dengan ketiga temannya. Tidak ada yang aneh dari mereka, hanya Alaska yang merasa sedikit bingung.

Leon sedang asik bernyanyi menggunakan gitar tanpa memperdulikan suaranya yang sumbang, Gilang yang sibuk bermain ps dengan Galaksi, lalu Alaska yang duduk diam di atas kasur menatap mereka semua. Seakan ini adalah tayangan video tiga bulan lalu saat mereka kumpul bersama.

Sedetik kemudian, latarnya berubah lagi. Namun kali ini berbeda, suasana nya sedikit lebih tenang. Alaska berada di pinggir danau, ia tidak sendiri. Seorang gadis berada di sampingnya, sedang berusaha membuka sebuah botol air minum. Pria itu mengamatinya lamat-lamat, namun tetap tidak tahu siapa gadis ini. Alaska hanya tahu dia adalah gadis yang sama yang ia temui di bus pagi itu.

"Alaska?" panggilnya.

Dalam waktu sepersekian detik, Alaska mengingatnya. Itu Senja. Pertemuan di bus adalah kali pertama Alaska melihat Senja, ternyata ia sudah tertarik sejak pandangan pertama. Tepat setelah itu, semuanya menghitam.

"Alaska?" lirih Senja, Alaska mendengarnya. Ia mencoba membuka mata, dan mendapati dirinya sedang tertidur di ranjang rumah sakit.

Di tubuhnya sudah terpasang alat-alat medis yang membantu dirinya untuk tetap hidup. Di sisi ranjang, ia melihat mama, papa, serta Senja yang tersenyum lirih menatapnya.

Ternyata, semua latar tempat yang ia lihat tadi hanyalah sebuah mimpi.

"Mama.. sakit," dua kata yang menghancurkan dinding pembatas Wilona saat itu juga. Wanita itu tersenyum, membelai rambut anaknya. Tidak ia hiraukan air mata yang membasahi pipinya, yang ia tahu anaknya sedang kesakitan.

"Mana sayang yang sakit?" tanya Wilona.

"Semuanya sakit, ma." Alaska tak berbohong, tubuhnya terasa seperti ditusuk-tusuk pisau. Kepalanya sakit seakan semua isinya akan meledak.

Tidak ada yang bisa Wilona lakukan, dokter sudah memeriksanya tadi dan mengatakan bahwa luka yang Alaska alami cukup parah. Ditambah penyakit yang ia derita membuat sang dokter sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan.

"Iya sayang, maafin mama ya. Alaska yang kuat ya 'Nak." banyak yang ingin ia katakan, namun mulutnya tak kuasa berbicara lagi. Perkataan Wilona barusan dibalas gelengan pelan dari Alaska.

Ia menatap Geraldi yang sejak tadi hanya menyaksikan mereka berdua dalam kesedihan. "Papa, maaf ya," Alaska berkata lirih dibalas anggukan Geraldi, ia ikut membelai rambut Alaska.

Senja Di Teluk Alaska | ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя