Extra part 3 [last]

1K 81 15
                                    

Setelah kejadian saat Leon mengutarakan apa yang ia rasakan, kini Senja sedikit lebih canggung daripada biasanya. Namun, tidak dengan Leon. Ia bersikap seperti tidak ada yang terjadi diantara mereka.

Walaupun sesungguhnya memang benar tidak terjadi apa-apa, namun bagi Senja ini sebuah hal baru. Semalam, Leon langsung mengantarkan Senja pulang tanpa basa-basi lagi.

Pagi ini, Senja menjadi tidak fokus. Apalagi terkadang matanya secara spontan sering melirik Leon yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Ia pun tidak tahu mengapa dirinya melakukan hal itu. Sampai-sampai, ia sudah habis dua botol air mineral pagi ini.

Kabar baik, besok harinya libur kerja. Setidaknya, sehari ia tidak bertemu dengan Leon dan bisa beristirahat.

"Senja! Ngelamun mulu, mikir apaan sih?" tanya mbak Gina, senior Senja. Ia ikut duduk di depan gadis itu setelah mengambil jatah makanannya di kantin kantor.

"Mbak, aku mau tanya, deh."

"Boleh, tanya aja."

Senja mengambil posisi paling nyaman, ia menatap mbak Gina dengan serius, "jadi gini, aku punya temen, mbak. Temen nih ya, temen." Senja menekankan kata teman, mbak Gina hanya mengangguk sok ngerti sebelum Senja melanjutkan ceritanya, "temen aku ini ada problem sama bosnya. Jadi, mereka dulu temen SMA, terus gak ketemu bertahun-tahun, tiba-tiba pas ketemu lagi udah jadi bos dan karyawan. Eh, malah si bos ini confess perasaannya ke temenku, mbak. Temenku bingung, karena posisinya dia masih stuck sama masalalu. Menurut mbak gimana?"

Mbak Gina mengangguk-anggukan kepala, "jadi gitu? Nama temenmu itu Senja ya?" ia malah menggoda Senja sambil tersenyum.

Senja panik, reflek memukul pelan mbak Gina, "bukan! Temenku itu mbak, demi deh."

"Iya-iya sorry, kalo aku di posisi temenmu ya Ja, aku bakal mulai belajar lupain yang lalu. Karena kita hidup di masa sekarang, ya nikmatin aja apa yang dikasih. Lagian, bukannya malah bagus jadian sama bos sendiri? Apalagi kalo bosnya anak yang punya perusahaan, ya gak?" jawab mbak Gina sambil memainkan alisnya.

Senja tidak berkutik, ia tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Ucapan mbak Gina sudah sedikit membuka hatinya.

"Terus, cerita temenmu itu lanjutannya gimana?"

Senja tersadar, "Gak tau mbak, nanti aku tanya dulu sama dia. Makasih ya mbak jawabannya."

"Iya, Senja. Kalo kamu mau konsul masalah percintaanmu gapapa sekalian aja ke mbak Gina. Udah pakar ini," ucap mbak Gina.

Senja tertawa kecil, matanya beralih menatap orang-orang di kantin perusahaan yang mencuri pandang dengannya.

"Aku kok ngerasanya, orang-orang pada ngeliatin mulu ke meja kita ya, mbak?"

"Kamu gak sadar emang?"

"Loh, kenapa?"

"Itu, mas Leon. Ngeliatin kamu mulu daritadi, jadi orang-orang ikut penasaran apa yang diliat sama mas Leon." tunjuk mbak Gina pada Leon yang ternyata sedang duduk di meja ujung.

"Senja.. Semua orang di kantor udah denger cerita kamu dan Leon, tentang pacarmu yang udah meninggal juga. Cerita yang pernah kamu tulis di blogmu pernah viral, loh. Ya, walaupun kamu gak ngasih tau identitasnya, tapi kamu tau sendiri netizen jaman sekarang," ucapan mbak Gina benar-benar menampar Senja. Bagaimana ia bisa tidak tahu hal ini sejak lama? Mbak Gina melanjutkan, "Mbak Gina cuma bisa menyarankan ini, coba buka hati kamu. Hidup kamu harus tetap berjalan kan? Kamu gak mau jadi perawan tua kan? Katanya pengen jadi ibu. Pacarmu yang dulu, cukup kamu kenang dalam hatimu. Doakan aja, itu sudah cukup. Kamu lanjutkan hidupmu dengan yang sekarang, biar sama-sama bahagia."

Senja Di Teluk Alaska | ✔Where stories live. Discover now