[16] Cincin Bergambar

2.3K 185 31
                                    

SETELAH Senja pingsan, Alaska membawanya menuju UKS. Darren mengikutinya dan ikut menunggu Senja sadar hingga ia ditegur bu Retno agar masuk kelas mengikuti pelajaran. Alaska memutuskan untuk membolos saja dan menjaga Senja.

Pria itu menatap wajah Senja yang terlelap krena sejak kemarin gadis itu sepertinya kurang tidur dan sedang sakit. Menurutnya, Senja hanya perlu istirahat sebentar, tidak perlu dibawa kerumah sakit.

"Maafin gue, gak bisa jagain lo," gumam Alaska.

Sudah satu jam Alaska menunggu Senja yang terlelap.

Perlahan, mata Senja mulai terbuka, ia menetralisir cahaya yang mulai masuk indra penglihatannya. Gadis itu terdiam menyadari kehadiran Alaska.

Alaska pun terdiam menatap Senja. Ia bingung harus berkata apa.

"lo gak papa?" tanya Alaska canggung.

Senja mengangguk, ia mencoba posisi duduk. Alaska membantunya namun Senja menolak, "Gue bisa sendiri."

Pria itu mundur satu langkah, "Maafin gue, Ja."

"Untuk?"

Mendengar pertanyaan ini lidah Alaska kelu untuk menjawab. Ia tidak yakin akan jawabannya.

"Kenapa diem? Maaf untuk apa? Karena udah mengabaikan gue?" tanya Senja beruntun.

Lagi-lagi Alaska tidak menjawab.

"Gue emang salah apa sih Ka?"

Pria itu mengambil tempat duduk di samping bankar Senja, "Lo mau tau lo salah apa?"

Senja mengangguk, "Iya. Jelasin semuanya."

"Lo anggep gue apa sih?" tanya Alaska.

Senja bingung, "maksud lo?"

"Kenapa lo gak bilang kalo dirumah juga lo diteror? Lo nangis histeris waktu itu, dan gue denger dari mulut Galaksi? Cowok macem apa sih gue?"

Gadis itu terdiam, ia tidak menyangka jawaban Alaska akan seperti ini.

Alaska melanjutkan kalimatnya, "Gue pengen lo jadiin gue rumah Ja. Sejauh apapun lo pergi, ke gue lah lo kembali. Senja itu matahari, dan gue pengen lo jadiin gue tempat terbenam, di teluk Alaska. Gue sayang sama lo bukan sekedar kata-kata. Gue pengen lo jadiin bahu gue untuk bersandar, gue mau meluk lo erat pas lo nangis, dan gue mau jadi satu-satunya tempat lo ngadu. Alaska ini mau jadi energi buat Senja nya."

Mendengar kata-kata Alaska, Senja merasa sedikit tersentuh. Pria itu tidak pernah mengatakan cinta, tapi selalu dengan tindakan yang membuat Senja tidak menyangka. Sekali lagi, Alaska berhasil membuat Senja jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.

Senja akui, dirinya telah runtuh di depan Alaska. Ia telah jatuh cinta. Senja tersenyum penuh syukur karena tuhan telah mempertemukannya dengan manusia seperti Alaska. Gadis itu menatap Alaska penuh malu, hidung dan wajahnya memerah, "ah gue cengeng banget dari tadi nangis mulu, ya?"

"Iya, kayak badut."

Senja memukul Alaska, "Lo ngerusak suasana aja!"

Pria itu terkekeh, ia memegang pipi Senja, "Liat gue."

Mata Senja menatap tepat di manik mata Alaska.

"Jadi gimana? Apa Senja mau terbenam di teluk Alaska?"

"Maksud lo? Gue gak ngerti," balas Senja.

Alaska berdesis, "Yaelah. Maksud gue, lo mau jadi pacar gue?"

Mendapat pernyataan cinta dari Alaska ternyata sangat berbeda rasanya. Jantung Senja memompa lebih cepat dan lebih mendebarkan. Rasanya seperti sedang terkena seragan jantung karena melihat wajah tampan Alaska sedekat ini, dan karena pria itu memintanya menjadi pacarnya.

Senja Di Teluk Alaska | ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora