[30] Diagnosis

1.4K 135 4
                                    

Sudah seminggu sejak hari Senja menginap dirumah Alaska. Hubungan mereka baik-baik saja, terkadang, Senja main kerumah Alaska tanpa ia suruh. Alaska tak menyangka, berpacaran dengan Senja akan semenyenangkan ini.

Namun, ada yang aneh dari dalam dirinya. Ia terus-terusan merasa lelah, tak jarang Alaska pun mimisan. Alaska sadar, ada yang salah dari tubuhnya.

Beberapa kali mamanya meminta Alaska untuk memeriksakan diri, tapi pria itu justru menghindar. Hanya dengan alasan, 'ia takut hal yang tak menyenangkan terjadi'

Pagi ini, Alaska terbangun dengan seluruh badannya yang memar dan sakit. Rasanya, ia seperti habis bertengkar padahal tidak.

Setelah mengenakan seragam, pria itu berjalan gontai menuju ruang makan.

"Tumben udah bangun," sapa Wilona sambil menyajikan nasi goreng dengan telur setengah matang.

Alaska hanya tersenyum tipis, tak punya tenaga untuk menjawab.

Papanya nampak sibuk dengan televon pagi ini.

Sesuap nasi goreng masuk kedalam mulutnya, namun susah payah perutnya menolak untuk mencerna. Alaska tak ingin membuat Wilona khawatir, jadi ia menahannya.

Merasa ada yang salah dengan gelagat Alaska pagi ini, Wilona mendekati Alaska dan menangkup wajahnya.

Pucat pasi. Itu lah yang Wilona lihat.

Dengan wajah khawatir, Wilona berkata, "Kerumah sakit sekarang. Mama gak mau tau."

Alaska malah menggeleng, ia menepis lembut lengan mamanya, "Enggak. Alaska mau sekolah, nanti telat."

"Kamu ini sakit! Kalo ada apa-apa gimana?" tanya Wilona.

"Alaska gak papa."

"Alaska, nurut sama mama!" bentakan Wilona membuat perhatian Geraldi yang sedang bertelvon teralihkan.

Alaska sehat. Alaska tidak sakit. Alaska tidak mau sakit.

"Kenapa sih?" tanya Geraldi sambil menghampiri meja makan.

Wilona mengalihkan pandangannya, ia beranjak kesal menuju kamar. Meninggalkan Alaska berdua dengan Geraldi di meja makan.

"Kamu sakit? Kenapa pucet?"

Alaska menggeleng, "Enggak."

Perkataannya berlawanan dengan gejolak aneh dalam tubuhnya. Ia sungguh kesakitan. Kali ini berbeda, tubuhnya gemetar, kepalanya sakit luar biasa. Mati-matian Alaska menahannya.

"Alaska?" Geraldi menatap wajah Alaska.

Alaska tak menjawab, ia hendak berdiri namun tubuh menolaknya. Kaki Alaska tak mampu menopang berat tubuhnya, ia berdiri dengan pegangan erat pada meja makan. Matanya memejam, merasakan sakit.

Wilona datang dari arah kamar, sudah berganti baju, membawa tas, serta kunci mobil di tangannya.

"Alaska?" tanya Geraldi lagi yang kini sudah memegangi tubuhnya.

Alaska menggeleng, "Gak papa."

Wilona yang melihat keadaan semakin tak kondusif, mulai berjalan cepat menarik tangan Alaska menuju parkiran. "Ayo ikut mama. Kerumah sakit sekarang."

Dengan pasrah, Alaska mengikuti langkah kaki mamanya.

"Papa berangkat kerja aja, biar mama yang urus Alaska."
_________

Sudah jam istirahat. Senja tak melihat keberadaan Alaska sejak pagi. Ia bertanya pada Gilang dan Leon, mereka berkata Alaska tidak masuk sekolah.

Beberapa panggilan Senja pun tak di angkat.

Senja Di Teluk Alaska | ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant