[4] Hobi baru Alaska

3.7K 276 2
                                    

LANGKAH kaki Gilang terlihat riang sambil membawa sebungkus nugget ayam dari kantin. Matanya memicing ketika melihat Leon yang sedang duduk di dalam kelas tengah serius dengan handphone nya.

Gilang menepuk pundak Leon, "Ngapain lo?"

Leon berdesis, alis tebalnya bertautan, "Gue bingung." ucapnya sambil melihat kearah handphone nya.

"Kenapa?" Gilang memasukkan potongan nugget ayam kedalam mulutnya.

Leon terlihat berkali-kali membuka aplikasi kamera lalu mengeluarkannya lagi. Siklus itu terus terjadi.

"Lo ngapain sih?" tanya Gilang lagi.

Desisan keluar dari mulut Leon, ia memegang ujung dagunya dengan bangga, "Kok gue ganteng banget ya?"

"Pede gila lo, gumoh gue dengernya."
__________

Akibat saluran airnya rusak, hari ini Senja tidak mandi. Ia berangkat sekolah hanya dengan mencuci muka menggunakan air mineral dirumahnya. Setelah kembali dari rumah Galaksi semalam, entah mengapa Senja malu berhadapan dengan Alaska dan teman-temannya. Ia baru menyadari, betapa memalukan kelakuannya.

"Oh, itu cewek yang nolak kak Debo?" bisik-bisik kecil menyerobot masuk indra pendengaran Senja. Gadis itu memilih tidak peduli dan terus berjalan menuju kelasnya.

"Cantik sih."

"Lumayan juga."

Berbagai komentar tak membuat gadis itu terganggu. Ia mengabaikannya. Namun tak elak juga, pujian-pujian yang datang setiap hari sedikit membuat tinggi hati. Mungkin ini yang di namakan,

The power of Debo.

Di ambang pintu, Senja melihat Dara dan Luna sudah sibuk berkutat dengan cat kuku berwarna pink di bangkunya.

"Lo gak berbakat ngecat kuku Ra! Liat nih belepotan kemana-mana." cibir Luna.

Dara menghentikan kegiatannya, ia menyentil punggung tangan Luna, "Gak tau diri. Lo yang gak bisa diem makanya belepotan."

Senja sedikit terkekeh dengan pertengkaran kecil yang selalu saja terjadi di antara Dara dan Luna.

"Kuku gue juga dong!" pinta Senja sambil mengulurkan jari-jari tangannya.

Luna berdesis galak, "Ngantri dong."

Namun tak elak juga, setelah kuku nya selesai di cat, ia merebut paksa cat kuku dari tangan Dara, lalu menarik tangan Senja. "Gue aja yang make in, kalo Dara bisa-bisa kuku lo jadi kayak abis di pilok."

Dara tidak terima, "Lo bukannya terima kasih ya!"

Luna tersenyum paksa, "Makasih burung tersayang."

"NAMA GUE DARA! DARA MEYRISCHA!"

"Hah apa? Burung Dara Merica?"

Setelahnya, sebuah buku cetak tebal melayang mengenai wajah cantik Luna.

Di tengah-tengah tawa Senja, seseorang menepuk pundak gadis itu, ternyata Ella, si gadis ketus.

"Ada kak Debo. Nyariin lo."
__________

Senja tak pernah segugup ini di depan orang lain. Apa karena yang berdiri di depannya adalah Debora si mantan ketua osis, atau orang yang kemarin ia tolak cintanya?

Debora memberikan sebungkus coklat, "Kata Luna lo belum makan."

"Sok tau itu si Luna." Senja tersenyum kikuk, "Gak usah repot-repot kak," namun ia mengambilnya.

Pria itu terkekeh kecil, "Katanya gak mau tapi di ambil juga."

"Gue cuma bilang gak usah repot-repot lain kali. Kalo sekali ini gak papa." protes Senja.

Debo mengacak rambut Senja, "Yaudah sana masuk kelas, belajar yang bener."

Senja meleleh. Pikirannya langsung melayang pada kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kepadanya.

Apakah Senja mulai merasa bersalah telah menolaknya kemarin?

Namun dengan cepat ia membuyarkan semua pemikiran itu.

Secarik senyum terbit di wajah cantiknya, "Kok lo masih baik sama gue, kak?" tanya nya.

"Gak ada alesan buat gue jahat sama lo."

"Ada. Kan gue kemarin udah nolak lo."

"Alesan itu belum cukup kuat buat gue benci," jawab Debo.

"Baguslah, kak. Makasih ya."

Setelahnya, Senja benar-benar berbalik pergi menuju kelasnya. Sejak tadi, mereka berbicara di dekat toilet, agar lebih mendapat privasi karena teman-teman kelas Senja sangat penasaran dengan percakapan mereka.

Tanpa di mereka sadari, sejak tadi Alaska memerhatikan keduanya. Ia berjalan menyusul Senja, "Mana utang lo?"

Gadis itu menghentikan langkahnya. Ia menatap Alaska penuh keterkejutan, "Hah, segitunya?"

"iyalah, orang utang lo belum di bayar."

Dalam hati, Senja mengutuk Alaska sambil merogoh sakunya, namun tak ia temukan secarik uang pun. Ia lupa, jika uang dan handphone nya ditinggalkan di dalam kelas.

"Uang gue di kelas. Nanti aja, dateng ke kelas gue." ucapnya lalu melanjutkan jalannya.

Secara tiba-tiba, reflek Alaska menarik tangan gadis itu, "Apa?" tanya Senja jutek.

"Kok lo berubah jadi galak? Bener ya kata orang. Lebih galakan yang minjem uang daripada yang minjemin."

Gadis itu mulai merasa kesal, "Yaelah cuma berapa, kalo gue ngutang sampe jutaan iya juga lo nagihnya macem pinjol."

Senja kesal setengah mati.

"Nanti aja di kelas kak Alaska!" bentaknya.

Alaska malah melirik coklat yang di bawa Senja, lalu mengambilnya dengan cepat. "Ini aja, sebagai DP nya."

Belum senja menjwab, bel masuk telah berbunyi, bersamaan dengan tubuh Alaska yang menjauh dengan coklat yang di bawanya.

Gadis itu menatap punggung Alaska yang menjauh, "Alaska! Coklat gue! Ish!" gerutunya.

Ia ingin sekali mengejar dan menghajarnya. Namun apa daya, guru nya sudah hampir sampai di depan kelasnya, ia harus segera masuk. Gadis itu hanya menghentakkan kakinya kesal.

"Awas lo ya!"

Tanpa Senja sadari, di balik gerutuan gadis itu, Alaska tersenyum puas. Senang sekali menganggu Senja. Ada sensasi tersendiri ketika melihat gadis itu kesal. Ia tidak tahu kenapa dirinya melakukan hal itu pada gadis yang baru ia kenal kemarin.

Sepertinya, Alaska sudah menemukan hobi barunya; menganggu Senja dan membuat gadis itu kesal.

Senja Di Teluk Alaska | ✔Where stories live. Discover now