01. Insecure.

8.6K 803 64
                                    

Suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk menambahkan kesan ramai di gerobak bakso Mang Oci. Orang-orang berseragam putih abu ramai berkerumun di sekitar sana, tak terkecuali Haidar dan dua orang temannya. Hanya saja, mereka sudah lebih dulu mendapat tiga mangkuk bakso dan duduk di kursi plastik yang sudah disiapkan.

Haidar sibuk menepuk-nepuk bokong botol saus yang isinya sudah nyaris kandas. Dia berjongkok untuk mempermudah aksi, dan meletakkan mangkuk bakso di kursi—tidak ada meja disini. Cairan kental berwarna merah yang memiliki cita rasa pedas itu perlahan turun, terjun bebas ke dalam mangkuk bakso Haidar.

"Dar, ini padahal ada saus yang masih penuh." Farel berjalan dari gerobak Mang Oci, baru saja mengambil botol saus yang masih penuh. Sejak tadi sudah muak melihat Haidar yang kerepotan.

Pemuda tan tadi menoleh, dia menghela nafas. "Telat, udah keburu cukup yang ini." Dia langsung berdiri, berjalan ke arah gerobak untuk mengembalikan botol tadi.

"Tuangin saos dong, Rel." Hanan menyodorkan mangkuk baksonya, terlihat kuah disana masih transparan seperti tidak diberi kecap maupun saus. Mulut anak itu tengah mengunyah dengan pipi yang menggembung seperti tupai.

Farel dengan senang hati menuang saus ke dalam mangkuk Hanan. Terkesan hati-hati sambil terus bertanya apa sausnya sudah cukup atau belum.

"Udah belum?" Farel baru saja menuang sedikit saus untuk ketiga kalinya.

Hanan menghela nafas, dia telan makanan yang sudah halus dikunyah. "Kapan bisa cukupnya, bambang? Kalau lo masukinnya dikit-dikit begitu." ucapnya dengan nada kesal dan sedikit desisan di akhir kalimat.

Farel tertawa keras. Kakinya nyaris saja lemas jika tidak segera menghentikan tawa untuk kembali menuang saus. Kali ini dia masukkan dengan sekali hentakan yang lumayan kuat.

"Nah! Cukup." Hanan langsung menjauhkan mangkuk.

"Sip." Farel mengacungkan jempol, setelahnya menuangkan saus ke dalam mangkuk sendiri. Haidar sudah duduk di kursinya lagi, memakan bakso dengan lahap.

Farel baru saja beranjak satu langkah untuk mengantar botol saus ke gerobak bakso, tapi satu suara menghentikan aksinya.

"Bentar, Rel. Abang minta sambelnya."

Orang itu muncul dari arah belakang Haidar. Membuat pemuda tan yang lahir di bulan Juni itu nyaris terjatuh dari atas kursi karena tersedak. Haidar langsung menepuk-nepuk dada yang terasa sesak. Matanya berair akibat pedas yang terasa di kerongkongannya.

Hanan berikan satu botol mineral yang masih tersegel pada Haidar. Membiarkan pemuda itu menghabiskan setengah isinya.

Rian, orang yang mendadak muncul tadi menerima botol saus yang disodorkan Farel. "Oke, makasih dek." Selanjutnya dia beranjak pergi dari sana, menuju tempat teman-temannya yang duduk di atas rumput halaman yang berada di dalam pagar sekolah.

Haidar memegangi dada, masih mengatur nafas yang mulai teratur. Mata yang berair tadi sudah ia usap sambil menatap kuah bakso yang kental dan merah. Sedikit banyak dia menyesal.

"HAHAHAHAHAHAHA."

Farel tertawa. Dia bahkan hampir tidak bisa menahan bobot mangkuk yang berada di tangan. Ekspresi kaget juga tersiksa Haidar selalu sukses meningkatkan humornya.

Hanan menggeleng pelan. Dia masih sibuk mengunyah mie yang barusan disuap. Sekuat tenaga untuk tidak ikut tertawa karena takut tersedak.

"Segitunya anjir, hahahaha." Farel masih tertawa, padahal Haidar sudah kembali makan.

BANG RIAN [renhyuck]Where stories live. Discover now