20. Masih tentang Mantan.

2.3K 384 8
                                    

Setelah membuka mata lalu meregangkan tubuh, Farel beranjak keluar kamar. Sampai di luar dia baru ingat tentang kejadian semalam, dimana dia yang membawa Hera ke kost yang ditempati Haidar. Dia segera berjalan cepat ke arah kamar yang dipakai Hera.

"Eh, Dar?"

Bukannya melihat Hera, Farel malah melihat temannya sedang merobek kertas dari dalam buku, lalu mengambil pena yang berada di dalam tas. Yang baru membuka pintu berjalan masuk, sempat melirik ke atas kasur namun tidak ada siapa-siapa disana.

"Kak Hera kemana?"

Orang yang sedang menulis segera mengangkat kepala. Kini posisinya tengkurap sambil menjadikan lantai sebagai alas untuk menulis. Si gemini melihat ke arah kasur lalu kembali melihat Farel.

"Dia lagi di kamar mandi."

"Oooh, terus lo nulis apa?" Farel mendekat guna duduk di sebelah Haidar. "Surat izin? Kenapa?"

Haidar tidak langsung menjawab, dia melepas satu kertas lagi dari buku. "Iya, kita ga usah sekolah hari ini. Lo mau ngantar Kak Hera ke rumahnya, kan?"

Farel mengeja satu persatu kata yang ditulis Haidar. Tidak butuh waktu lama sampai surat izin kedua selesai ditulis.

"Tanda tangan walinya pake tanda tangan siapa?"

Haidar yang sedang melipat kertas nampak berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Farel. "Minta tolong ke abangnya Hanan."

Sekitar jam sepuluh teman baik Hera datang sambil membawa beberapa cemilan sebagai imbalan untuk Haidar dan Farel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar jam sepuluh teman baik Hera datang sambil membawa beberapa cemilan sebagai imbalan untuk Haidar dan Farel. Dua laki-laki itu mempersilahkan Wina, teman Hera masuk ke kamar. Sedangkan mereka menunggu di luar.

Suara Wina terdengar tenang walau wanita di seberang panggilan terus melontarkan banyak pertanyaan. Farel semakin menempelkan telinga di permurkaan pintu, memancing tangan Haidar untuk memukul kepalanya.

"Udah, anjir. Ntar ketahuan." Haidar menarik Farel ke arah ruang tamu yang ada setelah pintu masuk. Si blasteran hanya menurut lalu pasrah mendudukkan diri di atas sofa.

"Gua berasa nyulik anak orang." Haidar yang pertama kali membuka suara setelah sampai.

"Bener. Ntar sore aja gue anterin Kak Hera pulang." Farel berucap sembari mengeluarkan ponsel dari saku celana. "Oh iya, dari semalem gua belum buka HP."

"Bego, orang tua lo pasti khawatir."

"Iya iya, ini mau gue kabarin."

Pemuda dengan bintik-bintik di wajahnya nampak sibuk mengotak-atik sesuatu di ponsel. Haidar mendekat guna melihat apa yang sedang Farel ketik. Dalam pikiran Haidar, akan banyak notif pesan maupun panggilan di ponsel temannya, namun ternyata tidak ada sama sekali.

Pesan yang Farel kirim pada orang tua dan saudarinya pun terkesan singkat dan biasa saja. Jawaban ketiga orang itu pun juga sangat biasa. Menyaksikan hal tersebut membuat perut Haidar tergelitik hingga menimbulkan tawa besar yang membuatnya sedikit terbaring di atas sofa.

BANG RIAN [renhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang