27. Cuacanya Cerah.

2.2K 382 30
                                    

"Kalian gue traktir ya."

Farel menatap ngeri ke arah haidar. Baru beberapa hari lalu dia berhutang dan belum dibayar, tapi temannya itu sudah mau membuang-buang uang lagi. Hanan yang mengetahui penyebab di balik suasana hati Haidar yang baik hanya tersenyum.

"Kenapa Rel? Kok muka lo gitu?" Haidar sadar dengan tatapan yang Farel beri. Sedikit banyak dia heran, harusnya lelaki itu bahagia.

"Yakin? Maksudnya yakin ngetraktir gue? Soalnya kan hutang gue ke lo masih banyak."

Haidar berdecak, lalu menepuk-nepuk pundak sahabatnya, "tenang, lagian hutang lo aslinya ga banyak. Cuman lo nya aja yang males bayar." selanjutnya kepala Farel ditepuk pelan.

"Hahahaha, iya maaf. Besok, deh."

Haidar menggeleng pelan sembari menyimpan alat tulisnya ke dalam tas.

"Tapi serius, Dar. Lo kena rasuk apa sampe mau ntraktir kami?" Farel kembali bertanya.

Haidar berfikir sejenak, "karena," senyumnya mengembang lebar, membuat Farel sedikit ngeri. "tebak sendiri, deh."

"Bangsat! Gue nungguin."

Hanan berdiri lebih dulu. "Udah, ayo makan. Kantin atau bakso, nih?"

"Baksolaahh." Farel menjawab semangat.

Farel memperhatikan gerak-gerik Haidar

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Farel memperhatikan gerak-gerik Haidar. Matanya bisa menangkap sesekali pemuda berkulit tan itu tersenyum sendiri atau tidak terkekeh. Seperti remaja yang mabuk asmara. Lelaki blasteran itu tidak melepas pandang sejak Haidar datang membawa mangkuk bakso dan duduk di sebelahnya.

"Lo kenapa, deh? Dari tadi pagi kayanya happy banget." Farel langsung meluncurkan pertanyaan yang bersemayam di kepala.

Haidar senyum, "cuaca hari ini cerah" katanya.

Dahi si penanya berkerut heran, dia mendongak melihat langit yang ditutupi awan mendung. "Tapi sekarang kan mendung."

"Ha? Masa, sih?" Haidar ikut melihat ke langit. "Ohh iya mendung. Padahal tadi pagi cerah."

"Tadi pagi hujan." Hanan nyahut.

Senyuman Haidar memudar sebentar, namun setelahnya menjawab, "cuaca di hati gue yang cerah."

Hanan mutar bola matanya malas, lalu memilih fokus memakan bakso yang untungnya masih hangat.

Farel mengerutkan dahi, "lo menang lotre apa gimana?"

Haidar menggeleng, "engga kok. Udah, makan aja."

"Mau makan, tapi gue takut ini duit menang judi."

Kepala Farel langsung dipukul oleh Hanan. "Sembarangan! Gue tahu Haidar begini karena apa, tapi pas selesai makan baru gue ceritain."

"Oke siap, baginda Hanan."

Mereka fokus dengan pikiran masing-masing untuk beberapa saat. Sampai seseorang menyentuh pundak Farel lalu duduk di sebelah pemuda itu. Sang empunya pundak menoleh, mendapati Jeri tersenyum ke arahnya.

BANG RIAN [renhyuck]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon