09. Makan Sendirian.

2.9K 464 15
                                    

Tiga hari sudah terlalui sejak diskusi yang diadakan di ruang kepsek pada hari senin. Kabar tentang pacar atau mantan Rian yang menjadi penyebab utama serangan dari STM Satria menyebar cepat ke seluruh penjuru sekolah, bahkan sampai ke guru. Banyak yang merasa Bang Rian sungguh sial memiliki pasangan seperti Hera.

Benjamin sudah keluar dari rumah sakit kemarin, sekarang dia tengah tiduran di atas kasur yang berada di kamarnya. Mengandalkan ponsel sebagai hiburan sampai lukanya benar-benar mengering. Sesekali dia sengaja membuat repot dua kakak perempuannya, seperti mengeluh tidak bisa makan atau sekedar bolak-balik kamar mandi.

Hari ini Jericho tidak bisa masuk sekolah. Kabar yang didapat Rian melalui surat yang diantar ayahnya Jeri tadi pagi adalah, alergi seafood yang dimiliki pemuda itu kambuh. Membuat Rian mau tidak mau sendirian di kantin sekolah. Bukannya tidak ada teman yang lain, tapi Rian walaupun orang yang mudah berbaur dia tetap membatasi diri dalam pertemanan.

Untuk Mang Oci, dia libur berjualan sejak dua hari yang lalu. Alasannya masuk angin.

Rian memilih meja yang letaknya lumayan di tengah. Mulai makan setelah memastikan air minum di teko yang ada di mejanya terisi penuh. Saat hendak menyuapi makanan ke mulut, sekitar empat orang siswi mendekati mejanya.

"Bang Rian duduk sendirian?"

Rian mengembalikan sendoknya ke atas piring, melihat salah satu gadis yang berdiri paling depan. "Iya." katanya.

"Kami boleh duduk disini ga?"

Rian baru saja membuka mulut untuk menjawab, tapi suara seseorang membuat niatnya urung.

"Gak boleh. Bang Rian ngantinnya bareng kami." Satu mangkuk tekwan diletakkan di atas meja. Pelakunya tersenyum pada empat gadis tadi.

"Loh? Kata Bang Rian dia duduk sendirian."

"Yaiyalah. Orang Bang Rian memang duduk sendirian, tapi makannya bareng kami. Udah sono mending gangguin cowo lain." Pemuda itu mendorong pelan pundak perempuan yang sepertinya pimpinan kelompok tadi.

"Dih. Ga usah pegang-pegang."

"Anjing. Sok suci banget. Gini-gini gue juga cogan."

"Najis. Ngaca muka lo burik." Keempat gadis tadi sudah beranjak pergi. Pimpinannya mencibir ke arah Farel; si pahlawan yang menyelamatkan Rian.

"Bangsat! Awas aja kalau lo nyontek Bahasa Inggris lagi ke gue!" Farel bersorak. Setelahnya dia tersenyum ke arah Bang Rian.

Hanan yang datang bersama Farel sudah duduk di kursi yang berhadapan dengan Rian, karena tadi dia sudah izin duduk disana waktu Farel sibuk berdebat. Farel menarik kursi di sebelah Hanan untuk duduk.

"Nan, lo jangan nunjukkin MTK lagi ke dia." Farel tepuk lengan Hanan guna menarik atensi lelaki itu.

Hanan yang sedang mengaduk tekwan di mangkuknya mengangguk. "Emang ga pernah gue tunjukkin." Matanya beralih mencari sosok Haidar yang tadi pergi membeli sate.

Haidar baru keluar dari kerumunan orang-orang yang membeli sate. Dia menoleh kesana-sini untuk mencari keberadaan teman-temannya. Sampai matanya menangkap sosok Hanan yang melambai, dia langsung melangkah kesana. Tetapi langkahnya terhenti setelah sadar siapa pemuda lain yang duduk bersama Farel dan Hanan.

Farel yang sudah mulai memakan tekwannya tersenyum. Dia melirik-lirik ke arah kursi yang di sebelah Rian untuk mengode Haidar. Pemuda itu mendelik pada Farel, namun tetap mengambil duduk disana.

"Permisi Bang," katanya.

Rian mengangguk. Dia biarkan Haidar duduk di sebelahnya sambil tetap fokus makan. Mereka makan dalam diam untuk beberapa saat. Sesekali Farel sibuk meminta air minum ke Hanan yang dekat dengan teko.

BANG RIAN [renhyuck]Where stories live. Discover now