12. Tamu Tak Diundang.

2.8K 466 43
                                    

Jam depalan malam, Haidar baru pulang dari rumah Hanan. Sebenarnya tadi tidak ada niatan main kesana karena dia ada tugas yang belum selesai, tapi Mama temannya itu memaksa. Katanya sudah masak banyak, sebab kebetulan saudara Hanan ulang tahun. Haidar jelas tidak bisa menolak makanan, apa lagi kalau gratis.

Dia masukkan tangan ke dalam saku hoodie karena merasa suhu mulai turun. Mata Haidar menangkap satu motor dengan seseorang yang berjongkok di depan kost. Orang disana terlihat sedang bermain ponsel, membuat langkah Haidar semakin pelan. Seingatnya penghuni cuman dia sendirian dan juga bangunan kost dengan bangunan pemilik rumah letaknya terpisah.

Haidar sampai di sebelah orang tadi. Sekarang wujudnya sudah nampak jelas, dan memang Haidar kenali. Orang tersebut juga menoleh ketika merasa ada yang berdiri di sebelahnya.

"Habis darimana? Udah dua jam abang disini. Kamu ditelpon berkali-kali ga diangkat. Kan abang udah pernah bilang, kalau kemana-mana tuh hp jangan di-silent apa lagi ditinggal. Kalau kamu kenapa-napa gimana? Sekarang abang jauh, kamu kalau ngadu cuman bisa lewat hp."

Haidar terkekeh sambil meraih lengan saudaranya guna meredakan amarah lelaki di depan sana. "Maaf, bang. Haidar tadi dari rumah temen, terus hp lowbat jadi ga dibawa. Abang jangan marah, dong. Emang ga kangen sama Haidar?"

Jordan, saudara laki-laki Haidar menghela nafas. Dia balas genggaman adiknya lalu mengusap rambut Haidar sebentar. "Iya, kangen. Makanya abang kesini."

Haidar tertawa lagi. "Kasihan banget, pasti capek ya sepuluh jam naik motor kesini."

Jordan mengangguk. Dia sentil jidat adiknya. "Betul, tapi pas sampai sini ternyata adiknya ga ada."

Sentilan Jordan tadi sukses membuat Haidar merengut sambil mengusap dahinya. "Ih, iyaaa. Maaf abang." Haidar bergerak untuk membuka pintu pagar. Dia biarkan Jordan membawa masuk motor.

Haidar masuk lebih dulu setelah mengunci pagar, karena Jordan perlu mengamankan motor di atas teras. Tadi pemuda yang lebih muda tidak lupa meminta tas yang dibawa Jordan. Dia membongkar isi tas yang dipenuhi pakaian guna menyiapkan baju tidur untuk si abang.

Sudah menjadi kebiasaan Haidar setiap Jordan pulang ke rumah, yaitu menyiapkan pakaian.

Jordan masuk ke dalam kamar setelah beberapa detik. Dia hendak berbaring ke atas kasur tapi Haidar lebih dulu melempar handuk ke wajahnya.

"Mandi dulu. Abang bawa kuman."

"Astaga mulutnya." Jordan merutuk sambil melangkah lagi keluar kamar.

Haidar tertawa melihat si abang melangkah lesu. Dia susun pakaian Jordan ke dalam bilik lemari yang masih kosong. Abangnya cuman membawa lima helai pakaian, dua celana, beberapa dalaman, serta sepasang baju tidur yang tadi Haidar siapkan. Selanjutnya Haidar meletakkan tas Jordan di sebelah tas sekolahnya.

Setelah semuanya beres, Haidar langsung merebahkan diri ke atas kasur. Namun dia ingat, ada tugas yang harus diselesaikan. Alhasil, dia kembali bangkit untuk mengambil buku dan pena. Dia duduk di lantai kamar, sedangkan kasur dijadikan sebagai pengganti meja.

Beberapa detik sebelum tugas Haidar selesai, Jordan sudah masuk ke dalam kamar dengan badan yang setengah kering sambil memakai handuk. Dia langsung mengenakan pakaian yang disiapkan Haidar, lalu berjalan untuk menggantung handuk ke pintu lemari.

Jordan duduk di sebelah Haidar. Dia perhatikan apa yang ditulis adiknya sebentar, lalu memeluk tubuh Haidar dengan gumaman khas orang yang sedang gemas. "Tulisannya jelek."

Pemuda yang lebih muda menghela nafas. Dia akhiri kegiatan menulisnya karena tugas tadi sudah selesai. Haidar menutup buku sambil menoleh ke arah Jordan yang kini menyandarkan dagu di pundak si adik.

BANG RIAN [renhyuck]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin