18. Perasaan yang dipaksa Hilang

84K 8.3K 762
                                    

"Semesta memaksa ku melepasmu, padahal menggenggamu saja aku belum pernah." -Aldaraya

***

Disaat itu juga hal yang sama terjadi. Sosok gadis itu juga tertidur di kamar bernuasa klasik milik ibunya.

Sapuan angin dari jendela yang terbuka mengusik tidurnya. Alda membuka matanya perlahan, sinar surya membuat matanya menyipit terkena sinarannya.

"Euughh,"

Alda bangkit meregangkan tubuhnya. "Hoaaaammm.." gadis itu menguap lebar, dirinya masih tebalut piyama dengan corak donat berwarna biru.

Alda berjalan pelan keluar kamar dengan wajah bantal. Tangannya meraba-raba ke dinding. "Ngantuk," ujarnya serak.

"Sekarang senin, mending gak usah masuk–"

"OH IYA SEKARANG SENIN!" Pekiknya.

Gadis itu langsung bergegas masuk ke kamarnya. Ia sempat sibuk mengambil anduk dan bathrobe sebelum masuk ke kamar mandi. Hingga beberapa menit Alda selesai bersiap. Ia menuruni anak tangga satu persatu.

Dirinya mendecak sebal saat melihat angka di jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 07.20. Alda melewatkan sarapannya dan segera bergegas pergi. Ia tak boleh terlambat, ada hal penting yang harus dilakukan.

"Alda pamit! Assalamualaikum!" ucapnya meski tak ada jawaban apapun.

***

Seperti anak sekolah pada umumnya ketika detik-detik terakhir bel masuk berbunyi, Alda semakin berlari sekuat tenaga.

Sret!

Napasnya berhenti tepat di depan gerbang seraya menahan gerbang itu agar tidak tertutup rapat.

"Pak.. Hehe.." sapanya cengengesan kepada penjaga sekolahnya.

"Telat lagi kamu?"

Alda mengangguk." Hari ini ada ulangan pak. Saya gak boleh terlambat, please ya pak biarin saya masuk." Mohonnya merapatkan kedua tangan di udara.

"Ini sudah lewat pukul 07.30."

Alda tidK menyerah, ia membujuk Pak Dodon sekali lagi berharap bisa masuk dan lolos dari hukuman kali ini. "Pak.. Bantu dong sekali aja, please."

Tin!

Suara klakson motor sport hitam itu membuat Alda menoleh. Itu Raksa, Alda tersenyum saat mendapati cowok itu yang juga datang terlambat sepertinya.

Raksa membuka helmnya. "Pak saya ulangan pak."

Pak Dodon, penjaga sekolah itu cukup mengenal Raksa, ia lalu mengangguk dan dengan mudah membuka gerbangnya lebar-lebar membiarkan Raksa masuk dengan motornya.

Gadia itu membeku sesaat melihat bujukan Raksa langsung di turuti sedangkan dia tidak sama sekali, namun Alda segera masuk menyusul Raksa tidak ingin membuang kesempatan.

"Makasi Pak!" Sautnya ke arah penjaga sekolah yang terheran melihat tingkahnya.

Alda berlari menyamai langkahnya dengan Raksa yang juga tampak terburu-buru. Tiba-tiba hujan mengguyur tanah dengan deras. Kepalanya menoleh kesana-kemari saat mendengar beberapa pekikan dari anak-anak di kelas lain karena tak jadi upacara pagi. Alda juga ingin berteriak senang, namun sosok cowok dengan bahu lebar di hadapannya membuat Alda harus menjadi stay cool. Desas-desus mengatakan bahwa Raksa––gebetan para cewek-cewek di sekolah ini menyukai perempuan anggun. Apalagi mengingat peringkat kedua setelah Raksa itu banyak dibicarkan orang-orang, siapa lagi jika bukan Dianara Naomi, perempuan cantik yang di kenal karena bertutur kata baik, ramah, dan pembicara yang cerdas, sesuai dengan kriteria yang cocok dengan Raksa. Sayang nya Alda berkebalikan 180° dengan cewek itu dan juga pada umumnya.

KANAGARA [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum